watch sexy videos at nza-vids!
Download aplikasi gratis untuk Android
INDOHIT.SEXTGEM.COM

Permainan Dalam Kisahku


Namaku Ria, umurku sekarang 19 tahun, dan masih kuliah di salah satu universitas, aku akan menceritakan kisahku selama aku berhubungan dengan kekasihku.
Parasku cukup cantik, tapi kata cowokku aku manis dan memiliki karakter sendiri, tapi ada juga yang bilang aku cantik alami. Pinggangku kecil aku tak tau ukuran tepatnya berapa, yang jelas itu yang membuatku tampak seksi, ukuran payudaraku tak begitu besar, namun cukuplah buat pegangan hehehehe.
Vino namanya, aku menjalani hubungan dengannya saat aku masuk SMA dan saat itu dia masih kelas XI, dia cukup tampan, tinggi, rambutnya selalu pendek, dan aku memang tidak suka dia berambut panjang. Banyak juga yang mengincarnya, herannya kenapa dia memilih aku? Tapi itu yang aku syukuri, aku memiliki kekasih yang sangat aku idam-idamkan.
Semua berawal dariku, itu saat hubungan kami mendekati 2 bulan, sore di taman kota yang lumayan sepi.
Kami berjalan seperti biasa, aku menggenggam tangannya dan terlihat tak begitu romantis, beberapa gadis berpakaian seksi lewat di depan kami, aku melirik Vino, maklum, mata cowok, sesetia apapun cowok, kalau ada hal yang menarik pasti dia akan melihat.
Waktu itu aku mengenakan jaket coklat dipadu dengan legging hitam, wajarlah jika Vino masih melirik cewek lain, tapi aku percaya dia setia


Kami terus berjalan, sampai akhirnya kami berhenti di tempat yang cukup sepi
“Say, sepi ya disini” ucapku pelan
“Iya, mau pindah?” tanyanya
“Nggak ah, males, sini aja enak” kataku dengan sedikit manja
“Ntar kalo aku apa-apain loh. Gimana? Nggak takut?”
“Kalo kamu berani sih nggak papa, hihihi. Tapi aku percaya kamu kok say”
“Makasih sayang, kamu nggak pengen beli apa-apa?”
“Nggak ah say, males”
“Terus kamu pengen apa?”
“Pengen bibir kamu…”
“Maksudnya?”
“Ya bibir kamu itu, cium aku!”
“Cium?”
“Iya lah sayang…”
“Disini?”
“Dimana lagi? Di pos satpam? Gila apa?”
Dia dengan sedikit canggung mendekatkan kepalanya padaku, tangannya memegang pundakku erat. Akupun yang masih belum terbiasa sangat gugup, akhirnya pelan-pelan bibir kami menempel perlahan, dan ohhh sensasinya, tubuhku bagai melayang dan sangat lemas sekali.
Tak lama kemudian, aku mencoba membuka bibirku, tanpa kusuruh ia menggigit bibir bawahku perlahan, akupun mencoba menggigit bibir atasnya
“Kamu hebat say” kataku pelan
“Udah, nikmatin aja sayang”
Perlahan aku merasa sesuatu yang masuk ke mulutku, lidahnya, ohh inikah kenikmatannya? Aku hampir kehilangan kesempatanku untuk bernafas.
Cukup lama kami menikmati permainan baru kami, setelah dirasa waktunya cukup lama, dan beberapa orang telah menangkap basah kami, kami pulang dengan rasa yang masih mengganjal.
Jam 19.00, biasanya ini adalah jamku belajar, namun aku lelah sekali, akhirnya aku berbaring beberapa saat sebelum kukatahui ponselku bergetar, panggilan masuk, Vino
“Halo sayang, nggak belajar?”
“Capek sayang, masih kebayang yang tadi, hahahaha”
“Masih pengen ya?”
“Iyalah say, kamu gimana??”
“Aku juga pengen sayang”
“Ihhh kamu tuh, eh say, kamu kok ahli banget?”
“Hahahahaha biasa liat film ciuman, pelajarin deh, itu kan ilmu”
“Hahahahahaha iya ya”
Sampai sekitar jam 21.00 kami melanjutkan pembicaraan
“Say, kamu tau biasanya aku ke warnet ngerjain tugas sama Rika?”
“Iya, kenapa say?”
“Kamu tau aku ngapain aja?”
“Hmm emang apa sayang?”
“Tebak deeeh, kamu pasti tau”
“Ah paling-paling kamu buka situs yang nggak-nggak”
“Hahahahaha”
“Kok ketawa? Emang iya? Apa aku ngaco?”
“Kamu kok tau sih?”
“Iya? Serius?”
“Iya sayang, kapan sih aku pernah bo’ong sama kamu?”
“Wah, ganas nih cewekku”
“Kamu nggak marah kan?”
“Nggak kok sayang, sekarang, apa aja yang kamu liat?”
“Ya, biasa lah, orang gitu-gitu”
“Apaan?”
“Ya orang ML lah”
“Hahahaha, kembangin imajinasimu sayang”
“Maksudnya?”
“Kita nyoba yuk?”
“Ha! Gila apa? Nggak mau, aku nggak mau gitu”
“Hahahaha, ya nggak gitu, main imajinasi aja, lewat telepon, terus kamu bayangin aja aku, pake guling apa boneka gitu”
“Hahahahaha, kayaknya seru tuh, jadi bisa ML tiap malem nih? Kamu ini ada-ada aja say”
Aku mengambil gulingku dan memeluknya, kupejamkan mataku, mungkin sensasinya akan sangat seru
“Say, kamu sekarang pakai apa aja?” tanyanya pelan
“Pakai baju tidur, kamu?”
“Aku pakai celana pandek sama kaos”
“Terus kita harus gimana sekarang?”
“ Kamu mau nggak nglepas pakaian kamu?”
“Dilepas? Iya sayang, tapi bentar ya aku kunci kamarku dulu, tapi kamu juga lepas ya”
“Iya, say”
Aku bangun menuju pintu kayu coklat dan memutar perlahan kuncinya, agar tak ada suara yang ditimbulkan, aku berdiri di depan cermin lemari yang lebih tinggi dari aku, kupegang baju tidurku kubuka kancingnya satu persatu dan kulepas celananya juga, aku dapat melihat tubuhku dengan pakaian dalam lewat cermin, tubuh kecil yang akan kuserahkan pada orang yang kusayang, kumatikan lampu dan kembali pada tempat tidur
“Udah kamu kunci?”
“Udah sayang, aku juga udah lepas baju tidurku, kamu gimana?”
“Aku udah juga sayang”
“Makasih”
“Eh, ada yang nyariin kamu tuh.”
“Hah siapa?”
“Itu yang lagi berdiri, hahaha”
“Haaah kamu tuh”
“Sekarang dia minta dipegang sama kamu”
“Hihihi manja ya dia, iya sini aku pegang” saat itu aku agak takut mengawali pembicaraan yang sangat terbuka.
“Aku masukin jariku ya sayang”
“Ha? Kemana?” tanyaku dengan lugu.
“Ke ‘itu’ kamu”
“Say, celana dalamku belum aku lepas, mana bisa?” aku menanggapi serius
“Lho, kamu masih pakai apa aja?”
“Bra sama celana dalem”
“Oh iya, mau kan nglepas?”
“Iya sayang, ini aku lepasin kok buat kamu” aku membuka kaitan bra ku, dan sedikit mengangkat pinggulku untuk melepas celana dalamku
“Makasih”
Akhirnya kami seperti melakukan seks beneran, mulai dari posisi normal, 69 sampai doggy style. Tentunya dengan jariku sendiri, aku menggosokkannya ke vaginaku, lembap dan kelamaan jadi basah
“Aahhh…..” aku mendengar rintihan pelan dari dia
“Kenapa kamu?” tanyaku sedikit gugup
“Keluar say”
“Apanya?”
“Sperma lah”
“Ha? Sperma? Kok bisa?”
“Iya say, masak kamu nggak tau?”
“Nggak say, gimana bisa keluar? Kamu kan nggak ML beneran?”
“Iya sayang, cowok itu bisa ngeluarin spermanya sendiri”
“Caranya?” aku penasaran
“Dikocok pake tangan sayang”
“Gimana sih? Aku nggak paham”
“Kapan-kapan deh aku ajarin, mau?”
“Mau sih, tapi jangan ML ya.”
“Iya sayang, aku juga nggak mau ML sebelum nikah kok, santai aja”
“Makasih sayang”
“Tapi kamu beneran mau kan?”
