watch sexy videos at nza-vids!
Download aplikasi gratis untuk Android
INDOHIT.SEXTGEM.COM

Miriani


"Naik ojek di dktmu itu, minta dia antar ke warnet yg biasa. Qt ktm di sana. Jngn takut, di sini banyak org." Miriani membaca SMS itu di HPnya. Dia takut mengikuti perintah pengirim SMS itu. Tetapi dia takut kalau menolak. Sebab, si pengirim mengancam membongkar penyelewengannya.Sebetulnya bukan penyelewengan besar. Sebagai sekretaris yayasan pendidikan, dia menjalin kerjasama antara sebuah bank untuk menampung pembayaran SPP siswa. Wajar kalau bank memberinya fee tiap bulan sekian persen dari SPP yang masuk lewat rekening bank itu. Tetapi, salahnya Miriani, dia mengambil fee itu untuknya pribadi. Pihak Yayasan tidak diberitahunya.
Si pengirim SMS ini, entah darimana mendapatkan surat perjanjian kerjasama antara dia pribadi dengan pihak bank. Takut rahasianya kebongkar, Miriani nurut saja waktu lelaki itu meminta sejumlah uang kepadanya. Uang itu akan diantarnya ke tempat mereka janji bertemu, di sebuah warnet.....
Cuma 15 menit perjalanan, tapi Miriani menghabiskan waktu itu dengan menulis SMS di HPnya, memberitahu pemerasnya bahwa dia sudah di atas ojek. Serius betul dia dengan tombol-tombol keypad, sampai tidak menyadari Bang Amir, si tukang ojek, memberi kode kepada mobil APV di belakangnya.Miriani baru kaget ketika Bang Amir tiba-tiba menghentikan motornya karena APV tadi tiba-tiba nyalip dan berhenti dengan memepetnya. Miriani cepat melompat turun. Apalagi ia melihat seorang lelaki beringas tiba-tiba turun dari APV dan langsung menghampirinya.
"Ayo Bu, ikut mobil. Di warnet terlalu banyak orang," katanya.
Karena terkejut, perempuan 30-an tahun itu hanya terdiam di tempat. Ia baru sadar ketika pergelangan tangannya disambar dan setengah diseret ke dalam mobil. Miriani meronta, tetapi sia-sia. Ibu muda itu didorong dengan kasar ke dalam mobil. Tubuhnya yang cenderung kurus terdorong keras ke arah seorang lelaki yang duduk di jok tengah. Miriani menjerit sejadinya saat lelaki itu memeluknya. Miriani berontak lalu beringsut ke dekat jendela. Bulu kuduknya berdiri mengetahui di dalam mobil itu sudah ada 4 lelaki. Dua duduk di jok depan, dua lagi di tengah bersama dirinya."Duitnya dibawa Bu ?" kata lelaki yang tadi memeluknya dan kini menepuk paha Miriani.
Miriani menepis tangan lelaki itu. Ia cepat membuka tasnya dan mengeluarkan amplop lalu menyerahkannya ke lelaki itu. Lelaki dengan kumis yang tampak tak terawat itu segera menghitung isinya. "5 juta fren...... " katanya kepada kawan-kawannya.
"Sudah, sekarang turunkan saya !" kata perempuan berkulit hitam manis itu dengan ketus.
"Kayaknya 5 juta masih kurang ya teman-teman ?" lelaki itu tiba-tiba berkata."Maksud lo apa Dul ?" sahut si beringas yang tadi menyeret Miriani ke mobil. Kening Miriani sendiri berkernyit. Dia menunggu jawaban Dul.
"Maksudnya, kita bisa dapat lebih dari 5 juta dari nyonya cantik ini, Bon !" sahut Dul.
"Nggak.... 5 juta udah cukup. Nggak ada lagi !" sergah Miriani.
"Bukan duit juga nggak apa-apa," timpal Dul sambil cengengesan. "Ini misalnya...." lanjut Dul."Eeeehhh.... apaan ini ??!!!" Miriani menjerit. Matanya melotot, saat Dul dengan lihainya tahu-tahu mencomot payudara kirinya dari luar jilbabnya. Miriani berkelit, tapi akibatnya payudaranya malah terasa seperti dibetot dan ngilu luar biasa. Dul juga tak melepaskan cengkeramannya pada payudaranya yang tak seberapa besar. Miriani kini mulai merintih kesakitan...."Aduh.... ampun.... sakit.... lepaskan... kalian mau apa ?... aaakhhh..." Miriani merintih di tengah pekik marah bercampur takutnya.
