watch sexy videos at nza-vids!
Download aplikasi gratis untuk Android
INDOHIT.SEXTGEM.COM

Office Cutie 7 : Salah Sangka Berbuah Nikmat


Tangan kiriku memanggul segelas teh pahit kesukaan wanita penghisap darah itu, “Tokk.. tokkk.. tokkkkk” aku mengetuk dengan sopan, hmmm, ngak ada yang nyahut, mungkin kurang keras, kali ini kuperkeras ketukanku, tokk.. TOK TOKKKK…!! masih juga tidak ada sahutan dari dalam ruangan Bu Selmy. Kali ini kukerahkan seluruh tenaga yang kumiliki dan kuketuk kuat-kuat pintu yang tertutup itu, tiba-tiba saja pintu itu terbuka lebar dan ketukan kerasku mampir dijidat seseorang..

“Bletakkkkk !!!”

“Heiiii……!!”

Sebuah suara melengking terdengar menggetarkan jagat raya saat ketukanku menempel di jidatnya. Matanya mendelik mirip seperti buto ijo yang sedang terangsang. Mataku ikut mendelik, WADUH! makhluk apakah gerangan yang begitu mengerikan di hadapanku ini?! Tunggu dulu!! sepertinya aku mengenali si dia yang jidatnya kuketuk keras sampai wajahnya yang keriput terangkat ke atas, EMAKKK..!!

“Aaaaaaaaaa…. uuuuuuuu… aaaaaaa…. uuuuuuuuu, anu ini, itu, dan yahh, begini buuu itu, ini, anu ibu keriput. Ee-ekkkhhhhh”

“APA KAMU BILANGGG !!

“B-bukan, bb-bukan itu maksud saya, ini anunya saya, silahkan bu.. silahkan, euhhh teh bu, dimakan bu, silahkan dimakan, anu saya..itu..ambil silahkan di teh.”

“Dasar GOBLOKK…!! BRAKKKKK…!!.”

Pandangan mataku menatap kosong pada daun pintu di depan wajahku.

“UJANGGGGG…..!!” terdengar teriakan keras memanggil namaku

Tanpa banyak pikir panjang aku menerobos pintu itu sekuat tenaga, jelas saja aku termental kebelakang saat beradu dengan sang pintu yang begitu kokoh.

“BRAKKKKK..!! GEDEBUKKK….!!OOAAKKH…”

Aku jatuh duduk dengan posisi kedua kakiku yang agak mengangkang, sementara kedua tanganku menahan kebelakang agar punggungku tidak roboh kelantai, pintu itu kembali terbuka lebar-lebar, dan suara stereo full power itu kembali melengking memanggil namaku.

“UJAAAAANGGGGG…..!!

“Disini Buuuuuuu…!! disini…!!” kuacungkan jari telunjukku ke atas sambil berusaha untuk bangkit berdiri.

“NGAPAIN KAMU DUDUK-DUDUK DISITU…HAH!! NIHH segera Fax dokumen ini kenomor xxxxxxxxxxxx, awas kalau salah lagi , KAMU SAYA PECATTTTTTT……NGARTIiiiii!!”

Tanpa banyak berkomentar aku menerima tugas penting yang diberikan oleh Bu Selmy, kudaki anak tangga menuju ruangan perfax-an yang ditunggui oleh seorang karyawati cantik bagian arsip yang bawelnya minta ampun, namanya Non Sherina, biasa dipanggil Sherin. Tubuhnya yang slim mungil selalu sukses membangunkan ujang junior di pagi hari, aku melompat ke sisi kanan meja Non Sherina, kusodorkan dokumen penting di tanganku.

“Nonn, ini di fax-in kenomor xxxxxxx…”

“Fax aja sendiri, kamu yang disuruh, koq malah nyuruh lagi sama aku…sih!!” ia menjawab ketus sambil menatapku dengan tatapan juteknya, kemudian kembali menatap ke monitor Lcd, tangannya begitu lincah mengetik-ngetik tuts keyboard.

“tolong saya nonnnn, tolooongggg…, saya nggak bisa”

Aku hampir menangis mengingat nasibku berada pada keberhasilanku menuntaskan tugas penting ini, jika aku sampai gagal, maka tuntaslah sudah hidup ini.

“duhhhh…!! ngerepotin amat sih jadi orang..!! masa ngefax aja ngak bisa..!!”

Bukannya membantu, ia malah mengomeliku yang gaptek.

“Cepet masukin dulu…”

“masukin ?? apanya Nonn ?? “

“yang kamu mau disiapin, terus masukin dulu!” ia menjawab tanpa menoleh sedikitpun ke arahku.

“Hahhhhh ?? !! beneran nih nonn ??“

Wahh, pucuk dicinta ulam tiba nih, dimasukin? hi hi hi, buset dah…!!, yang saya mau?? jadi minta dicoblos nih ceritanya?? langsung aja?? gak pake neko-neko?? Alamakkk, jarang-jarang ada cewe kaya gini mau ngangkang tanpa syarat, non Sherin i lop u , muahh , muahh, beibeh ^_^

“ihh, gimana sih, kamu itu tuli apa ?? cepetan dong masukin…!!”

Aku tersenyum lebar sambil perlahan menurunkan resleting celanaku dan menarik alat suntikku keluar dari sela resleting celanaku. Ia masih sibuk merapikan dokumen-dokumen yang berserakan, entah dokumen apa itu, aku tidak tahu , yang jelas ia tampak sibuk.

“srettttt…..!! ini nonn, udah siap dimasukin, tinggal disiapin lubangnya..”