“Iya sayang…”
Berawal dari sinilah kami mulai berani, kapanpun ada waktu kami selalu berciuman, walaupun Cuma sebentar, tapi aku merasa dia semakin sayang.
Suatu hari, sepulang sekolah, kebetulan sekolah dipulangkan agak pagi, kami berdua pergi ke sebuah tempat wisata, yang jelas disana ada banyak orang.
“Say, pengen cium nih” Vino berbisik
“Rame banget say, gimana ya?”
”Duduk situ yuk” katanya sambil menunjuk rerumputan yang cukup tinggi untuk menutupi setengah tubuh kami saat kami duduk.
“Iya deh say, aku juga capek”
Kami duduk disana menikmati alam sekitar yang indah, memang cukup banyak orang disini, namun kami serasa menikmati sekali duduk di tempat ini.
“Aku sayang kamu” kata manis itu terucap lirih
Aku hanya tersenyum bersandar di bahunya dan memeluk lengannya yang sedikit mengenai dadaku
“Say, nempel nih” dia mulai sedikit open
“Hihihihi, nggak papa say, ini punya kamu kok” kataku sambil menekankan lengannya
“Wah, iya sih say, tapi gawat, berdiri loh yang bawah…”
“Hahahahaha dia kangen aku mungkin”
Memang ini kali pertamanya menyentuh dadaku, dan akupun pertama kali merasakan sentuhan sengaja seorang pria, jelas aku menikmatinya.
“Say, sakit nih, kejepit celana”
“Hahahaha, biarin, biar kamu rasain hahaha”
“Oh iya, aku kan ada janji mau ngajarin kamu ngocokin itu”
“Ha? Emang berani disini?”
“Kita kan terhalang rerumputan, jadi nggak ada orang yang tau”
“Iya deh kalo kamu berani”
Perlahan ia mulai membuka resleting celana abu-abunya, hatiku berdegup keras sekali, seakan menanti sesuatu, rupanya ia memakai celana boxer hitam putih dan di dalamnya masih ada lagi celana dalamnya, ia masukkan tangan kanannya kedalamnya dan mengeluarkan ‘senjata’nya, coklat besar dan berkepala,
“Wah, besar banget say?”
“Ini yang akan ngerjain kamu ntar”
“Wow” aku masih terheran dengan ini, pertama kali aku melihatnya langsung
“Udah say, nunggu apa lagi? Pengang dong”
Tanganku perlahan aku arahkan dan sedikit mengelusnya, sshhhhh, ia sedikit merintih
“Pegang gini say” ia mengajariku dengan menggerakkan tangannya yang melingkar naik turun
“Gini ya?”
“iya, kamu masih perlu belajar”
“Hahahaha, kapan-kapan cariin tempat yang enak dong”
“Hahahaha iya deh kapan-kapan, tapi coba kamu emut nih”
“Dimasukin ke mulut?”
“Iya, kayak di film-film, berani?”
“Siapa takut?” aku yang sangat grogi nekat menjawab tantangannya, tapi hanya sekedar mengulum sebentar, masih bingung apa yang harus ku lakuin. Semua ini demi dia.
Sepertinya dia sangat menikmati, meskipun aku belum begitu ahli. Tiba-tiba Vino mengangkat kepalanya dan melihat ke sekitar
“Say, udahan yuk, tuh kayaknya ada kenalanku” dia sedikit tergesa rupanya kenalannya juga sedang pergi ke tempat ini, maklum tempat rekreasi
Akhirnya kami pulang dan berencana akan keluar lagi esoknya
“Besok kita kemana sayang?” aku agak nggak sabar
“Gampang lah say, urusan besok itu”
“Ok, kita pake seragam apa bawa baju ganti aja?”
“Bawa aja biar bebas”
“Iya deh”
“Kamu rencananya mau pakai baju apa?”
“Belum mikirin say, kenapa emang?”
“Pakai aja tanktop, kan enak, nggak ribet bawanya, langsung aja pake dalem seragam, tapi yang belahan dadanya rendah ya? Hihihihi”
“Tanktop? Aku pake tanktop? Nggak biasa say, lagian yang belahan dadanya rendah aku nggak punya” aku memang tak biasa mengenakan pakaian terbuka, dirumahpun juga, sekolahku berseragam panjang dan itu membuatku tak biasa mengenakannya
“Gimana kalau kita beli aja?” ajaknya semangat
“Aku nggak bawa uang say”
“Ah tenang, aku bawa kok, lagian nggak mahal pastinya, aku kan sering ngelirik pakaian cewek hehehe”
“Iya sayang” aku menerima permintaannya, aku ingin buat dia senang
Akhirnya Vino membelokkan motornya ke arah mall, disana aku disuruh memilih beberarpa tanktop dengan belahan dada rendah, dan baju lengan panjang yang belahan dadanya juga rendah, Vino membuntut dibelakangku.
“Say, ada hotpant tuh, sekalian deh”
“What’s???? hotpant? Apa? Aku nggak pede say”
“Ahh, nggak papa lah say, aku pengen kamu pake gitu”
Akhirnya aku memilih satu celana super pendek itu dan juga Vino mengambilkanku celana sport, masih agak ragu memang, tapi buat Vino yang udah ngasi segalanya, kenapa nggak?
Aku jadi ingat masa laluku, saat dimana aku nakal, tapi bukan masalah cowok. Saat itu aku sangat jarang di rumah, sebagai anak perempuan aku mungkin tak ada gunanya saat itu, sekolahpun juga sangat malas, namun sejak Vino dekat denganku, aku mampu merubah peringai buruk itu, aku lebih giat belajar, lebih sering di rumah dan setidaknya aku berguna bagi orang lain
Esoknya setelah mandi aku dapet sms dari Vino
“Jangan lupa ya baju gantinya”
Singkat tapi semangat. Aku mengenakan tanktop abu-abu dan bra hitam di dalamnya serta tak lupa hotpant didalam rok panjangku, awalnya aku biasa, naik angkot ke sekolah dan mengikuti pelajaran seperti hari biasa. Namun saat kulihat jam menunjukkan pukul 13.00 hatiku semakin gugup, sebentar lagi jam pulang, dan aku akan memakai pakaian itu di depan banyak orang. Aku berjalan pelan di lorong sekolah dengan menunduk
“Hai sayang,,,” suara Vino menghentikan lamunanku
“Hai, gimana tadi pelajaranmu?” tanyaku garing
“Ya biasa lah say, debat terus dengan guru”
“Hahahaha, kamu tuh”
“Udah, jalan kemana kita?”
“Nggak tau”
“Kemana ya?”
“Udahlah, kita pikir sambil jalan aja”
“Ok sayang”
Dalam perjalanan hatiku sulit sekali tenang, tak ada satupun kata yang keluar. Hingga akhirnya motor ini masuk ke SPBU, tapi tak berhenti untuk mengisi bahan bakar, melainkan toilet
“Udah say, kamu ganti dulu deh”
“Disini?”
“Iya sayang”
“Banyak orang say”
“Nggak papa, nggak ada yang kenal kok, lagian aku juga ganti baju”
Perlahan aku masuk kamar kecil itu, satu persatu aku buka kancing seragamku dan kulipat bersama rokku sekalian aku masukkan ke tas menggantikan posisi jaket yang sengaja ku bawa dari rumah, jaket yang agak kebesaran dan memang sengaja kubuat menutupi pahaku. Saat keluar kulihat Vino sudah duduk di motor dengan wajah sedikit kecewa
“Kenapa pakai jaket say?”
“Dingin pastinya di motor, ntar kalau turun aku lepas kok” alasanku sekenanya
“Ok deh”
Vino mengajakku makan di rumah makan pinggir jalan besar, saat kami duduk, ia memintaku melepas jaket, mau tak mau aku melakukannya, sangat grogi, banyak mata melihat kearahku mulai dari remaja sampai seusia om-om, hitam dibalik tanktopku terlihat sedikit, aku tak bisa nyaman karena harus selalu membetulkan posisi tanktop ini
“Say, keren kamu kalau pake kayak gini” pandangannya terlihat penuh kebanggaan
“Hihihi, malu tauk” aku sedikit malu, tapi juga senang
“Buat apa? Kamu keren”
“Banyak yang liatin”
“Ah, nggak papa. Ntar pulang jangan pake jaket ya, kita jalan-jalan dulu keliling daerah sini”
“Iya deh, aku nurut, jagain aku ya?”