Perempuan beranak tiga itu bergidik. Si Bon cuma menonton aksi Dul.
"Udahlah Dul, udah tua gitu. Paling memiawnya juga udah lebar. Toketnya juga udah kendor," kata-kata si sopir cukup melegakan Miriani meski dia risih dengan istilah yang digunakannya.
"Kagak Jing, toketnya biar kecil tapi masih kenyel juga," sahut Dul sambil terus meremas-remas payudara Miriani. Miriani mulai menangis karena tak bisa melepaskan tangan Dul dari payudaranya. "memiawnya udah lebar apa nggak, kan bisa kita cek dulu.... Kalo udah lebar sih gua juga kagak doyan," lanjutnya.
Miriani makin ketakutan mendengar kata-kata "cek". Ia tambah ketakutan ketika Bon berlutut di sisinya. "Bener lo Dul, kita cek dulu memiaw perempuan ini," katanya, sambil tangannya menangkap payudara kanan Miriani.
Sia-sia Miriani menjerit, meronta, menangkis..... Si Bon yang berbadan besar kini malah menelikung kedua tangannya ke belakang tubuhnya, lalu mengikatnya dengan tali rafia.
"Biar gampang ngeceknya Dul," kata Bon sambil merebahkan jok yang diduduki Miriani. Kedua tangan kekarnya kini meremas-remas sepasang payudara Miriani yang masih tertutup jilbab dan blousenya.
Sementara di depannya, Dul berlutut di antara dua kakinya. Miriani menjerit dengan suara parau ketika lelaki itu memasukkan tangannya ke balik rok panjangnya. Dengan gerakan kilat, lelaki itu berhasil menarik lepas celana panjang Miriani sekaligus celana dalam katunnya yang berwarna putih.
Wajah Miriani yang sawo matang jadi pucat pasi. Ia hampir menangis melihat lelaki itu menggodanya dengan menciumi celana dalamnya.
"memiaw Mbak Miriani harum.... pasti enak ngejilatinnya..." kata lelaki itu sambil menjilati bagian muka celana dalam Miriani."Kamu mau cium bau memiawmu sendiri ?" lelaki itu lalu menyodorkan celana dalam Miriani ke wajahnya. Miriani melengos sambil mulai terisak. Namun tiba-tiba lelaki itu dengan kasar menyumpal mulut Miriani dengan celana dalamnya.Dengan kasar pula, ia menyingkap jilbab Miriani, merobek bagian muka blusnya dan mengeluarkan payudara kanan Miriani dari bra-nya.
"Mmmmffff....nnngghhhh.... mmmffff...." Miriani menjerit di balik sumbat mulutnya.
Putingnya dijepit dua jari lelaki itu dengan kuat, ditarik dan diguncang-guncangkan. "Ayo mengerang, merintih.... nangis.... gue pengen denger perempuan kayak lo merintih-rintih...." bentaknya."Lo lihat Bon, tetek cewek ini masih lumayan seger kan ?" katanya. Bon manggut-manggut. Dua temannya di depan juga menoleh ke belakang.
Puting Miriani terlihat gepeng ketika lelaki itu menariknya menjauh dan dengan tiba-tiba melepaskannya. Dari kedua mata Miriani mengalir deras air mata.
"Gue mau lihat memiaw lo !" lelaki itu kemudian melucuti rok panjang Miriani. Perempuan priangan itu terisak-isak. Dia begitu shock mendapat serangan tersebut.
Bagian bawah tubuhnya telanjang kini. Kontras dengan kepalanya yang terbungkus jilbab panjang.
"Mmmmff... mmffffff...." Miriani mengerang lagi ketika kedua kakinya ditarik berlawanan oleh dua lelaki di sebelahnya. Otomatis, kini selangkangannya terbuka lebar, memperlihatkan vaginanya yang berbulu tipis. Tanpa ba bi bu, lelaki di depannya langsung menusukkan telunjuk ke liang vagina Miriani. Karuan saja Miriani melotot. Tubuhnya mengejang. Telunjuk yang gemuk itu lumayan menyakiti vaginanya yang kering.
"Lihat fren.... memiawnya masih seger dan rapet kan ?" kata Dul. Semua melihat, bibir vagina Miriani berkemut-kemut seperti menarik telunjuk Dul ke dalam.
Sakit dan terhina, itulah yang dirasakan perempuan dewasa ini. Telunjuk lelaki itu masih berputar-putr di dalam vaginanya. Bon kini malah betul-betul merenggut bra-nya sampai putus. Dia langsung asyik dengan kedua puting Miriani.