“awwwwwwwwwww….!! gilaaaa!! apa-apaan kamu hahh??!! keluarrrr..!! dasar brengsekkkk…..!! KEPARAT…kurang ajar….!! ke laut aja luu…!! MAMPUSSS sana…!!“

Ia menoleh ke arahku kemudian membentak sambil memalingkan wajahnya ke arah lain dan mencaci maki dimix dengan sumpah serapah. Aku gugup memasukkan kembali senjataku yang mengacung siap untuk bertempur dengan si jutek yang memiliki wajah jelita, non Sherina menggebrak meja dan kembali mengusirku.

“brakkk…!!, Keluuuu….ARRRRRRR….!!”

“t-tapi nonn, saya jadi bingungg…kata non tadi cepet dimasukin, begitu sudah dikeluarin, non malah marah-marah sama saya…,tolong saya non, kalau saya tidak berhasil mem-fax dokumen penting ini, sa-saya pasti dipecat oleh Bu Selmyy.. toloooonnnggg lah nonnnnn….”

“yang dimasukin itu kertasnya tolol…!! makanya punya otak jangan di selangkangan melulu..!! nyebelinn…!!, ya udah mana sini yang harus difax…., nihhh perhatiin caranya, supaya nanti kamu bisa n ngak bikin susah orang….”

Sebuah senyuman melebar di wajahku saat dokumen itu berhasil difax.

“Nihhh!!, kamu kembalikan dokument ini beserta bukti faxnya buat Bu Selmy…, emmmm, satu lagi…., kamu segera kembali lagi ke sini ya…”

“bb-baik nonnn, baikkkk…., terima kasih ya Nonnn…”

“sudah…sana, cepet nggak pake lama…!!”

Secepat kilat aku menuju ruangan Direktur Utama untuk mengembalikan dokumen penting di tanganku kepada Bu Selmy. Aku menunduk sedalam mungkin tidak berani berlama-lama menatap Bu Selmy yang sedang manyun sambil mengurut-ngurut benjut di jidatnya. Aku mohon diri dengan sopan, mata Bu Selmy menatapku dengan tajam. Selangkah demi selangkah aku mundur dengan teratur ke arah pintu, setelah mengangguk sopan, aku membalikkan tubuhku dan menyelinap keluar. Dengan lemas aku menepati janjiku, kulangkahkan kakiku dengan berat menuju ruangan Non Sherina. Hari ini terasa begitu berat, entah apa lagi yang akan menimpaku sekarang ini hiks hiks, hiks.

“tokkk. Tokkkk.., tokkkkk..”

“masukk…”

“permisiiiiii….“

“Ujanggg….”

“Iy-iya Nonnn…”

Kuangkat wajahku, blehhhhhh ?? !! apa kata duniaaaaa….!!, Aku berseru keras, menjerit di dalam hatiku, kedua mataku melotot, kemudian mendadak tak dapat berkedip, maklum lah PLN(u) atawa Perusahaan Listrik Negara Ujang lagi mengalami krisis. Ooo mi god bukankah pose itu terlalu menantang untukku, alamak ampe nungging-nungging gitu, cegluk..!!

“Ujang, Koq diem sihh, bantuin donggg….”

Non Sherin memunguti serakan lembaran dokumen di atas lantai.

“diapain non??” aku bertanya bodoh karena sibuk memunguti kesadaranku yang jatuh berantakan, lirik sana lirik sini, cegluk-cegluk-glekkk, kutelan liurku yang membanjir di mulut.

“ya dipungutin dong…, tutup dulu pintunya…!!”

“euu, ditutup atau dipungut non??“

“kamu tuh tuli atau apa sichh…!! TUTUP PINTUNYA..!!”

“Brakkk!” aku menutupkan pintu di belakangku kemudian berbalik ke arahnya.

“mmepp.. meppp.. meppp…” aku terbata, terhipnotis kemulusan sepasang kakinya yang jenjang.

“Ujang, ngapain sih mangap-mangap di situ…,cepet bantuin nih!”

“ohh.., i-iya Non, dibantu…non, saya bantu….”

Aku berjongkok, tanganku memungut dokumen yang berserakan dan mataku sibuk merayapi pahanya. Tanpa kusadari tanganku memungut keindahan betisnya, gerakan Non Sherin terhenti namun tidak dengan gerakanku. Tanganku berkeliaran mengelus-ngelus betisnya naik kelutut dan merayap mengusapi permukaan pahanya yang mulus kemudian mengejar selangkangannya. Posisi Non Sherin berjongkok mirip seperti sedang buang air kecil, telapak tanganku membuka ke atas dan merogoh masuk ke dalam roknya, kuremas selangkangannya dengan gerakan lembut

“ahhh, emmmm…”.

“enak ya nonn…, he he”

Ia tidak menjawab namun pasrah menaruh selangkangannya pada telapak tanganku. Dengan leluasa kuremas-remas selangkangannya, cdnya semakin basah oleh cairan nafsu. Kuangkat tubuhnya yang mungil dan kududukkan di atas meja. Kurogohkan kembali tanganku ke dalam roknya dan kutarik celana dalamnya hingga terlolos melewati paha, lutut dan terus kutarik hingga terlolos lepas dari kakinya.

“cuphhh. cuphh.. cuppphh..” kukecupi paha Non Sherina sambil menaikkan rok mini berwarna hitam itu hingga tersangkut di pinggulnya, kupanguti pahanya dengan bernafsu sementara telapak tanganku berkeliaran merayapi kehalusan sepasang paha si jutek jelita.

“Ujang…!! geli tau…!! aduhh…!! gimana sihh..!! Ahhh..!!”