“Ok sayang”
Daerah ini banyak sekali toko, dari barang antik sampai modern, aku melorotkan bagian bawah tanktopku yang cukup panjang agar bisa menutupi pahaku
“Percuma kamu gitu. Orang malah mikir kamu nggak pake celana kan? Hahahaha”
Benar juga kata Vino, biarlah, aku berusaha menikmati ini semua, aku sayang dia.
Aku sering bepergian dengannya dengan keadaan seperti ini, namun hanya daerah yang cukup jauh dari rumah aku berani.
Vino memintaku memperkecil bagian pinggang seragamku, agar aku terlihat seksi. Beberapa anak di sekolah mengatakan demikian, awalnya aku risih dengan kata seksi, aku takut dicap sebagai wanita murahan, aku nggak mau. Tapi lama-kelamaan aku mulai mengerti arti kata seksi itu, seksi tak bberarti murahan dan sampai kini aku menginginkan kata itu terlontar dari mulut semua orang
Suatu saat kami pergi ke daerah dekat kota tetangga, Vino menyuruhku mengenakan kemeja tanpa apa-apa di dalamnya, awalnya aku risih, tapi aku mulai bisa menikmati
Aku buka 3 kancing baju atasku tanpa sepengetahuan Vino
“Ehm..” sindirku
“Apa sih say” tanyanya tanpa menatapku
“Ehm”
Ia langsung terkejut melihatku seperti ini, dan aku bisa melihat raut bahagianya. Beberapa mata menatapku, aku membiasakan diriku, mungkin Vino memang ingin menunjukkan diriku pada orang lain, itulah yang dia banggakan dariku, supaya ia bisa bangga memiliki aku dan tidak kecewa
“Makasih sayang” dia berterimakasih, aku senang dengan kalimat itu. Aku merasa dia sangat menghargaiku
“Apapun buat kamu sayang”
Aku mulai menikmati saat tubuhku dilihat banyak orang, dan itu juga membuat sayangku pada Vino semakin menjadi. Semua permintaanku pasti diberi olehnya, dan seharusnya akupun seperti ini, menuruti apapun yang dia inginkan
Suatu saat Vino mengajakku bepergian ke daerah pegunungan. Aku mengenakan celana skinnyku dengan atasan kemeja tanpa lengan yang lekuk pinggangnya sangat memperlihatkan keseksianku. Daerah ini sejuk dan membuatku sedikit kedinginan, disana banyak menyewakan villa, entah apa yang terbesit pada benak kami, yang jelas kami setuju untuk menyewa satu kamar
“Terus, ngapain kita disini?” tanyaku
“Santai aja sayang, sini istirahat sama aku” Vino memelukku di ranjang, pelukannya hangat, rasanya tak ingin kehilangan dia
Aku mengganti-ganti channel Tv, tapi tak ada yang menarik
“Say, bosen….” Keluhku
“Sini dong, peluk aku”
Aku merapat ke pelukan Vino, hangat dan nyaman. Tangannya perlahan meraba tubuhku, perlahan naik ke dadaku dan ohhhh dia meremas semangat, aku merasakan sekali kenikmatan ini, aku tak kuasa menahan diriku, kulumat bibirnya dan dia juga membalasnya. Tangannya menyusup masuk pada kemejaku dan menerobos bra ku, ‘glek’ dia menyentuhnya, langsung. Ohhh….. aku semakin lemas, beberapa saat kemudian ia mengeluarkan tangannya
“Say, inget dulu janjiku?”
“Janji apa?” tanyaku berlagak lupa
“Ini” tangannya menuntun tanganku memegang gundukan di celananya
“Hahahaha iya sayang, sini keluarin”
“Nih, habisin deh”
Aku langsung memegangnya dan mengocoknya seperti yang ia ajarkan dulu, tapi sering ia benarkan gerakanku yang kadang tak karuan
“Say, aku buka sekalian ya celanaku”
“Iya deh say”
Ia membuka celananya, namun kaosnya juga ia lepaskan
“Nanggung say, hehehe”
Aku pertama kali melihatnya telanjang bulat seperti ini, tubuhnya padat berisi, sedikit berkeringat namun aku semakin bernafsu melihatnya
“Kamu juga buka dong”
“Apanya?”
“Semua lah sayang”
Tanpa menunggu aku menjawab, ia menarikku dan menarik paksa kemejaku hingga dua kancingnya terlepas, lalu sedikit kesulitan melepas celanaku yang sangat ketat. Bra dan cdku pun tak luput dari serangannya, hingga kami berdua benar-benar dalam satu kata, telanjang
Aku memeluk pundakku, berusaha menutupi dua gunung yang menyembul, perasaan malu masih menyelimuti, menghilangkan ingatanku tentang bagian bawahku yang seharusnya juga aku tutupi.
“Udahlah say, buka aja, buat apa malu?”
“Belum biasa sayangku, pake selimut yuk?”
“Iya deh, sini” ia menarik selimut tebal yang sudah disediakan
Aku lebih percaya diri dalam selimut, aku berani memeluknya, dan meraba ‘milik’nya, berani menempelkan payudaraku ke dadanya, hangat dan sensasinya luar biasa
Vino memutar badannya dan menaikiku, ia menindihku dan menciumku, tangannya mendarat di atas dua gunungku, aku pun mencakar-cakar punggungnya dan menjambak rambutnya, sebuah ekspresi kenikmatan. Perlahan tangannya mulai turun kearah perut dan diteruskannya ke antara dua kakiku, merabanya dengan penuh nafsu
“Say, masukin sini ya?”
“Ha… apanya? Burung?? Nggak mau ah”
“Bukan sayang, jari aja”
“Sakit nggak?”
“Nggak tau lah, coba aja”
“He’em” aku mengiyakan sekenanya, aku percaya dia
Dalam kondisi seperti inipun aku tak mau berhubungan suami istri, aku sadar belum waktunya. Aku percayakan dia memasukkan jarinya, karena aku berpikir akan tetap perawan meskipun selaputdaraku robek, karena aku belum pernah memasukkan penis laki-laki kedalamnya.
Vaginaku mulai basah, ia mengelus perlahan, dan mencoba menembus lubang kecilku, sedikit sakit, tapi aku juga merasa nikmat, bibirnya terus menciumiku, menikmati hidangan di atas ranjang yang memang kusediakan untuk dia. Jarinya perlahan menembus masuk, sakitnya semakin menjadi
“Aahhhh, sakkiiittt…..” aku merintih pelan
“Sabar ya sayang, terusin apa nggak nih?”
“Terusin aja say, sekalian, nanggung” kataku sambil mencengkeram bantal dibawahku
“Iya sayang, sabar ya”
“Aaaaarrrrggghhhhhh” sakit kali ini berkali lebih sakit, perih bercampur rasa aneh, aku memeluk Vino tapi melarangnya mengeluarkan jarinya
“Terusin say”
“Kamu sakit gitu”
“Nggak papa! Terussiiinnn!” kataku sambil merintih
Aku tak tau harus apa lagi, setelah itu aku mengajak vino ke kamar mandi, ingin membasuh vaginaku yang terasa sangat sakit. Aku siram dan merabanya, ada bercak merah sedikit, mungkin itulah darah keperawananku, aku tersenyum pada Vino, aku bahagia, aku melakukannya dengan cinta. Sedihpun tertutup kebahagiaanku memiliki Vino, aku sayang dia
Penis besar yang mengacung sejak tadi sampai tak aku hiraukan, aku memegangnya dan mengocoknya sambil bersimpuh di depannya, sesekali aku masukkan ke mulutku, aku sangat menikmatinya
“Hmmmmmhhhh” Vino terlihat menikmatinya, “Masukin lagi say, maju mundurin hhhmmmpppphhh”
Sekitar 15 menit aku merasakan sesuatu hangat keluar, dan semakin banyak, asin dan sangat kental, aneh. Terpaksa aku berlari dan memuntahkannya, aku tak kuat merasakannya.
“Hah, say, asin, kamu keluar ya?”
“Hehehe iya sayang, kok nggak kamu telan aja?”
“Nggak kuat say, maaf ya, aku belum biasa, suatu saat nanti aku abisin deh buat kamu”
“Iya sayang, kita balik yuk, istirahat dulu, lemes nih”
“Iya sayang”
Vino menggendongku ke ranjang, menidurkanku dan menyelimutiku, lalu ia masuk menyusup kedalamnya, dan memelukku dengan mata terpejam. Aku memandangnya bahagia, dan mencium keningnya lalu memeluknya, sengaja aku tempelkan payudaraku padanya.