Tubuh Miriani bergetar merasakan kedua putingnya diserang Bon. Itu berakibat pada keluarnya secara alami cairan di vaginanya.....Telunjuk Dul di dalam vagina Miriani mulai merasakan keluarnya cairan. Dijelajahinya terus setiap inchi bagian dalam vagina perempuan dewasa itu.Miriani memejamkan matanya. Nafasnya mulai memburu oleh rangsangan yang tak bisa ditolaknya. Sekali ia memiawik dan matanya melotot saat lelaki yang sedang mempermainkan vaginanya menyusul memasukkan jari tengahnya. Dengan dua jari, digaruknya bagian dalam dinding depan vaginanya. Sementara lelaki yang sedang menetek padanya merasakan putingnya makin mengeras.
Perlahan dua jari itu digerakkan maju mundur di dalam vagina Miriani.
"Aku ingin membuatmu merasakan kenikmatan tiada duanya di dalam memiawmu ini..." katanya sambil mulai menambah laju gerakan tangannya. Suara kocokan di vagina Miriani mulai keluar. Miriani menggigit bibirnya, berusaha menahan keluarnya rintihan, erangan atau desahan. Miriani tahu, suara itu justru membuat pemerkosanya makin bergairah.
Tetapi, rangsangan di vagina dan kedua putingnya begitu kuat. Miriani menyerah. Perlahan dari bibir tipisnya mulai keluar erangan. Mula-mula seperti erangan kesakitan, tetapi kemudian berubah menjadi rintihan perempuan binal yang tengah menuju puncak kenikmatan....
"Ahh...ah...ah... ounghhh... ahhh.... nnnggg,,,, mmmfff..." erangan Miriani makin membuat lelaki yang mengaduk-aduk vaginanya makin bernafsu. Apalagi kini dua jarinya sudah betul-betul basah oleh cairan dari vagina ibu muda itu.
Pada satu titik, lelaki itu mendorong jauh-jauh kedua jarinya ke vagina Miriani lalu mendiamkannya. Yang terlihat kemudian sungguh luar biasa. Perempuan berjilbab itu justru menggoyang-goyangkan pinggulnya sendiri, seperti tengah mengejar puncak kenikmatannya.
"Ayo terus Mbak.... goyang terus....terus...." goda lelaki itu.
Miriani tampaknya tak peduli. Ia pejamkan mata, gigit bibir dan akhirnya memiawik seperti histeris ketika mencapai orgasmenya. Seluruh tubuhnya mengejang.
Tetapi, ia tak bisa sepenuhnya menikmati orgasmenya. Sebab, saat ia memiawik puas, lelaki di depannya dengan kasar mencabuti helai demi helai rambut kemaluannya....
Wajahnya kini merah padam. Di depannya, lelaki yang mengaduk-aduk vaginanya menggoda dengan menjilati kedua jarinya yang berlendir.
"Dasar perek.... diperkosa kok bisa orgasme !" kata lelaki itu.
Nafas Miriani masih tersengal-sengal saat lelaki itu tahu-tahu menyurukkan wajah ke vaginanya. Lalu dengan buas menjilati dan menguyah vagina Miriani.... Miriani terpeki-pekik merasakan liang vaginanya dilebarkan lalu lidah lelaki itu menjulur jauh ke dalam.
"Sebentar lagi yang masuk ke sini adalah tongkol-tongkol," kata lelaki itu dengan kumis dan jenggot yang belepotan lendir vagina Miriani. Miriani menengok keluar jendela. Mobil sudah berhenti di dalam sebuah ruangan bercahaya remang-remang. Pintu samping mobil terbuka. Miriani tahu, bencana besar bakal menimpa kehormatannya.....
Jing, si sopir, melotot memandangi pangkal paha Miriani yang terkangkang. Vagina perempuan itu tampak mengkilap oleh liur Dul maupun cairan vaginanya sendiri. Miriani mencoba mengatupkan pahanya ketika tangan Jing terulur, tapi Dul dan Bon menahannya.
"Eungghhhhh...." erangan terdengar lagi dari bibirnya yang tersumpal celana dalamnya sendiri. Jing tanpa basa basi menusukkan dua jarinya ke lubang vagina Miriani.
Miriani melengos ketika melihat Jing mengeluarkan telunjuk dari liang vaginanya lalu mengoleskan telunjuknya yang berlendir itu ke kedua putingnya.