Ia tetap jutek, cerewet seperti biasanya, tapi kini kejutekan dan kecerewetan-nya tidak membuat birahiku surut. Aku malah semakin bernafsu meningkatkan seranganku, dengan membabi buta kucumbui pahanya bagian dalam, kupangut, kugigit lembut dan kujilati dengan liar.

“Ohh, ujanggg, gila kamu, GILAAA.., Akhhhh, Gee..Liii, Aduhh..!!” Non Sherin mendesah saat lidahku mengobel-ngobel belahan vaginanya

Hidungku kembang kempis membaui aroma yang menyegarkan itu, mataku menatap nanar pada cairan yang meleleh dari belahan vaginanya yang masih rapat, dari bentuknya yang masih bagus dapat dipastikan kalau ia masih seorang perawan ting-ting.

“takkk…!!”

“adohhh…, nonn ??”

“jangan berhenti dong..!! Ji..laaatttt….!!” Non Sherin mengomel sambil menjitak kepalaku

Aku berdiri dan memelototinya, matanya beradu pandang dengan mataku, now or neper kutunjukkan siapa yang berhak menjadi tuan dalam situasi yang semakin menghangat ini, kuturunkan resleting celanaku dan kutarik ujang junior dari sarangnya, eng ing eng, huhh ?? !!!

“adowww.. ado-dowww…!! hssshhhh sakit Nonnn, UOHH, T_T “

Tubuhku tertekuk kedepan saat tangannya menyambar ujang junior dan memerasnya seperti sedang memeras buah jeruk, aku menahan jeritanku saat ia membetot barang kebanggaanku.

“berani kamu ya…!!disuruh jilat ngak nurut, malah ngeluarin titit..!!”

“ampunn , ampun non, ampunn OOOO…, saya jilat non, jilatt…”

Mulutku membentuk huruf “O” besar bukan karena mencapai puncak klimaks.

“sakit nih adohh!” aku menatap Non Sherin dengan tatapan memelas, akhirnya setelah aku memelas-melas ia melepaskan ujang junior

Ia menatapku dengan senyum kemenangan dikulum saat kurendahkan kepalaku mengejar selangkangannya yang mengangkang, aku hendak menjulurkan lidahku menjilati belahan vaginanya,

weittt TIDAK…!! ini tidak boleh terjadi..!! i mus fa-it, aku harus menunjukkan siapa master dan siapa slavenya, aku kembali berdiri. Kuraih tubuh Non Sherin dan kududukkan ia di atas kursi, kuacungkan batang ku ke depan mulutnya.

“JILAT NON…!!” kupasang wajah beringas untuk menakutinya

“NGGAKK…!!” Non Sherin membentakku.

“JILAT KATAKU…!!” kubalas bentakannya.

“NGGAK MA…UUU..!! apa-apaan sih kamu, merintah-merintah aku, mau juga aku yang nyuruh-nyuruh kamu!! bauu tauu!! sana ah, jangan deket-deket….idihhh..”

“hah @_@ bau ?? buka mulut non, bukaaaaa!!“

Aku naik pitam, dengan paksa kucekokkan kepala penisku ke dalam mulutnya, tangannya mendorong-dorong pinggulku, kujejalkan batangku dengan paksa.au unatan batangku am mulutnya.

“emmmhhh. cuhhh… mmmumm.. puhhhh….., bau gilaa, bauu, uhuekk”

Ujang junior berjuang keras,sungguh malang batangku, begitu berhasil masuk ke dalam mulut Non Sherin. Ia selalu memuntahkan penisku, masuk-dimuntahkan, masuk-dimuntahkan, begitulah nasib batangku diludahkan dan dicaci maki oleh Non Sherin. Dengan rajin kucekok dan terus kucekok, hingga akhirnya entah yang keberapa belas kali, ia tidak lagi meludahkan dan memaki-maki batangku yang katanya sih bau, kotor, menjijikkan dll, dsb.

“hummmmmmfffhh.., emmmmmmmhhhh..”

“makanya Nonnn, sebelum ngomel, cobain dulu, ini belum nyoba, udah ngomel panjang lebar…buktinya karang non Sherin suka ama titit kan ?? suka sama batang saya kan ?? diemut atuh, dikenyot-kenyot biar tambah asik. Aduhh noonnn, kurang maknyus sepongannya…, kenyot yang kuat, lebih kuat lagii… belummmm!! Lebih KUATTTT….!!.”

Waduh, koq aku malah jadi ikut-ikutan senang ngomel, rupanya aku ketularan Non Sherin, dengan ketus aku terus mengomeli Non Sherin yang sedang menghisapi kepala penisku, kutarik batang penisku dari emutannya. Ia mendesah kecewa dan menegadahkan wajahnya menatapku dengan tatapan mata memohon. Dengan bernafsu tangan kiriku menarik kepalanya dan tangan kananku menjejalkan kepala kemaluanku ke dalam mulutnya. Kutekankan batang penisku berusaha mendeepthroatnya.

“MMMHHh..!! MMMHHHH…!!”

“Telen nonnn, ditelennn…!!”

Dengan paksa kusentakkan batangku sambil menekan belakang kepalanya.

“Heggghhh..!! hh-hhhmm-hhhmm…” kusumpal kerongkongannya dengan batangku. “auffhhh.. “

Non Sherin mendorong pinggulku. Setelah mencubit kecil hidungnya yang mancung kutampar pipi kanannya dengan menggunakan batang penis. Aku kembali berlutut di antara kedua pahanya, kucomot-comot selangkangannya yang sudah becek.