Hampir dua jam kami tertidur, saat aku bangun, aku merasa sesuatu yang mengganjal di vaginaku, ternyata Vino sudah bangun dan ‘mengerjaiku’
“Hehehe say, nggak sakit kan kalau waktu tidur?”
“Nggak kok sayang” aku tersenyum
“Duduk sini” aku bergerak duduk di tepi ranjang
“Buka kaki kamu sayang” aku masih bingung apa yang akan dia lakukan “Sekarang aku mau membayar kenikmatan yang tadi”
“Mau apa kamu sayang?”
“Udahlah say” Vino menenggelamkan kepalanya diantara dua kakiku, dan membuka vaginaku dengan kedua jarinya, lidahnya menyusuri vaginaku, aku merasa petir menyambarku, aku tak kuasa menahan diriku, aku memegang apapun yang dapat kupegang. Rambut Vino kujambak keras
“Nggak papa kan say aku tarik rambut kamu?”
Vino tak menjawabku dengan suara, dia hanya mengangguk, sepertinya ia sangat menikmati, sesekali ia masukkan jarinya. aku merasa sangat lemas, sekitar 20 menit ia terus melakukannya, hingga aku tergeletak di tepi ranjang
Kami tertidur lagi beberapa puluh menit, setelah itu kami memutuskan untuk pulang, kulihat beberapa kancing atas kemejaku terlepas, tapi tetap aku pakai, daripada aku pulang hanya dengan bra.
Sepanjang jalan aku bingung menutupi belahan dadaku yang terlihat, tapi aku merasakan kenikmatan tersendiri jika ada orang yang melihat dan tertarik padaku, tapi malu masih juga menghalangiku
Kami pergi ke tempat berkumpulnya pedagang kaki lima, kami memilih satu tempat, untuk makan.
Beberapa mata nakal masih sempat mencuri pandang kearahku, aku berusaha cuek dan menikmatinya, bra hitamku kadang sedikit terlihat
“Say, berani nggak?”
“Berani apa say?”
“Lepas bra kamu” dia setengah berbisik
“Ha, disini?”
“Ya nggak lah, ke kamar mandi sana”
“Hmmm gimana ya?”
“Ayolah sayang, please”
“Iya deh sayang, tunggu sini ya”
Aku berjalan menuju kamar mandi, disana aku melepas braku dan kumasukkan dalam ranselku, aku memang suka membawa ransel saat pergi keluar, sama seperti Vino dan memang penampilanku cenderung ke sporty daripada anggun. Keluar kamar mandi, aku melihat sekelompok anak muda, yang memandang kearahku, kelihatannya penampilanku terlalu menonjol, bagaimana tidak, kemeja tanpa lengan tanpa kancing atas ditambah lagi tanpa apa-apa lagi didalamnya. Mereka terpaku melihatku, aku risih dengan tatapan mereka, aku mempercepat lagkahku ke tempat Vino duduk.
“Udah sayang, keliatan?”
“Iya sayang, bagus, makasih ya sayang”
“Sama-sama sayang”
Pulangnya aku mengenakan jaketku, aku tak mau orang rumah berkomentar apa-apa, jangankan payudaraku terlihat, aku memakai baju tanpa lenganpun tak terbiasa, tapi kalau keluar, semua akan kulakukan, asal itu bersama Vino
Malamnya terjadi seperti malam-malam biasa, kami ‘ML’ seperti biasa, dan resikonya, aku meminta Vino meminum sendiri spermanya.
Sekitar 2 minggu kemudian, kami janjian pergi lari pagi di daerah yang jauh dari rumah, agar aku bebas mengenakan pakaian apapun. Dan tentunya, aku juga meminta Vino mengenakan pakaian yang aku ingin, kami akan jogging jadi dia tetap kusuruh memakai celana dalamnya, dan aku memintanya memakai kaos dilapisi jaket dan celana panjang tipis.
Seletah berlari sekitar 2 jam, kami pergi sarapan di kaki lima, memang kami tak terlalu menginginkan tempat makan elit, asalkan enak dan halal, kami suka.
Disinilah balasdendamku berlangsung, aku meminta Vino melepas celana dalamnya, entah apa yang membuatnya langsung menurutiku. Saat yang sama dengan dia ke kamar mandi, akupun melakukan hal serupa, pergi ke kamar mandi dan melepas bra dan celana dalamku, yang kugunakan saat itu hanya tanktop tipis biru dan sporty short pant hitam, yang panjangnya mungkin seperempat pahaku, sekitar sejengkal, yang jelas hanya cukup menutupi pantat dan sedikit paha.
Aku kembali lebih dulu daripada Vino, tetap saja, beberapa orang memperhatikanku terus, tapi aku merasa tenang, karena masih banyak cewek yang memakai pakaian minim, tapi jika di hitung, hanya ada dua yang super minim, aku dan gadis berbaju kuning, yang putingnya sangat jelas tercetak di bajunya, dan sepertinya ia tak mengenakan celana, hanya bajunya yang menutupinya, tapi ia bersama beberapa teman ceweknya. Temannya juga berpakaian terbuka, namun tak seperti cewek baju kuning itu, mereka mengenakan rok sporty pendek pastinya, dan juga tanktop, tapi ada salah satu diantara mereka yang mengenakan kaos lengan panjang
Saat Vino datang, sepertinya ia tak mengetahui perubahanku, aku biarkan saja dia. kulihat saat ia berjalan penisnya tercetak jelas sekali. Sengaja aku menggodanya, saat ia berdiri, aku mendekat dan menempelkan payudaraku padanya
“Sayang, aku mau minum jus tomat dong”
“Iya sayang” dia setengah terkejut, lalu menunduk, dengan tingginya yang lebih dari aku, dia pasti melihat payudaraku dari atas tanktopku yang belahannya lebar “Kamu nggak pakai bra?” bisiknya
“Ah, males sayang, buat apa? Celana dalam aja males” godaku
“Jadi kamu nggak pakai daleman?” tanyanya sambil meraba pantatku, memastikan aku benar-benar tak memakai celana dalam. Saat ia sudah yakin, aku merunduk, dan kulihat celana pendeknya sekarang makin maju, dan aku yakin dia sedang ereksi, semakin lama, semakin jelas terlihat, aku hanya tersenyum, berharap gadis-gadis melihat besarnya penis kekasihku ini, dan aku bisa membanggakannya. Selesai membayar makan, aku mengajak Vino ke tempat penjual minuman, aku sengaja jalan memutar melewati kelompok anak muda yang bergerombol menikmati lagu yang diputar dengan ekspresi sekenanya, saat itu aku melihat raut wajah Vino sangat berbeda, tapi aku yakin dia juga akan terbiasa. Di depan kami kerumunan cewek-cewek sangat padat, aku sengaja mengajak Vino melewatinya, dan pastinya penisnya akan tergesek-gesek dengan mereka, apalagi pakaian mereka aku yakin makin merangsang Vino, tapi itu yang membuatku semangat, aku harus jadi yang terbaik untuk dia.
Beberapa cewek menunduk dan sengaja melihat penis Vino, sepertinya Vino sudah bisa menikmatinya, beberapa kali penis itu menyentuh pantat gadis-gadis itu, bahkan sempat tersentuh oleh tangan, aku memang cemburu, tapi aku merasa menikmatinya, aku harus bisa jadi yang terbaik, dan hanya aku yang harusnya bisa membuat Vino terangsang.
Suatu ketika, aku main kerumah Vino, seperti biasa kami hanya berdua, karena orangtuanya sibuk bekerja, dan sudah menjadi rutinitas jika ada ciuman di setiap sela pembicaraan. Tapi, waktu itu Vino tiba-tiba meraba-raba tubuhku, aku hanya diam. Saat itu aku mengenakan seragamku, masih lengkap dengan tas yang belum kulepas.
“Sayang, emutin dong” pintanya manja, sambil menuntun tanganku menuju kemaluannya. Setelah itu membimbing aku agar berlutut didepannya dan melepas tasku
“Kamu nggak pake celana dalem?”
“Hehehehe, nggak sayang, Cuma celana pendek aja, mau liat?”
“Iiihhh kamu, iya udah sini” aku melihat dia melepas sabuknya dan melorotkan celana seragamnya lalu menunjukkan celana pendeknya diteruskan dengan mengeluarkan penisnya, jantungku berdebar dan nafasku sepertinya terasa berat.