"Lumayan.... ayo bawa masuk. Bener kata Dul. kita bisa dapat lebih dari 5 juta," katanya.
Miriani memaki-maki ketika diseret keluar mobil.

Berjuta perasaan mengganggu benaknya. Malu, takut dan marah bercampur jadi satu. Dengan tangan terikat, tubuh telanjang dan jilbab di kepala, Miriani yakin empat lelaki ini akan membuatnya lebih terhina lagi. Tetapi, Miriani tidak betul-betul tahu apa yang akan terjadi di balik pintu itu.... Ruangan pertama yang dimasuki adalah lorong gelap yang lumayan panjang. Miriani melihat di ujung lorong ada ruangan dengan cahaya yang amat terang. Lorong ini cukup sempit. Cuma cukup untuk dua orang berjalan beriringan. Perempuan berkulit hitam manis ini terpaksa berkelit berkali-kali karena tangan-tangan jahil 4 lelaki yang membawanya ini selalu saja menjamah bagian-bagian pribadinya.
Malah ada yang menjambak rambut kemaluannya, seperti penggembala menarik tali pengikat hewan ternaknya. Mau tak mau Miriani mengikuti kemana lelaki itu berjalan. Kulit vaginanya jelas terasa pedih sekali....
Sulit bagi Miriani untuk menghindar dengan tangan terikat begini. Dia menggigit bibirnya ketika dari belakang tangan Jing meremas payudara kirinya dan memilin-milin putingnya.
"Aaarrhh.... sakit tau !" Miriani menoleh ke belakang sambil memaki lantaran pilinan pada putingnya menyakitinya.Ruangan bercahaya terang itu ternyata sebuah ruangan berbentuk lingkaran dengan karpet tebal berwarna kuning. Lampu di ruangan itu memang terang sekali. Tentu saja itu membuat Miriani jadi jengah. Empat lelaki di ruangan itu jadi leluasa memandangi sekujur tubuh telanjangnya. Miriani mencoba merapatkan kedua pahanya dan berpaling ke arah lain. Namun, keempat lelaki itu kini berdiri mengelilinginya. Baru saat itulah Miriani sadar, ternyata lelaki yang duduk di sebelah sopir yang sejak tadi diam adalah Prapto, petugas bank yang menjalin kerjasama dengannya.
"Pak Prapto...." kata Miriani dengan lidah tercekat.Dia teringat lelaki setengah baya yang selalu menggodanya saat proses kerjasama itu. Setengah mati dia berusaha tetap profesional meski Prapto terus berusaha mengajaknya sedikit bersenang-senang.
"Iya Mbak, saya nggak bermaksud begini lho. Saya cuma pingin 5 juta itu aja," katanya.
"Kalo gitu.... lepasin saya pak, tolong..." kata Miriani memelas. Dia jengah dengan pandangan Prapto ke dada dan selangkangannya.
"Tadinya begitu Mbak. Tapi setelah melihat memiaw Mbak..... saya pikir saya harus nyobain dulu," sahut Prapto sambil menangkupkan telapak tangannya ke selangkangan Miriani. Karuan saja Miriani berusaha menghindar. Tapi dengan tangan terikat dan dikelilingi 4 lelaki, apa yang bisa dia perbuat selain memaki-maki.
Prapto sambil tersenyum-senyum terus meremas-remas vagina perempuan matang itu. Belakangan, jari tengahnya malah mulai menyusup ke liang vagina Miriani yang lembab.
"Aaakhh... lepasin pakkk !!! Kurangajarrrr....." perempuan itu menjerit histeris saat bibir Prapto menangkap sebelah putingnya, lalu mengenyotnya seperti bayi yang kehausan......
Miriani menarik nafas lega waktu Prapto melepaskan putingnya. Namun ia melengos saat Prapto menunjukkan jari tengahnya yang berlendir dan menjilatinya di depan perempuan malang itu.