“ennhhhh ??ohhhhh… ujangggg… enak…,aaa.aahh, diapain aja sih ??“

Aku tersenyum sambil mengelus-ngelus bibir vaginanya, jempolku menekan-nekan dan menguruti daerah di sekitar bibir vaginanya, kugunakan cairannya layaknya obat gosok untuk menguruti bibir vaginanya. Bukit itu terbelah dengan indah di selangkangannya, keindahan yang mengundangku untuk mencicipi miliknya.

“auhhh, u-ujanggg, ahhhhhhhhhhhh, jangan digituin dong geliii..aaa.”

“sllccckkk…,ckk sllcckkkk…”

Lidahku terjulur liar menjilati belahan bibir vaginanya yang masih bagus, kutempelkan Ujang Jr pada vaginanya yang becek. Kini kugunakan kepala penisku untuk mengulek-ngulek belahan bukit mungil di selangkangan Non Sherin. Mulutnya semakin bawel dan rewel, kusumpalkan celana dalamku pada mulutnya.

“mmmmmhhhh..!! ?? “

Kugesek dan kutekankan kepala penisku dengan perlahan kudesak agar liang mungilnya menerima penisku, sedikit demi sedikit kepala penisku mulai menguakkan sebuah misteri kenikmatan didalam himpitan otot vagina Non Sherin. Dengan gerakan cepat kusuntikkan batangku menusuk liang itu. Matanya yang sipit membeliak saat batangku melesak ke dalam belahan vaginanya. Kucekal kedua pergelangan tangannya yang berusaha melawan. Aku dapat menangkap sinar mata Non Sherin yang tengah menyesali kebodohannya. Tubuhnya yang slim melenting mengejang saat batang penisku menerobos liang vaginanya yang mungil.

“kkrrrtttt…brrtttt brrrttt.. HHHHMMMMMM ??? brrrrtttttt….”

Kuluncurkan rudal besar diselangkanganku, kurobek dan kurengut kegadisannya. Si bawel yang cantik kini menangis dengan mulut yang tersumpal oleh celana dalamku. Wajahnya yang cantik mengernyit kesakitan saat kutekan-tekankan batangku, kuambil ancang-ancang dan kusodokkan batangku kuat-kuat. Setelah batangku tertancap dengan sempurna barulah kulepaskan pergelangan tangannya, tangan kanannya membetot ujung celana dalamku yang menyumpal mulutnya. Ia termegap menahan rasa sakit yang menyerang vaginanya.

“Hauffhhh, ufffhhh gila, akhh, sakit ujang, aduhh…, aduhh…”

“jangan bawel non..!!”

“t-tapii, sakit sekali ujangggghh, sudahh.., cabutt…, cabuttt…”

“susah nonn, punya saya kecepit di dalam memek non sih, E-uhhh seret amat non, enakk, tahan dikit non…”

“aduh-adu-duh, ujang..!! sakit gila..!! akhhh… “

“cleppphh clephhhh.. pleppphhh…!!”

Non Sherin memakiku saat kupompa belahan vaginanya, kuperhatikan batangku yang keluar masuk menyodoki vaginanya ada bercak-bercak kemerahan yang menodai cairan vagina yang membasuh batang penisku. Semakin lama batangku semakin lancar menusuki liang vagina Non Sherin yang peret, si bawel semakin gelisah saat tusukanku semakin gencar mencecar liang vaginanya.

“Oooooooo….!! crrruttt crutttttt cruttttt….”

Dinding vaginanya berkontraksi dengan kuat meremas-remas batang kemaluanku. Cairan puncak klimaksnya menyemburi penisku, liang vagina Non Sherin terasa semakin hangat dan nikmat hingga membuatku betah merendam ujang junior dalam belahan liang sempit miliknya.

“gimana non ?? “

“apanya jang ??”

“lha ?? ditanya koq malah balik nanya ??”

“abis kamu sih, nanya ngak pake judul dulu, aku kan jadi bingung”

“yaaa, masa mo nanya aja harus dijudulin sih nonnn, judul pertanyaan : rasa kontol, kepada yang terhormat non Sherin bersama kontol ini saya tanyakan….”

“idihh kamuu…nggak sampe segitunya kali.. he he he” Non Sherin terkekeh, sepertinya ia mulai dapat menyesuaikan diri dengan sebatang penis besar milikku yang tertancap di belahan vaginanya

Sepasang kakinya yang jenjang mulus melejang-lejang keenakan saat batangku kembali memompai vaginanya. Tengah asik-asiknya kusodokkan batangku, tiba-tiba saja telepon di atas meja berbunyi.

“H-haloo….”

Non Sherin memberi isyarat agar aku menghentikan tusukanku, aku hanya tersenyum, kuayun-ayunkan batang penisku tanpa mempedulikan dirinya yang kewalahan mengatur nafas dan suaranya.

“ihh, yahh Bhuuu.., emmm, bha-baikkhh…”

(“kamu kenapa sih, kaya orang yang kesakitan gitu ?? “)

“enghakk koq buuu.. aduh…, cuma ini , saya lagi ngangkat yang berat-berat…, jaddhi yaaa beginiiih, aaaaah….!!”

(“oooo, begitu…, ya sudah nanti tolong bawakan dokumen tentang pembelian gudang di jalan XXXXXX no. Xxxx)

“mungkhinn agak lama bu, saya cari dulu di brankas, emmmhh…,hiahh..!!s-sekarang bhuuu.. ?? hhhhh…”

(“siapkan untuk hari Jumat…!!jangan lupa lakukan survey untuk mengetahui kondisi terkini gudang itu, saya berencana akan merenovasinya…”)

“bhaik bhuu, b-baikk…hhh..,klek…”

“adu-duh Nonnnn… he he he…”

“iii-ihhhh, ujang..!! gimana sihhh..!!”