“Nih sayang” tangannya menuntun tanganku mengocok penis panjangnya. Selang beberapa menit, dia menarik kepalaku, isyarat perintah mengulum penis itu, aku mengulumnya parlahan dan sedikit kusedot. Tangannya membuka kancing seragamku satupersatu, mengangkat tanktopku yang cukup ketat dan membuka kaitan braku, talinya sengaja ia lepas pada sambungannya sehingga ia dengan mudah menariknya
Putingku dimainkannya perlahan, membuat aku lemas dan sering tidak begitu konsentrasi untuk mengulum penisnya, jadi sering berhenti sejenak. Tangan kirinya tetap memainkan putingku yang semakin mengeras, namun tangan kanannya naik untuk memegang kepalaku dan mendorongnya agar aku memasukkan penisnya lebih dalam,penisnya yang cukup panjang tak mampu masuk penuh dalam mulutku, tapi dorongan tangannya semakin membuatku bernafsu.
Bibirku terasa lelah, aku bilang pada Vino untuk berhenti sejenak, ia mengabulkannya. Ia menyuruhku duduk disebelahnya dan memelukku erat dengan satu tangan yang menyusup berpegangan pada buah dadaku, namun penisnya masih basah dan masih berdiri keras. Aku bersandar di pundaknya dengan tetap mengelus penis kekasihku ini. Aku sayang dia, aku ingin memberikan segalanya untuk dia, seandainya saat ini dia memintaku memasukkan penisnya dalam vaginaku, sepertinya aku takkan menolak, tapi aku percaya dia tak akan seperti itu.
Tangannya yang memelukku kini perlahan bergeser kebawah, membuka resleting rokku dan menyusup dalam celana dalamku, menggosoknya perlahan, naik turun. Rasanya sangat geli, tapi aku tak bisa mencegahnya, nikmatnya tak bisa kugambarkan
“Ohhhh…… sayangg……”
“Kenapa sayang?” dia menatapku lugu dan hanya tersenyum namun tangannya masih meneruskan aksinya
Aku tak bisa berkata lagi, ia menurunkan rok seragamku begitu juga celana dalamnya dan menarikku untuk duduk diatasnya, penisnya tergesek pahaku, cairan bening menggores panjang, aku mengelapnya dengan jariku, kuberikan jari itu ke mulut Vino, ia tak banyak pikir langsung mengulumnya, lalu kemudian jarinya dikeluarkan dari vaginaku, dalam keadaan basah, aku disuruhnya mengulum jari tengahnya yang basah dengan cairanku sendiri, dan jari telunjuknya dia kulum sendiri. Rasanya gurih dan sedikit asin, tapi aku menyukainya.
Penisnya menempel di perutku, ia menarik pinggangku mendekat, rokku sedikit menghalangi, tapi tak apalah, kedua tangannya kembali meraba payudaraku dan bibir kami saling beradu. Basah oleh liur, ia menjilati kedua payudaraku, aku digerak-gerakkannya naik turun supaya perutku menggesek penisnya.
Dia menarik badanku untuk merebah, dan menindih badanku. Celananya dilepaskan dan dilemparkan sembarang, rokku tak luput juga dilemparkan, baju dan tanktopku dilepas semua, aku telanjang, benar-benar telanjang. Entah, rasa malu sudah tak aku rasakan. Aku ingin memberikan servis penuh pada kekasihku, aku pasrah, layaknya sebuah hidangan matang yang siap disantap habis.
Kami berpelukan sangat lama, dia diatasku dan aku ditindihnya bagai kasur empuk yang punya dua gundukan. Lalu ia menyuruhku duduk dan dia berlutut dibawahku, dengan liarnya ia membuka lebar kakiku, menyantap hidangan berbulu tipis dengan penuh nafsu, menusuk dengan jari dan lidahnya. Menjilatinya sampai tenagaku terkuras. Lalu ia berdiri dan berjalan menuju kamarnya lalu langsung keluar dengan membawa sesuatu, permem mint
Ia memberiku dan ia juga memakannya, lalu ia meneruskan aktivitasnya, ia menjilati dengan semangat, yang mengejutkanku ternyata ia masukkan permen itu kedalam vaginaku, oohhhh, sejuk bercampur aneh.
“Sayang, rasanya gimana?”
“Di….dii..dingin say..”
“Tapi oralnya jadi lebih seru”
“Iya, tapi jangan lama-lama ya”
“Iya sayang”
Selang beberapa menit, ia masukkan jari-jarinya untuk mengambil perman itu. Keluar dalam keadaan basah, namun ia tetap memakannya
Setelah cukup lama, aku ditariknya lagi untuk mengulum penisnya, dituntun kepalaku maju mundur sampai berkali-kali aku tersedak. Beberapa menit kemudian ia menekan kuat kepalaku dan cairan kental asin meleleh di kerongkonganku
“Telan say..” ia berbisik pelan
Aku hanya berusaha menelan, cairannya makin banyak dan bertambah banyak, ia mencabut penisnya dan spermanya masih cukup banyak di mulutku. Ia menarik wajahku dan mencium bibirku, ia menghisap sperma yang ada di mulutku lalu memberikannya lagi padaku berulang-ulang, dan akhirnya ia memberiku setengah untuk ditelan dan setengahnya lagi ia telan sendiri
“Makasih sayang, biar sama-sama ngrasain”
“Iya sayang, asiin nih”
“Hahahaha, iya, ntar kamu kalo sering ngemut juga biasa kok”
Aku hanya tersenyum lalu memeluknya
Tak terasa sekitar 3 jam berlalu, aku herus segera pulang
“Sayang, aku harus cepat pulang nih”
“Iya sayang, makasih ya sevisnya, bayar berapa nih? Hahahaha”
“Ah, buat kamu gratis deh sayang, kalau buat orang lain baru bayar. Hahahaha” jawabku bercanda “Sayang, celana dalamku basah nih, gimana?”
“Ohh, santai, kamu pakai aja boxerku, mau kan?”
“Boleh kan?”
“Pakai aja sayang”
Vino punya banyak celana pendek, dan kebanyakan malah sangat pendek, dia suka memakai celana seperti itu di rumah, kadang malah penisnya sampai keluar dari lubang kakinya karena terlalu pendek dan karena ia tidak mengenakan celana dalam. Tapi itu ia kenakan saat sedang sendiri. Beberapa boxer itu ada beberapa yang belum ia cuci setelah ia gunakan untuk menampung sperma hasil onaninya, dan ia menyuruhku mengambil salah satunya. Aku mengambil salah satu yang pendek dan mengenakannya perlahan setelah memakai celana dalam, baunya khas sperma kering.
“Say, bra kamu tinggalin sini aja, aku pinjem ya?”
“Buat apa?”
“Yah, kamu tau lah”
“Hahaha iya sayang. Bawa aja”
“Makasih”
Setelah itu Vino mengantarku pulang, dan sampai di kamar, aku menyimpan boxer Vino di lemariku, tanpa ku cuci. riathe69lover@yahoo.com

3 hari setelah itu, sahabatku datang kerumah, asalnya dari luar kota, sekitar 4 jam perjalanan. Namanya Putri, ia lebih tinggi sedikit dariku, ukuran dadanya juga lebih besar. Aku mengajaknya masuk ke kamarku
“Naik apa kamu?”
“Motor…”
“Ha? Sendirian?”
“Iyalah, capek nih”
“Udah, istirahat sana”
“Yah, baru juga dateng, suruh istirahat, kangen….”
“Hahahaha, aku juga kangen kamu” aku memeluknya “kemana aja nggak pernah keliatan?”
“Ya dirumah, nggak bisa sering keluar”
“Nah, gimana nggak bisa? Ini kan keluar juga. Jauh loh dari sana kesini”
“Iya Ria-ku sayang, bokap nyokap lagi ke semarang, 2 minggu. Berangkat tadi malem”
“Waah, pantesan bebas nih. Nginep sini ya?”
“Yaah, tujuanku bukan gitu, aku mau ngajak kamu kerumah, kalo kamu nggak aku jemput pasti nggak bakalan mau, iya kan?”
Saat itu tepat libur seminggu lebih, aku lupa tepatnya karena apa
“Hahahaha, masih inget aja kebiasaanku, kapan kita berangkat?”
“Emang mau nunggu apa?”
“Jadi? Sekarang?”
“Iyalah, udah, kemasin sana barang-barang kamu”
Aku mengambil ransel besar diatas lemari, sedikit apek karena sudah lama tak terpakai. Kuletakkan di lantai dan aku membuka lemariku, aku keluarkan beberapa tumpuk untuk dipilah di luar agar lebih mudah, aku mengambil beberapa tanktop, kaos dan kemeja. Setelah itu giliran tumpukan celana yang aku keluarkan dan kupilah.