"memiaw Mbak gurih. Kita pingin main-main sebentar mbak. Mbak nikmatin aja ya...." kata lelaki itu sambil melepas ikatan tangan Miriani. Begitu ikatan di tangannya terlepas, Miriani dengan segera mengulurkan jilbabnya ke depan dadanya. Lumayan untuk mengurangi rasa malunya. Namun, jilbab itu tak cukup panjang untuk menutupi pangkal pahanya. Perempuan itupun menyilangkan kakinya dan menutupi pangkal pahanya dengan kedua tangannya. Tapi dari belakang, pantatnya yang bulat dan padat masih jadi pemandangan yang indah. Si Jing bahkan tak bisa menahan diri untuk meremas pantatnya. Miriani memiawik.Tak disangka, Prapto melemparkan cd dan bra kepadanya. Cepat-cepat Miriani mengenakan kembali pakaian dalamnya itu. Apalagi Dul terlihat menggunakan kamera HP untuk merekamnya. Perasaan Miriani agak lega, setidaknya kini payudara dan vaginanya tidak lagi telanjang. Tapi ia tetap belum merasa nyaman. Penampilannya dengan jilbab dan hanya cd dan bra pasti sangat menarik lelaki manapun.
"Keren banget Mbak... Gw sampe ngaceng nih," kata si Dul. Miriani melengos melihat Dul mengeluarkan penisnya yang mengacung dari balik celananya.
Miriani lebih lega lagi ketika akhirnya Prapto melemparkan rok panjang dan blusnya kepadanya. Di bawah tatapan mata keempat lelaki itu, Miriani cepat-cepat mengenakan kembali bajunya. Dia tampak anggun dengan penampilan seperti itu.
"Urusan kita sudah selesai kan ?" kata Miriani berusaha tegar.
Prapto dan teman-temannya mesam-mesem."Belum Mbak...." sahut Prapto.
"Belum ? Maksudnya apa ? Saya sudah kasih 5 juta. Kalian juga sudah melecehkan saya. Kurang apa lagi ?" katanya dengan wajah memerah karena marah.
"Kami kan belum ngerasain memiaw Mbak yang cantik...." sahut Prapto. Kalimat itu bagai petir di telinga Miriani sampai-sampai ia tak bisa berkomentar. "Ayo, dibuka lagi bajunya. Jilbabnya nggak usah. Kamu lebih nafsuin kalo pake jilbab," lanjut Prapto.
Miriani terdiam. Tangannya reflek menyilang di depan dadanya. Si Dul masih terus merekam.
"Cepet buka Mbak. Roknya dulu. Ayo cepet.... kalo nggak, kita keroyok baju lo malah sobek-sobek loh !" lanjut Prapto."CEPAAAAT !!!!" Tiba-tiba Prapto membentak. Miriani sampai terkejut setengah mati. Dengan ketakutan dia mulai melepaskan lagi rok panjangnya.....
Dul berdiri mendekatinya dan merekam dari segala sudut saat Miriani melepaskan lagi blus, lalu cd dan branya. Air mata menitik dari kedua sudut bola matanya. Tertekan, Miriani membiarkan tangan Dul menyentuh vaginanya, menusukkan telunjuknya ke dalam liangnya yang lembab. Dibiarkannya pula Dul menarik-narik sebelah putingnya.
Miriani melihat 4 lelaki di depannya sudah melepas celana mereka. Keempat lelaki itu asyik mengurut-urut penis mereka yang mulai menegang."Sini Mbak, merangkak ke sini," kata Prapto.Miriani menggeleng-geleng. "Nggak...please, jangan lakukan ini Pak Prapto. Kita bisa deal soal uang," kata perempuan itu."Sama aja Mbak. Kalau Mbak nggak ke sini merangkak, kami yang akan ke situ dan memaksa Mbak nungging. Pilih mana ? Ke sini aja deh.... tolong isepin tongkolku," lanjut Prapto.
"Nggak.... nggak mau..." Miriani menggeleng-geleng. Telapak tangannya berusaha menutupi vaginanya."Kalo gitu kita terpaksa perkosa kamu dengan kasar !" sahut Prapto sambil berdiri diikuti teman-temannya.Miriani panik. Tetapi ia tidak bisa lari kemana-mana. Akhirnya, perempuan dewasa ini pun tersudut ke dinding. Jing dan Dul menangkap kedua pergelangan tangannya dan menariknya ke arah berlawanan. Prapto langsung meremas vaginanya yang kini terbuka. Miriani memaki-maki dan berusaha menendang. Tapi Prapto meremas vaginanya makin kuat. Akhirnya jerit kemarahan Miriani mulai berubah jadi jerit kesakitan. Apalagi si Bon menjepit kedua putingnya dengan telunjuk dan ibu jari. Bon menarik kedua puting Miriani ke arah bawah sehingga terpaksa perempuan itu menundukkan badannya."Ayo nungging !" katanya sambil terus menarik kedua putingnya. Air mata Miriani mengalir deras.Prapto sudah menempatkan diri di belakang Miriani. Ditendangnya belakang lutut perempuan itu hingga Miriani terpaksa berlutut. Ditambah tarikan di kedua putingnya, jadilah kini posisinya nungging. Bulatan bokongnya jadi pemandangan indah bagi Prapto."Aaarrrhhhh....." Miriani menjerit saat Prapto tanpa basa-basi langsung menusukkan dua jari ke liang vaginanya.