Dengan gemas Non Sherin mencubit dadaku, aku hanya terkekeh sambil menangkap pergelangan kakinya. Kuletakkan kedua kakinya pada bahu kananku, liang vagina Non Sherin terasa semakin sempit, batangku terkadang tertekuk saat menusuki liang vaginanya yang mungil. Wajahnya terlihat renyah saat kugempur belahan sempit di selangkangannya, clokkk…clokkk…clokkk..clokkkk! suara hantaman penisku terdengar keras mengisi ruang kerja Non Sherin.

“e-eh.., ujang aku maluuu…”

“nggak usah malu nonnn, nyantei ajaa”

Ia terlihat kikuk saat ku kangkangkan kedua kakinya keatas membentuk huruf V, dengan bebas, berkali-kali kutembakkan batangku pada belahan Vaginanya yang memar kemerahan, kupercepat sodokanku hingga payudaranya berputar – putar dengan indah, keningnya berkerut membentuk angka 11 saat ujang junior meraih kemenangan atas celah sempit itu.

“ohhhhhhhhh, cruttttttttt…. cruttttttttttttttt….pofffhhhh…!!!”

Setelah mencabut penisku, dengan tissue kubersihkan selangkangannya yang sudah babak belur, memar akibat sodokan-sodokan mautku. Kutarik dan kuposisikan Non Sherin dalam posisi doggy style. Kuangkat pinggulnya sampai belahan vaginanya naik ke ujung penisku dan Jrebhhhhh…kutusukkan batangku kuat-kuat merojok liang vaginanya dari belakang.

“ahhhhhh…. ahhh aaaaaa….”

Kucengkram pinggulnya, saat kusodokkan batangku, kutarik pinggulnya dengan kuat. Kontan saja batangku menusuk dalam-dalam liang vaginanya. Tubuhnya terdesak maju-mundur, terayun mengikuti sodokan-sodokan batang penisku.

“plakkk.. plakkk plakkk plakkkk…”

“nnnhh nnnnhhh.. aaaaa.. eengehhhhhh…!!eengeehhhh,akkhh”

“sssttttt… nonnn, jangan terlalu berisik…”

Suara rengekannya terdengar semakin keras, aku berbisik disisi telinganya, mengingatkan agar Non Sherin menahan Volume suaranya, ia merintih lirih.

“ujanggg, aku, akhuu ohhh cruuttttt.. cruuttttt..mmmh mmmhh.”

Kubekap bibirnya dari samping kanan untuk meredam suaranya, batangku terus memacu dengan gencar, payudaranya yang indah semakin jatuh mendekati lantai keramik, dengan sigap kuletakan telapak tanganku di bawah payudaranya yang terjatuh. Ia mendesah saat kuremas-remas buntalan susunya yang kenyal, berkali-kali ia kugiring dalam gelombang kenikmatan puncak klimaks.

“Huuuuh-aahh , CROTTT.. Crooootttt….”

Kusemprotkan spermaku didalam liang vaginanya yang peret. Non Sherin merayap naik dan duduk di atas kursi sambil memandangiku. Si cantik yang jutek itu menghela nafasnya panjang-panjang, pandangan matanya menatap kosong pada lelehan cairan spermaku yang meleleh dari sela bibir vaginanya. Kutundukkan wajahku dan kugigit kecil daun telinganya untuk mematenkan kepemilikanku atas tubuhnya yang indah.

*************************

Hari Kamis, Jam makan siang

“Ujanggg…”

“Ehhh, Non Sheriinnnn, ada apa non ?? he he he”

“nanti sore Temenin aku yukkk….”

“Kemana Non….”

“Survey gudang, dijalan xxxxx….”

“saya bawa temen ya nonnn, buat bantu bersih-bersih….”

“ngak usah ah jangg, kamu aja yaaa…”

“yeee , enak tau.., sini non saya bisikin…”

Aku berbisik di telinga Non Sherin, wajahnya merona merah karena jengah. Aku kembali berbisik di telinganya, kuseret ia ke dalam fantasi liarku. Ia menggelengkan kepala berusaha menolak keinginanku, aku kembali berbisik untuk membujuknya. Ia terdiam dan tertunduk saat kuelus bokongnya sambil kembali berbisik mesum, wajahnya merah padam saat kembali kubisikkan rencana mesumku.

“gimana nonn ?? asik lohhhh, disandwich…”

“tapi jangan kasar-kasar ya jang…”

“ya enggak atuhhh, masa saya kasar , kadang cuma brutal dikit kalau lagi ngentot… kan biar Non Sherin enakk ampe lidahnya melet-melet keluar whua HA HA HA HA”

“Pssstttt. Jangan keras-kerasss ketawanya jang..!!”

“nungging nonnn….”

“jangan disini ujangg, jangan disini…..”

“nyelip bentar aja nonnn.., Nungging..!!.”

Dengan paksa kubalikkan dan kutunggingkan pinggul Non Sherin, kedua tangannya bertumpu dipinggiran meja untuk menjaga keseimbangan, dapur itu memang sepi, teman-temanku sesama obe sedang shift makan siang dan sebagian lagi sedang sibuk disuruh kesana kemari.

“nonn, dibilangin jangan pake cd napa ??, kan susah.”

“iya jangg, iyaaa, aku lupa….”

Non Sherin mengangkat kaki kiri dan kaki kanannya saat kutarik turun celana dalam putih itu hingga terlolos dari pergelangan kakinya, kutampar pantatnya yang menungging keras-keras, Plakkk…!!