“Lho, kamu juga suka hotpant Ri?”
“Hmm, kadang aja sih, kenapa?”
“Nggak papa, bawa aja itu sama semua celana pendekmu, itu aja cukup kok”
“Gila ya? Nggak mau ah”
Setelah beberapa saat memilah pakaian, aku keluar untuk minta izin orang tuaku
“Bentar ya put, aku izin dulu”
“Iya Ri, cepet ya”
“Iya… cerewet”
Singkat kata, mamaku mengizinkan aku pergi dengan putri, karena putri sudah cukup lama akrab dengan keluargaku, jadi beliau percaya
Sekitar 5 jam kami menempuh perjalanan, saat itu jam sudah menunjukkan pukul 4 sore kami sampai dengan selamat. Rumahnya di daerah perumahan sehingga jalan depan rumah sangat sepi, cukup besar, dangan halaman yang luas.
Asap kenalpot menempel pekat di pakaian kami. Tapi kami memilih untuk istirahat lebih dulu, putri mengajakku ke kamarnya. Aku melemparkan tubuhku ke springbed dan meregangkan otot-ototku, putri menyusul setelah melepas jaketnya yang berbau menyengat, melompat ke sampingku
“Ri, masih kangeen”
“Hahahaha, kamu tuh, udah ketemu masih juga kangen”
“Kamu kan sahabat terbaikku… peluk dong”
“Iya Put, kamu juga sahabat terbaikku, sini”
Kami berpelukan dalam posisi berbaring, andai ada orang tiba-tiba masuk dan melihat kami, mungkin kami akan dikira seorang lesbian.
“Udah cukup, ntar waktu tidur lagi” ucapnya menyudahi pelukan kami
“Iya, ntar puas-puasin deh, hahahaha”
“Bener ya?”
“Iyaaaa”
“Makasiih, mau minum apa Ri? Aku bikinin, pembantuku pulang, anaknya sakit”
“Lho, terus? Kamu sendirian?”
“Iya lah, makanya aku ajak kamu”
Ia berlalu tanpa menunggu jawabanku tentang minuman, lalu kembali dengan membawa dua gelas minuman kuning, jus jeruk
“Nih minum, aku mau mandi dulu”
“Makasih, yaudah mandi sana, gantian”
Ia masuk kamar mandi yang ada dalam kamarnya. Aku memilih untuk berbaring, memanjakan punggungku yang lelah. Aku sudah bilang Vino kalau akan pergi kerumah Putri untuk beberapa hari, dan ia mengizinkan, jadi aku bisa tenang dan bisa puas menikmati liburanku.
Putri keluar dengan melilitkan handuk di tubuhnya, lalu berjalan ke lemari besar miliknya
“Udah, mandi sana”
“Bentar capeek”
“Cepet mandi! Bauuuu”
“Hahhh, iya iya… dasar.. cerewet!!!”
Aku masuk kamar mandi, dan mulai membuka pakaianku, memang baunya sangat menyengat, aku melemparkannya begitu saja ke lantai dan mulai membasuh tubuhku dengan air dingin. Segar, lega rasanya, setelah menghirup udara penuh asap selama berjam-jam kini ditutup dengan bilasan air dingin yang menyegarkan.
Sekitar 15 menit aku mandi dan melilitkan handuk putih ke tubuhku, lalu keluar dan mencari ranselku, aku membukanya dan sangat terkejut, hanya ada pakaian dalam, tanktop, hotpant, dan celana sporty super pendek yang tersisa, lainnya lenyap, pantas ranselku jadi ringan selama perjalanan. Aku keluar kamar dan mencari putri
“Puuut!!! Putriii!!!” Aku teriak dari depan kamarnya
“Kenapa Ri?!!! Aku di dapur”
“Hei, kamu udah ngeluarin semua pakaianku ya? Gila kamu!!!!”
“Ahh, tenang aja deh “ jawabnya singkat “Tunggu, bentar lagi kelar kok”
Tak lama, putri datang ke kamar, membawa 2 piring mie instan, dan yang membuatku terkejut, pakaiannya. Ia mengenakan kemben dan celana boxer super pendek, longgar lagi. Padahal aku belum pernah melihatnya seperti ini.
“Put, sejak kapan kamu berani gini?”
“Gini apa?”
“Pakaian kamu”
“Oooh, udah lama sih, dari dulu aku sering pakai gini, tapi dulu masih malu kalau dilihat orang, inipun aku sembunyikan dari orangtuaku”
“Eh, pakaianku kamu kemanain?”
“Hahahaha, aku balikin, disini panas, pakai aja yang gitu, beban kamu jadi berkurang kan?”
“Iya sih, tapi nggak papa kan? Kalo mau keluar gimana?” aku masih agak ragu, karena kalau dikampungku, aku keluar pakai pakaian begitu pasti heboh
“Nggak papa lah, tetangga aja nggak ada yang kenal. Udah, lepas tuh handuk, ganti baju sana!”
Aku mengambil pakaianku dan membawanya masuk ke kamar mandi dan memakainya, celana sporty tipis super pendek berwarna ungu gelap dengan tanktop hitam yang agak kebesaran.
“Nah, gitu dong, seksi banget kamu”
“Iya, tapi masih belum biasa”
“Ah, udah, biasain aja”
Kami makan mie instan lalu ngobrol sampai jam 7 malam, lelah seperti hilang
“Ri, mau coba sesuatu nggak?”
“Ha? Apaan?”
“Udah ngikut aja” Putri berjalan ke lemari mengambil sebuah mini dress spaghetti coklat yang panjangnya hanya sampai setengah paha dan memberikannya padaku
“Buat apa?”
“Udah pakai aja”
“Nggak ah”
“Udahlah Ri, pasti seru, aku jamin, tapi celana kamu juga lepas”
Aku menurut dan pergi ke kamar mandi lalu keluar dengan canggung, kulihat putri sudah mengenakan mini dress juga berwarna putih, bagian dadanya terlihat sangat menonjol
“Nih bawa” ia menyodorkan tas tangan padaku
“Buat apaan sih?”
“Udah ikut aja” ia turun dan aku hanya mengikutinya, ia masuk garasi dan mengeluarkan matic putih lalu menyuruhku naik. Aku bingung harus duduk seperti apa
“Jangan duduk menyamping, nggak seimbang”
“Hah! Cerewet bener sih kamu”
“Udahlah, nurut aja, seru kok”
Ia menjalankan motornya cukup cepat, aku berkali-kali harus membenarkan dressku yang pendek ini, berkali-kali celana dalamku terlihat, untungnya malam, jadi cukup gelap. Ia berhenti di mall dan memarkir kendaraannya
“Ngapain kita kesini?”
“Udahlah Ri, ikut aja”
Ia berjalan masuk dan menuju eskalator dengan santai, beberapa pemuda di belakang sepertinya membicarakan kami dengan keadaan pakaian kami yang seperti ini, namun aku heran, nafasku jadi berat dan sepertinya aku mulai menikmatinya
“Gimana Ri? Udah ngrasain?”
“Gila kamu, pantesan betah”
“Seru kan?”
“Iya sih, kalau aku ketagihan gimana? Hahaha”
“Kesini aja, kita lakuin lagi hahaha, tapi ini belum mulai loh”
“Haa! Belum?”
Ia mengajakku ke café dalam mall, tempat duduknya menggunakan shofa dan ia memesan 2 milkshake coklat
“Disini kita mulai”
“Caranya?”
“Lihat ya”
Shofa kecil itu membuat posisi lutut kami lebih tinggi, Putri menyilangkan kakinya, sehingga dressnya terangkat sampai hampir terlihat celana dalamnya, setiap orang yang lewat pasti melirik kearahnya, bahkan ada yang meminta duduk bersama kami namun kami menolaknya. Berkali-kali ia mengganti posisi kakinya, sehingga celana dalamya sering juga terlihat. Ketika milkshake kami sudah siap dan diantar mas-mas berusia sekitar 23 tahunan, Putri semakin menjadi, ia menjatuhkan nomor meja ke sebelah kaki mas-mas itu, lalu ia merunduk untuk mengambilnya, belahan dada lebarnya sedikit menggantung, dan aku tau mas-mas itu mencuri pandang kearah Putri, entah ke dada atau paha, karena mini dress itu sangat pendek bawahnya, saat ia merunduk otomatis bagian bawahnya juga terangkat. Cowok ini terlihat salah tingkah, celananya membesar tepat dibawah perutnya, aku tersenyum kecil padanya dan ia pun bergegas pergi.