"Kalau kamu nurut, kami bisa kasih kamu kenikmatan. Tapi kamu kayaknya emang seneng diperkosa," katanya sambil memutar-mutar jarinya di dalam liang vagina perempuan itu. Prapto kemudian menempatkan diri di belakang Miriani. Direnggangkannya sedikit kedua pahanya. Miriani bergidik, dia tahu musibah besar kini menimpanya. Pintu liang vaginanya terasa sudah ditekan sesuatu yang keras dan panas.
"Rasakan nih tongkol Prapto !" Prapto tiba-tiba mendorong penisnya ke depan dengan kasar. Miriani sampai menjerit melengking, kepalanya menengadah, matanya terpejam menahan sakit. Vaginanya terasa seperti koyak.
Prapto mencengkeram pinggul Miriani dan meneruskan sodokannya yang mantap tapi kasar itu. Setiap gesekan penis Prapto di dinding vaginanya terasa bagai sayatan silet bagi Miriani. Pekik dan rintihan tangis Miriani bagai musik indah di telinga para pemerkosa itu.
Kedua tangan Miriani yang sudah tidak dipegangi lagi menggapai-gapai ke belakang, mencoba mendorong Prapto menjauh. Tapi sia-sia. Kini kepalanya malah dipegangi dengan dua tangan oleh Jing. Wajah panik Miriani kini menghadap tepat ke depan penis Jing yang mengacung. Bahkan, hidung mancung dan bibir indahnya kini seperti tertampar-tampar oleh ujung penis lelaki itu.
"Ayo mbak, isep tongkol gue. Makin cepet lo nurut, makin cepet lo pulang," katanya. Miriani mencoba membantah, tapi dagunya dicengkeram sampai akhirnya ia terpaksa membuka mulutnya. Miriani memejamkan matanya saat penis Jing menerobos bibirnya. Ini untuk pertama kalinya dia mengulum penis dalam hidup.
Sakit dan kelelahan melawan dengan sia-sia, Miriani akhirnya mulai pasrah. Ia cuma berharap Prapto dan Jing segera selesai. Tapi masih ada dua lelaki lain yang saat ini sedang asyik bermain-main dengan payudaranya yang menggantung berayun-ayun.
Kulit Miriani sawo matang, tapi kulit pantatnya jadi tampak memerah karena dicengkeram Prapto selama pemerkosaan itu. Sepasang payudaranya yang masih lumayan kenyal juga memerah. Ada bekas cupangan di dekat kedua putingnya.
Suara kocokan penis Prapto dengan vagina Miriani dipadu suara beradunya pangkal paha Prapto dengan bokong bundar Miriani betul-betul menggairahkan. Apalagi ditambah dengan rintihan dan gumaman dari bibir Miriani yang terbungkam penis Jing.
Tiba-tiba suara tadi meningkat intensitasnya. Tampaknya Prapto bakal segera sampai ke puncak. Dia menggeram dan mulai ngoceh tak karuan.
"Cewek sialan.... rasain nih.... gue buntingin lo.... rasain nih.... gue sobek-sobek memiaw loooooo.... grrrhhhh..." Prapto seperti orang kesetanan. Pada saat bersamaan, Miriani mengerang panjang dan memilukan. Prapto menarik pinggul Miriani merapat ke dirinya. Seolah dia ingin memasukkan seluruh tubuhnya ke liang vagina perempuan dewasa itu. Miriani merasakan vaginanya yang pedih disirami cairan panas. Tetapi, dia masih belum bisa bernafas lega. Jing tampaknya juga bakal mengakhiri perkosaan atas mulutnya.... Betul saja, lelaki satu ini terdengar menggeram. Kepala Miriani yang berjilbab dipeganginya erat-erat dengan kedua tangannya. Tampaknya ia berusaha memasukkan penisnya sejauh mungkin ke kerongkongan perempuan hitam manis itu.