“aduh Ujang…..!!”

“awass ya kalau lupa lagi…., srettttt…!!”

Kutarik turun resleting celanaku, kusiapkan alat suntikku yang besar panjang. Non Sherin menaikkan pinggulnya agar batangku lebih mudah menggeseki belahan bibir vaginanya.

“nnnnnhhhhh……”

Ujang Junior mulai maju untuk mengintai liang vaginanya, kemudian perlahan namun pasti batangku mulai melesak masuk ke dalam vagina Non Sherin. Kutanduk dan kutancapkan batang penisku kuat-kuat hingga ia meringis menahan nikmat, kutarik kedua tangannya ke belakang payudara Non Sherin turun menempel pada meja, kuayun-ayunkan batang penisku menyodok-nyodok belahan vaginanya.

“pleppp.. pleppp.. pleppp. Plepppp…” suara helaan-helaan nafas Non Sherin mengiringi suara batang penisku yang tengah membelah liang vaginanya. Semakin lama suara-suara becek itu terdengar semakin keras diiringi gencarnya suara PLOK PLOKK PLOKK..!!!

“aa-ngehhhhhh uhjangggg.. crrutt crutttt… crutttt…, aduh.., akhh enakk.., akhhhh ohh nikmatnyaaaa…, sudah ujanggg,sudahhhh, nanti kalau ketahuan kan bahaya, sudahhhhhmmmhhh ?? akhh gilaaawwwwhhh hmmmufffhhhh ??”

Nafsu birahiku semakin naik hingga meledak ke ubun-ubun. Setelah kusumpal mulutnya yang bawel dengan sebatang ketimun, kuayun-ayunkan batang penisku kuat-kuat menggempur liang mungilnya. Tusukan-tusukan mautku membuatnya tubuh mungilnya kembali mengejang menahan getar-getar puncak klimaks, kuperkuat sodokan-sodokanku, kuamblaskan batang penisku merojoki liang vaginanya dari arah belakang.

“nnnnn, ennhhhh.. cruuttt cruttttt….”

Kami berdua dikejutkan oleh suara langkah-langkah kaki menaiki anak tangga. Dengan sigap kucabut dan kumasukkan kembali alat suntikku yang sudah basah kuyup oleh cairan vagina Non Sherin. Non Sherin tak kalah sibuk membenahi pakaiannya, tidak lama setelah langkah-langkah kaki itu menjauh, dengan hati-hati ia mengintip. Aku juga ikut mengintai sambil meremas-remas buah pantatnya yang bulat padat. Setelah dirasakan aman barulah ia menyelinap keluar.

“nonnn , jalannya jangan ngangkang atuh, tar orang-orang pada curiga..”

Non Sherin menoleh dan mengacungkan tinjunya ke depan wajahku yang tersenyum-senyum geli memperhatikan cara berjalannya yang nggak bener dengan langkahnya yang aneh, Non Sherin kembali ke ruangannya.

****************************

Sore jam 2.00

“dittt.. ditttt….” sebuah mobil berusaha menarik perhatianku dan Darso. Dengan santai kami naik di kursi belakang. Non Sherin agak kikuk saat kukenalkan Darso padanya, apalagi saat kupromosikan batang penis Darso yang tak kalah besar dari batang penisku. Mobil panther berwarna hitam itu meluncur membawa kami bertiga ke lokasi gudang di jalan XxxXXX. Begitu mobil yang kami tumpangi berhenti, aku dan Darso langsung turun dan beraksi membuka kunci gembok gerbang itu, krittt.. kritttt.. kritttt, buset dah, kayanya ada yang nahan dari dalem nih, berat amat , HEARRRHHHH…!!!!

“Soo, dorong yang kuat atuh, pake tangan!! bukan pake selangkangan!!”

Aku mengomel melihat tubuh bagian bawah Darso yang turut sibuk mendorong gerbang itu. Darso mendelik ke arahku, suaranya meledak seiring dengan emosinya yang muncrat nggak karuan.

“Kunyuk luh Janggg…, ini juga pake tangan dorongnya..!! Heuduhhhh..!!”

“Lha ?? !! itu yang nempel apaan ?? Heuuupppp..Hiaaaajjjhhh.!!!“

“Ini mah perut gua..!! Setan luhh..ahh.!! ”

Aku dan Darso mulai mengerahkan seluruh tenaga untuk mendorong gerbang yang berkarat itu. Kedua kakiku sampai mengkais-kais demikian juga kedua kaki Darso, suara nafasku dan Darso sudah seperti seekor banteng yang mengamuk. Akhirnya gerbang keparat itu terkapar terbuka mengangkang kesamping, diterobos oleh kami berdua.

“Kiri.. kiri.. kiriii.., Balas kanan Nonnn….!!”

“Se-TOPPPPHHHH….!! Euppppp…..!!SETOPHH NONNN..!!”

Aku dan Darso berteriak-teriak keras demi menyelamatkan Non Sherin , dengan sopan Darso membantunya turun dari dalam mobil. Aku memperhatikan tembok tinggi yang membentengi gudang itu, suasana bertambah mesum saat rintik-rintik gerimis membuat pikiran kotorku bekerja dengan efektif, sex outdoor, sex outdoor..!!

Ujang junior berdemo di depan kedutaan birahi, jedut. Jedut.. jedut.., Batang penisku berkedut-kedut kemudian berdiri mengeras, Non Sherin melongokkan kepalanya kesana kemari memeriksa dengan teliti, ia tidak menyadari, aku dan Darso sudah telanjang bulat dan dua alat suntik besar tengah mengintainya dari arah belakang.