“Gimana Ri? Berani nggak kamu?”
“Jadi kamu nantang nih? Hahaha”
“Nggak juga sih kalo dibilang nantang, tapi ngajak kerjasama,hahahaha”
“Hahahahaha, ok kalo gitu, kita pindah tempat sekarang, aku maunya outdoor”
“Ok Ri….”
Setelah meminta billnya dan membayar, Putri mengajakku ke taman depan Mall, cukup ramai namun terlihat indah karena lampu-lampu berjajar menghiasi. Kami berjalan bergandengan tangan, melihat-lihat keindahan kota malam hari, namun herannya tak ada sepasang matapun yang memandang kami, apa penampilan kami tidak menarik atau apa.
Di depan kami ada penjual kerajinan tangan dari berbagai macam bahan, penjualnya meletakkannya di atas anyaman bambu yang terlihat indah, kesan alaminya masih benar-benar nampak, penjualnya cowok usia kuliah, berkacamata. Disini aku tertarik untuk beraksi, aku ajak Putri melihat-lihat, kami berdiri tepat di depan cowok penjual itu.
“Silahkan mbak dilihat-lihat”
“Iya mas makasih” jawabku, rupanya cowok ini cukup sopan “Bikin sendiri mas?” tambahku sambil jongkok pelan-pelan. Cowok itu mengalihkan pandangannya sebentar lalu kembali malihat mataku.
“Iya mbak, temen-temen kampus kerja bareng bikin ini semua”
Putri rupanya tak mau kalah, ia mengikutiku jongkok tepat di depan cowok itu
“Apaan sih Ri?”
“Ini Put, masnya bikin ini semua sama temen-temennya, keren kan?”
“Iiiihh, lucuu. Yang ini berapa mas?” Putri mengangkat sebuah globe ukir kecil yang terbuat dari kayu
“Eee….eee… 25 ribu mbak, itu asli bikinan tangan loh” jawabnya dengan sedikit gugup
Aku yang semula duduk serong ke kiri memutar posisi dudukku untuk melihat ke sebelah kanan, kubuka kaki kananku sengaja untuk menampakkan sedikit celana dalamku pada cowok ini lalu segera kaki kiriku menyusul menutup rapat pada kaki kananku. Cowok itu semakin gugup melihatku, nafasnya terlihat berat. Namun belum berakhir sampai disini, Putri tidak mau kalah denganku, ia berniat mengambil barang yang letaknya agak jauh, sehingga ia harus menjangkaunya dengan posisi seperti merangkak, lagi-lagi, belahan dadanya menggantung memperlihatkan belahan dadanya yang besar, cowok itu sangat salah tingkah, ia berkali-kali membenarkan posisi duduknya
“Gimana menurutmu?” Putri menunjukkan gantungan kunci berberntuk tongkat baseball
“Aku lebih suka yang tadi”
“Yang mana?”
“Globe kecil tadi, kayaknya prosesnya lebih rumit”
“Iya deh. Udah mas, globe itu aja, berapa mas?”
“25 ribu mbak” dengan nada yang masih terdengar gugup
“bentar ya mas” Putri membuka tasnya, dan berpura-pura lupa tentang posisi duduknya, ia membuka kakinya sedikit lebar, dan pastinya celana dalamnya terlihat jelas oleh cowok itu. Putri memperlama pencariannya dengan alasan bingung mencari uangnya yang tadi berserakan, raut wajah cowok itu seperti ketakutan atau entah apa, yang jelas ia sangat gugup
“Nah, ketemu, ini mas, pas ya?”
“Ii…. Iiya mbak, makasih ya mbak”
“sama-sama mas”
“Makasih mas” aku menambahi dan mengajak putri pergi, sebagai penutup, aku menunduk dan pasti dadaku tarlihat jelas olehnya, setelah kami berbalik, aku membenarkan sepatuku dengan merunduk, yang pasti ia dapat melihat pantatku yang hanya tertutup celana dalam dengan jelas. Aku kembali berdiri dan membenarkan mini dressku lalu berjalan pergi.
Pertunjukan kami masih terus berlanjut sampai pukul 22.00. setelah itu kami kembali kerumah Putri.
“Haaah,,, akhirnya, capek juga ya,”
“Iya, ngantuk…”
“Eh, gimana? Seru nggak?”
“Iya Put, seru, lain kali lagi ya?” aku tak tahu kenapa kata itu spontan keluar dari mulutku
“Semangat banget kamu? Iya deh lain kali lagi”
Aku memang sudah mulai menikmati seperti itu, tapi rasa takutku lebih besar jika hanya aku sendiri, aku juga tak mungkin mengajak Vino memakai pakaian seksi hahahaha
“Udah, ganti baju sana, terus tidur”
“Iya Putri cerewet”
Aku mengganti mini dressku dengan tanktop, dan aku ingat kata-kata Vino agar tak mengenakan bra saat tidur, jadi aku sengaja tak mengenakannya, bawahannya aku memakai celana pendek longgar dan celana dalam tentunya, meskipun Vino juga melarangku memakai celana dalam saat tidur untuk mencegah keputihan, aku tetap memakainya karena agak risih.
Putri sudah berbaring di ranjang menggunakan bed cover sebagai selimutnya, aku menyusup kedalamnya dan merebahkan diri. Putri mendekat dan tiba-tiba memelukku erat
“Apaan sih Put??!!”
“Kamu kan udah janji ntar pelukannya diterusin lagi saat tidur? Hihihi”
“Oh iya deh, sini” aku mengiyakan, meskipun aku agak sulit bernafas, tapi biarlah, dia sahabatku
04.00, aku terbiasa bangun sepagi ini untuk menjalani rutinitasku, pelukan Putri tak kurasakan lagi, dia sudah agak jauh dari tempatku tidur, aku bangun dan masih membiarkannya. Aku masuk ke kamar mandi dan berendam di bathtub. Sekitar 15 menit aku keluar dan melihat Putri masih lelap, aku ke dapur dan menyiapkan masakan.
05.30 pagi makanan telah siap dimeja makan, aku berniat membangunkan sahabatku itu, kulihat ia tetap pada posisi seperti tadi. Langsung saja aku tarik bedcover yang menutupinya.
“Astaga!!!” aku teriak kecil, namun tak sampai membangunkan Putri
Aku terkejut karena mendapati putri dalam keadaan telanjang bulat dan tangan kanannya masih memegang vaginanya, ponselnya mati berada di sebelahnya
“Put…. Bangun Put”
“Hmm?”
“Hei, abis ngapain kamu?”
Ia tak menjawabku, hanya tersenyum dengan mata terpejam lalu menjilat tangannya yang baru dikeluarkan dari vaginanya
“Ngapain kamu Put?”
“Heemmmpphhh…. Enak Ri, tadi malem aku nggak tahan” ia perlahan bangun dan berdiri membuka jendela, hari masih cukup gelap
“Udah, pakai baju sana” kuakui, tubuh Putri memang bagus, pinggangnya kecil, pantatnya juga seksi, dan dadanya menambah daya tarik yang luar biasa.
“Iya, kok jadi kamu yang cerewet? Oh iya, maaf sama makasih ya…”
“Haa?? Maaf? Buat apa? Dan makasih buat apa?”
“Udahlah, makasih”
“Hei jawab!!!kenapa kamu”
“Hihihihi…. Dada kamu bagus ya? Makasih buat tadi malem, aku sebenernya mau ngajak kamu main bareng, tapi keliatannya kamu capek, pas aku pegang pegang, kok kamunya nggak bangun, jadi aku terusin deh, tapi bener, dada kamu bagus”
“Ha….. Apa????!!!!” Aku kaget bagai disambar petir, seorang perempuan menyentuh payudaraku?? “Apa-apaan kamu?”
“Kamu nggak suka ya?” raut mukanya memelas
“Emmm, bukannya nggak suka, tapi aku nggak pernah Put digituin sama cewek”
“Lho, jadi kalo sama cowok pernah? Oohh Vinoo… ternyata”
“Buu.. bukan gitu maksudnya”
“Alah udah deh ngaku aja”
Aku memang merahasiakan apapun yang kulakukan dengan Vino pada siapapun
“Engg…. Udahlah Put, gila kamu ya?”
“Hahahahaha, santai, aku jaga rahasia kok”
“Put!!!” aku membentaknya, raut wajahnya seketika itu berubah, selama kami bersahabat, baru kali ini aku membentaknya
“Kamu nggak suka ya?”