Miriani berusaha untuk tidak menelan cairan kental berbau khas itu. Tapi mustahil baginya. Dia kesulitan bernafas karena Jing tak juga menarik keluar penisnya yang terasa mulai mengecil. Dan akhirnya Miriani terpaksa membiarkan sperma Jing melewati kerongkongannya. Setidaknya itu tidak bakal membuatnya hamil, tidak seperti yang ditumpahkan Prapto ke dalam rahimnya. Prapto lebih dulu menarik keluar penisnya dari vagina Miriani. Penisnya yang sudah loyo terlihat berlepotan sperma. Dari celah vagina Miriani yang perlahan mengatup kembali tampak cairan putih kental yang meluber keluar, mengalir ke salah satu sisi pahanya.
PLAKKKKK..... Prapto mengakhiri perkosaannya dengan tamparan keras ke salah satu bulatan pantat Miriani. “Lumayan untuk ukuran perempuan tigapuluhan tahun...." katanya.
Tak lama kemudian Jing juga menarik keluar penisnya dari mulut Miriani. Didorongnya jidat perempuan berjilbab itu hingga Miriani tersungkur. Miriani terbatuk-batuk sebentar, beringsut ke sudut ruangan, menekuk tubuhnya dan terisak-isak. Dia ingin segera pulang. Tapi Bon dan Dul kini melangkah mendekatinya. Tubuh Miriani menggigil, tak sanggup membayangkan dirinya harus melayani dua lelaki kasar lagi......
Miriani terisak-isak. Dua lelaki itu kini berlutut di sisinya. Ia terlalu lelah dan sakit untuk melawan. Dibiarkannya Dul dari belakang menyentuh bibir vaginanya. Membelek-beleknya, mencoba mengeluarkan sperma Prapto dari dalamnya. Sementara Dul mencolek setitik sperma di sudut bibir Miriani dengan ujung telunjuknya.
"Masih kuat kan mbak ?" kata Dul sambil mengoleskan ujung telunjuknya itu ke puting kanan Miriani. Miriani menggigit bibirnya. Di wajahnya jelas terpancar lebih banyak ketakutan dibanding kemarahan. Miriani mencoba menepis telunjuk dan ibu jari Dul yang kini memilin puting yang barusan diolesi sperma itu. Tetapi Dul malah memperkeras jepitannya pada daging mungil berwarna gelap itu. Tiba-tiba Miriani menjerit kecil. Penyebabnya, Bon mengangkat sebelah tungkainya. Akibatnya, kini area vaginanya terbuka luas. Terlihat jelas vaginanya yang memerah. Rambut kemaluannya tak terlalu lebat. Bibir vaginanya masih terlihat mengkilap karena lelehan sperma Prapto.
Miriani tak bisa mengatupkan kakinya, sebab Bon meletakkan kaki perempuan itu di pundaknya. Ini posisi yang amat memalukan buat perempuan baik-baik seperti Miriani. Miriani terbayang wajah 3 anak perempuannya, berharap mereka tak mendapat perlakuan hina seperti dirinya. "Tolong... jangan lagi... saya akan penuhi permintaan kalian....ughhh.... tapi...ihhh... tolong...lepasin saya....eungghhhh...." Miriani mencoba merayu. Tapi Bon malah asyik mencomot sebelah labia mayora Miriani dan menarik-nariknya seperti guru menjewer telinga murid. Miriani merasa amat risih ketika Bon memasukkan dua jempolnya ke liang vaginanya. Lalu, kedua jempol itu ditarik ke arah berlawanan hingga liang vaginanya membuka lebar. Terlihat bagian dalamnya yang basah dan penuh cairan putih kental. Bon terus lakukan itu tanpa peduli geliatan dan erangan Miriaini. Malah, terakhir dia mulai mengaduk-aduk vagina Miriani dengan dua jarinya.
"Kita bisa lepasin Mbak, tapi janji nurut dulu ya...." katanya.
"Eunghhh... iya...iya....uhhhh...." Miriani cepat-cepat mengangguk. Risih betul dia, sebab Bon dengan telunjuk dan ibu jarinya berusaha memilin-milin klitorisnya.
Bon menarik keluar dua jarinya yang berlumur sperma Prapto, lalu menyodorkannya ke depan wajah Miriani."Jilatin ini dulu sampai bersih. Habis ini Mbak kita lepasin, nggak kita ent*t lagi," katanya. Miriani mengernyitkan keningnya. Giginya yang rapi menggigit bibirnya yang seksi. Dua jari Bon menyentuh bibirnya. "Ayo mbak... dijilatin..." katanya. Miriani memejamkan matanya yang indah. Perlahan bibirnya membuka, lalu perlahan lidahnya menjulur keluar. Lidah Miriani akhirnya menjilati kedua jari Bon dari pangkal sampai ke ujung, berulang-ulang. Bon bahkan bisa meyakinkan Miriani untuk mengulum kedua jarinya itu. Jing yang tadi menikmati dioral Miriani mendekat dan merekam adegan langka itu dengan handycam. Miriani tak sadar aksinya itu tengah direkam. Keinginan segera pulang membuatnya juga tak peduli dengan Dul yang asyik sendiri menyedot-nyedot putingnya, kanan dan kiri berganti-ganti...