“Nonnnn Sherinnnnnn…”

Aku dan Darso berduet memanggil namanya.

“Awwww ??!!, UJANG..!!Darsoo, Gila kaliann, Gilaaaaaa…!!”

Ia menghindar saat aku menerkamnya.

“Sini Nonnn, mau kemana sih…”

“Darsooo…!!apa-apaan sih.!! GILA…!!heiiii..!!”

Dengan cekatan Darso mencekal pergelangan tangannya kemudian dengan seenaknya tangan Darso meremas payudara yang masih bersembunyi dibalik pakaian Non Sherin. Mulut Darso mencecar mengejar bibir Non Sherin, kutangkap dan kutarik kedua tangannya ke belakang agar Darso lebih mudah melampiaskan nafsunya.

“Hmmm , Ouuhhh Akhhhhhmmmhhh…”

Makian demi makian Non Sherin tergerus oleh arus liar nafsu birahi, bibirnya mulai memangut membalas pangutan-pangutan Darso, tubuhnya yang mungil menggeliut – geliut diantara himpitan tubuh kami berdua. Satu persatu pakaiannya terlepas dari tubuhnya yang putih mulus, Darso merengut tubuh mungil Non Sherin dan mendudukkannya di atas kap mobil kemudian ia berjongkok seperti sedang nonton layar tancap.

“Happp…, nyemmm, nyemmm ckk ckkk nyemmm “

Darso mencicipi belahan vagina Non Sherin yang mendesah-desah keenakan, kuhampiri payudaranya dari arah samping kujilati puting susunya yang mengeras karena terangsang, kuhisap dan kemut puncak payudaranya yang membuntal.

“Ahhhssshhh.. creett cruttt crutttt..brukkk.”

Punggung Non Sherin jatuh ke belakang, tubuhnya kelojotan menahan ledakan cairan puncak klimaks itu. Darso terlihat asik menyeruput lelehan lendir-lendir kewanitaan Non Sherin. Aku duduk di ujung kanan dan menarik kepala Non Sherin ke arah batangku, mulutnya bergerak dengan lincah turun naik pada batangku, Darso terkekeh sambil meletakkan batangnya di belahan vagina si jutek.

“OAHHHH…!! AAA Awwwwwwwww..!!Anjingg, Gila luhh..!! Ahh.. “

Dibarengi oleh tubuhnya yang tersentak , mulut Non Sherin terlepas dari batangku dan ia menjerit keras-keras, sodokan-sodokan Darso membuatnya menjerit bagaikan si jalang yang haus akan kenikmatan, Non Sherin mengocok-ngocok batang penisku, mulutnya melumat-lumat dan mengulum kepala penisku, berkali-kali Non Sherin menghentikan kulumannya dan memaki Darso yang menyodok terlalu keras.

“Aduhh..!! Mampus gua..!! Pelan-pelannhh ! Awww…, Sialan lu, ahh”

“DIEM Lu LONTE…!!Nihh!!,dasar, bawel luh!!”

“Blepphhh!! Blephhh!! Blepphhh…!!!”

“Arhhhh..!! Creettt. Crettttt!! unggghhhh”

“Gimana Non ?? Enak kaga kontol saya??”

Kutarik Non Sherin dan kududukkan anusnya pada batang penisku

“U-ujangg, adawww..!! Hekkkk-awww…!!”

Kedua tangan Non Sherin menjambak rambutnya sendiri, nafasnya memburu dengan kencang saat ujang junior berhasil menggali pintu lubang anusnya yang kaya akan kenikmatan. Wajahnya terangkat ke atas, suara erangannya membuatku terpanggang oleh bara api birahi yang membakar tubuhku. Sambil menarik pinggulnya ke bawah, kuamblaskan batangku ke dalam anusnya kemudian berdiri sambil mencapit pinggangnya yang ramping.

“JebROSSHHH…..!!”

“He-ggghhhhhh.!! Mammmphussss dahhhh.., Uhh-jhannngggg.”

Darso segera mengambil posisi, ia menangkap tungkai kaki Non Sherin, batangnya maju dan mendesak belahan vaginannya yang mengejang tak berdaya saat lubang anusnya dikait oleh batangku dan liang vaginanya ditombak dari depan oleh batang penis Darso.

“unngggh, ngggghhh, auwhhhh..!!” suara lenguhan Non Sherin terdengar menggairahkan

Batangku dan batang Darso bergerak dan berlomba mengaduk-ngaduk dua buah lubang kenikmatan milik sijutek jelita, pekikan kecil non Sherin mengiringi rintik hujan lebat, suara jeritannya semakin sering mengiringi suara hujan angin yang menderu.

“aWWWW. Cruttt crutttt.. cruttt…”

“Eihhh, Non Sherin, dapet lagi ya ??”

“ohhhh., kalian benar-benar ghilaaaa…”

“sama-sama Non, bool Non Sherin juga gila, peretttt..”

“pokoknya memek Non Sherin top dehh…”

“enak mana sama Non Ayhwa ??”

Darso mendelik saat kusebut nama kekasihnya, ia memakiku kemudian untuk melampiaskan rasa kesalnya ia memacu liang vagina Non Sherin sekuat yang ia bisa. Aku tidak mau kalah, kupercepat rojokanku hingga suara jeritan non Sherin bertambah keras dan parau.

“UJANGGG..!! AGGGHH !! DARSHHHHHOOOO…!!”