“Bukan gitu Put, aku suka kok” Aku salah bicara
“Beneran Ri? Jadi aku boleh gituin kamu lagi??” Raut mukanya kembali segar
“Engg…” belum sempat aku bicara ia menyelaku
“Makasih ya Ri!!!”
Aku tak tahu harus seperti apa lagi, tapi apa salahnya, toh aku juga tak berhubungan kelamin
“Iya, iya Putri, tapi ada syaratnya”
“Apa? Apa? Apa?”
“Lakuin saat aku tidur”
“Iya Ria sayaang, makasih yaa”
Haahh…. Lega rasanya bisa sedikit tuntas, meskipun aku tak ada nafsu dengannya, tapi apa salahnya aku membahagiakannya, aku juga tak berkurang sedikitpun
“Udah, ayo makan sana”
“Mau beli apa?”
“Nggak usah beli, aku udah masak Put”
“Beneran?? Makasih sayang, kamu sahabat terbaikku. Seketika itu ia memelukku, dalam keadaan masih telanjang, aku ulangi, masih telanjang. Dadanya menempel ke dadaku membuatku cukup risih.
“Udah pakai baju kamu! Aku tunggu di meja makan”
“OK”

Setelah kami makan, mandi dan ganti pakaian, Putri mengajakku pergi lagi. Saat itu aku memakai celana oren yang sangat pendek, aku bisa bilang celana dalam, karena panjangnya hanya sekitar satu jari dari vagina dan cukup longgar untuk melihat celana dalamku dari bawah. Atasnya aku memakai tanktop couple kuning dengan Putri yang baru saja diberikan olehnya, yang lucu ada gambar 3 lingkaran, dan yang 2 tepat pada posisi payudara dan dibelakang terdapat tulisan ‘good taste’ kata yang cukup ambigu, hahahaha
“Pantes kan?”
“Hahahaha, iya lucuu”
“Aku pesen khusus buat kita, dulu aku udah mau kasiin kamu, tapi aku takut kamu nggak suka pakaian yang agak terbuka gini. Eh pas tau kamu gini, yaudah deh, keturutan juga”
“Aku dulu emang nggak suka, nggak berani malah, tapi Vino yang suka terus nyuruh aku pake yang gini-gini”
“Seleranya tinggi tuh anak, iya deh ntar di motor kamu ceritain semua”
“Kita mau kemana sih?”
“Udah ikut aja”
Di sepeda motor, aku menceritakan tentang Vino, aku harus bangga punya dia, karena ia nggak seperti cowok pada umumnya, ia tak merokok apalagi minum, dia anak yang sopan dan cukup pintar, hanya nafsunya sangat besar, hahaha, tapi wajar untuk itu, daripada ia melakukan yang lain, lebih baik ia ‘melakukannya’ sama aku
Putri berhenti pada sebuah rumah, lalu memencet bel di gerbang, cowok seusia Vino muncul, tubuhnya tinggi tapi agak kurus, kulitnya putih dan rambutnya sedikit ikal, cukup tampan bagi ukuran seorang cowok, dengan celana training dan kaos oblong ia sedikit berlari membukakan gerbang besar yang berdiri dihadapan kami.
“Masuk Put…..” Ia terpaku, memandangi putri dari atas kebawah, putri memakai hotpant dengan motif sobek-sobek kecil dan dipadu tanktop couple kami
“Eh, malah bengong, kenapa San? Pakaian kita terlalu terbuka ya?”
“eng,,, enggak papa kok, seneng malah hehehe”
“Ihh kamu tuh, nakal ya.”
“Hehehe, kamu juga mau kan aku nakalin hehehe”
“Huh, iya deh nyerah”
“Emang takdirnya gitu” cowok itu melihat kearahku “Ini Ria?”
“Iya” jawabku sambil mengulurkan tangan untuk menyalaminya
“Sandi, cowoknya Putri” ia tersenyum manis, aku baru tahu kalau putri punya cowok
“Jadi nggak disuruh masuk nih?”
“Hahaha iya, kelupaan, ayo Put, ajak Ria masuk”
Rumahnya sederhana, tapi penataannya sangat bagus, kami diajak masuk kedalam dan disuruh duduk di ruang tamu lalu ia berjalan kebelakang
“Kamu kok nggak bilang aku kalo punya cowok?” aku berbisik ke Putri
“Sekarang tau kan?hahaha”
“Huuuh…” aku memukul sebal pundaknya
“Nih minum dulu” Sandi membawakan the botol dingin untuk kami
“Sepi beneran kan san?” Putri menanyakan hal yang sepertinya sudah diketahuinya
“Iya kok sayang, kenapa?”
“Ke kamar kamu yuk?”
Sandi melotot memberi isyarat lalu melirikku
“Ah, udahlah ajak aja” aku bingung apa yang mereka bicarakan
“Put? Beneran?”
“Iya sayang, Ria sahabat terbaikku kok, iya kan Ri?”
Aku hanya tersenyum
“Yaudah ayo” sandi menuntun Putri dan tangan putri menarikku, aku tak bisa menolak
Mereka masuk kamar dan duduk di ranjang, aku memilih duduk di lantai, kulihat mereka berciuman dan Sandi yang terlihat pendiam mulai nampak sisi liarnya, ia menindih badan Putri, dan menciuminya ganas, tangannya memegang erat payudara Putri, nafasku mulai terasa berat. Tiba-tiba Putri menghentikan aktivitas mereka
“Sini Ri, ikutan…”
Aku hanya tersenyum dan menggeleng kepala
“Beneran?”
“iya Put makasih, nonton aja deh, boleh kan?”
“Hahaha, iya Ri, sabar ya, ntar sama Vino puas-puasin deh”
Putri sekarang lebih ganas, ia mendorong badan sandi dan membaliknya, kini Putri ada diatas, ia membuka kaos sandi dan melorotkan celana sandi sekaligus dengan celana dalamnya. Sandi tak mau kalah, ia lalu mengangkat tanktop Putri dan melemparnya beserta bra besar yang awalnya menutupi dada putri. Tangannya dengan ganas meremas dan mulutnya menghisapnya dengan penuh nafsu
Setelah terlihat puas tangannya turun dan membuka hotpant dan celana dalamnya, dengan penuh nafsu melemparkan tubuh Putri ke ranjang dan mulai menghisap vagina Putri, ia masukkan 3 jarinya sekaligus dan mengulanginya berkali kali
Setelah beberapa saat, giliran putri yang mengulum penis Sandi, penisnya mengacung berwarna coklat tapi lebih panjang milik Vino, Putri mengulumnya dan mengocok sangat cepat, hanya sekitar 3 menit Sandi mengerang dan mendesah keras lahar putih membasahi wajah Putri, ia menjilati sisa yang ada di penis Sandi dan mengambil yang membasahi wajahnya dengan jari lalu diacungkan kepadaku
“Mau?”
Aku hanya tersenyum
“Yaudah…”
Putri mengarahkan tangannya pada mulut Sandi dan Sandi menelannya,
Mereka ‘bermain’ cukup lama badan Putri penuh dengan bekas sperma, setelah aku tanya, ternyata prinsip mereka sama denganku, mereka tak mau berhubungan antar kelamin sebelum menikah.
Sebelum berpakaian, Putri menyuruhku memotret tubuh bugil mereka, ada yang berdua dan ada yang sendiri, lalu aku boleh menyimpannya sebagai kenangan, namun harus disimpan dalam komputer dan diberi password
Kami kembali kerumah Putri sekitar pukul 14.00. kami beristirahat dan seperti sebelumnya Putri memainkanku saat aku tidur siang, haah, biarlah, demi sahabat
Malamnya kami tidur dalam posisi yang sama, dan pastinya Putri mengulanginya lagi. Dan karena esoknya aku akan pulang, Putri memelukku sangat erat, seakan tak mau melepaskanku.
Esoknya sebelum pulang, Putri memberiku beberapa celana pendek, katanya agar aku bisa menghibur Vino, aku diantar pulang dengan memakai baju yang aku gunakan berangkat, karena tak mungkin aku kerumah dengan pakaian terbuka, bisa-bisa nyawaku hilang melayang.



« Back

Download film langsung dari hape !
+ KISAH PANAS +
[01] | [02] | [03] | [04] | [05] | [06] | [07] | [08] | [09] | [10] | [11] | [12] | [13] | [14] | [15] | [16] | [17] | [18] | [19] | [20]
Home Home
Guestbook Guestbook

U-ON
11342
INDOHIT.SEXTGEM.COM