Dengan menggunakan batang penis kami menyiksa tubuh mulusnya yang menggigil hebat. Mata Non Sherin mendelik saat sodokan demi sodokan menggiringnya menuju puncak kenikmatan. Dengan hati-hati kami menurunkan tubuhnya. Ia bersujud, dua batang penis mengacung disisi kanan dan kirinya, mulutnya mencapluk-capluk dengan liar.

“Whu-eahkkk.. Kecrotttt. Crotttt….”

“UEDANNN.. SROTTTTT… SROTTTT….”

Semprotan-semprotan spermaku dan Darso menembaki wajahnya yang cantik, matanya yang sipit memperhatikan batangku dan Darso yang mengkerut, tangannya menarik-narik batang penisku sementara mulutnya menghisap-hisap batang Darso. Ia semakin nakal memainkan batang-batang hitam yang sedang beristirahat.

“e-ehh berdiri lagi ?? !! “

“Wahhh, Non Sherin harus tanggung jawab nih… sini…”

“sudah Darso, aku capai..”

“udah Nonnn, turutin ajaaa.., makin cape makin enakkk…”

“G-gilaaa..!! kamu juga berdiri lagi jang ?? !!”

Non Sherin melotot saat kutempelkan batang penisku pada liang anusnya, ia tengah menungging sambil bertanggung jawab atas kenakalannya. Lidahnya menjilati buah zakar Darso, bibirnya mengecup-ngecup kemudian mulutnya terbuka dan menelan kepala penis Darso. Non Sherin menggoyangkan pantatnya saat kepala penisku berusaha menerobos liang vaginanya.

“napa Non ?? geli yahh”

Dengan cekatan kutembak belahan vaginanya, jrooosssh..!!.

“Aaaaaaaa !!”

Non Sherin tersungkur, batangku tertancap kuat di liangnya dan mulutnya penuh akibat disumpal oleh batang penis Darso. Si gemuk bangkit duduk sambil menekankan kepala Non Sherin ke selangkangannya, batang besarnya merayap perlahan memasuki mulutnya. Tangan kanannya meraih dan meremas- remas payudara Non Sherin yang terayun – ayun saat kusodokkkan batang penisku menyetubuhinya dari arah belakang, lumayan lama kami bertahan dalam posisi ini.

“Gua menta memeknya jang…, gantian he he he”

Kudorong pantat Non Sherin agar vaginanya maju meneduhi batang penis Darso. Ia mendesah keras saat Darso merojokkan batang besarnya dengan kasar, wajah Non Sherin tampak renyah saat ia menaik turunkan pinggulnya menikmati batang penis Darso. Mulutku mengecup-ngecup buah pinggulnya dan merambat ke pinggang belakang kemudian naik terus merambati punggungnya. Kumanjakan tubuhnya dengan kecupan-kecupan lembut, ciumanku merambati buntalan payudaranya, dan jilatan lidahku memutari puting susu miliknya, gerakan Non Sherin semakin liar saat aku menghisapi puncak payudaranya, pinggulnya menghempas-hempas melawan sodokan-sodokan Darso.

“Ouhhh cretttt. Cretttt…”

Non Sherin mengejang, matanya yang sipit terpejam rapat. Kunaiki buah pantatnya sambil menyelipkan ujang junior mencari lubang anusnya. Setelah kutemukan, kutekankan batangku mendesak masuk ke dalam liang duburnya

ia merengek-rengek saat aku dan Darso menghajar liang anus dan Vaginanya, entah berapa tusukan yang sudah kuhujamkan yang membuatnya menjerit nikmat sampai akhirnya setelah kami bertiga berjuang mati-matian berusaha menggapai puncak kenikmatan.

“OWWW Crrrutttt. Crutttt…”

“NON SHERINNNNN “

“Srrottt Kecrotttt.. crottttt…”

“Croooottttt….Croooootttthhh”

Non Sherin mengeluh karena tubuhnya dibelit olehku dan Darso. Kuusapi bahunya dengan lembut, sedikit banyak tubuh mulusnya terlindungi dari rintikan hujan deras. Beberapa lama kemudian setelah berhasil menguasai diri. Aku dan Darso menggandeng tubuhnya yang kelelahan, kami bertiga menunggu hujan reda di dalam mobil. Tanganku dan tangan Darso tidak pernah berhenti merayapi tubuh mulusnya sementara ia bersandar pasrah sambil memejamkan kedua matanya. Tangan kanannya merayap kemudian memegangi batang penisku sementara tangan kirinya memegangi batang penis Darso yang terkulai puas setelah menikmati liang-liang peret miliknya. Dengan malas Non Sherin meraih Hp miliknya yang berbunyi.

“Hallo…”

(“Bagaimana Sherin ??”

“Ohh.., iya bu.., saya sedang bersama Darso dan Ujang ?”

(“Lohhhh ?? ngapain kamu bawa-bawa si Ujang sama si Darso?”)

“euhh, anu Bu, saya suruh mereka bersih-bersih…”

(ooo, begituuu…, terus keadaan di sana bagaimana ??”)

“Banjir.., banjir Buu, sampai basah keringetan…”

(“Hahhhhh ?? ?? !!!”)

“e-eh ,ituuuuu, maksudnya saya basah, kehujanan dan kebanjiran bu…”

(Oooo…….”)



« Back | Next »

Download film langsung dari hape !
+ KISAH PANAS +
[01] | [02] | [03] | [04] | [05] | [06] | [07] | [08] | [09] | [10] | [11] | [12] | [13] | [14] | [15] | [16] | [17] | [18] | [19] | [20]
Home Home
Guestbook Guestbook

U-ON
111
INDOHIT.SEXTGEM.COM