"Bagus Mbak.... jilatan Mbak enak banget. Gimana, rasa sperma enak nggak ?" goda Bon.
"Nggak..." sahut Miriani. "Kalau gitu, kita coba sekali lagi. Coba dinikmati ya Mbak," kata Bon dan tanpa izin langsung menusukkan lagi telunjuk dan jari tengahnya ke vagina Miriani, berputar-putar seperti menggaruk dinding dalam vaginanya, berusaha mengeluarkan seluruh sperma yang tadi ditumpahkan Prapto.
Dua jari Bon terlihat kembali berlumur sperma. Disodorkannya ke depan wajah Miriani.
"Cobain lagi Mbak... Yang ini pasti enak," katanya. Miriani mau menolak. Tapi keinginan cepat pulang membuatnya tak bisa berpikir jernih. Diulanginya lagi adegan menjilat dua jari berlumur sperma itu. Dikulumnya juga dua jari Bon sampai betul-betul bersih dari sperma Prapto. Bon menarik keluar dua jarinya yang sudah bersih. Miriani memandangnya dengan wajah sebal. "Gimana Mbak ? Enak kan ?" godanya.
Khawatir disuruh menjilati jari berlumur sperma lagi, Miriani dengan cepat menjawab, "Enak..."
Keempat lelaki di ruangan itu tertawa mendengar jawabannya. "Bener enak ?" kata Bon sambil memainkan puting kanan Miriani. "Iya..." sahut Miriani. Wajahnya yang hitam manis terlihat kemerahan menahan malu. "Enak mana sama sperma yang kamu minum langsung dari kont*l gue ?" tanya Jing. Miriani menoleh dan kaget melihat Jing tengah merekamnya dengan handycam. Dia cepat melengos. "Iya Mbak... enak mana ?" Bon menanyakan lagi dengan tekanan suara yang berbeda diiringi pilinan yang diperkuat di puting Miriani. "Aduh...eh... ihh... enak yang... di jari..." katanya. Wajahnya makin memerah.Prapto, Dul dan Bon tertawa terbahak-bahak. Jing mencak-mencak. "Sialan lo.... bilang gak enak tapi lo telen sampe abis juga," katanya. "Ntar cobain kont*l gue di mem*k lo," lanjutnya. Tahu-tahu, Dul berdiri dan mengangkangi wajah Miriani. Penisnya yang mengacung menyodok-nyodok wajah manis Miriani.
"Ayo mbak... cobain punya gue. Pasti lebih enak dari maninya si Jing," katanya.
Miriani menggeleng-geleng dan mulai terisak-isak lagi. "Ayo deh Mbak.... biar Mbak cepet pulang," rayu Bon, lagi-lagi sambil menekannya dengan pilinan di puting Miriani. Dipilin seperti itu, Miriani merasa putingnya seperti ditusuk-tusuk jarum, pedih.... Itu membuatnya makin tak mampu berpikir jernih. Dibukanya bibirnya sedikit. Dul memanfaatkannya dengan baik. Penisnya dengan cepat memenuhi rongga mulut aktivis sebuah partai itu. Dul sibuk memperkosa mulut perempuan alim berjilbab itu. Bon masih menduduki sebelah paha telanjang Miriani. Sebelah kaki yang lain tersangga di pundak Dul. Penis Bon pun sudah mengacung, menuding vagina Miriani yang mengkilap dengan sisa-sisa sperma. Apalagi yang mungkin terjadi dalam situasi seperti itu ?
Betul ! Bon pun merapatkan pangkal pahanya ke pangkal paha Miriani. Menekan pintu liang vagina Miriani dengan kepala penisnya yang seperti helm tentara. Plop... kepala serdadu itu sudah terjepit di antara labia minora perempuan muda cantik. Miriani yang tengah sibuk berupaya membuat Dul orgasme terkejut menyadari vaginanya bakal dipenetrasi.
"Emmh...emmmhhh....Eummmmfff.... " Miriani berusaha berontak, meronta, melawan. Tapi semua sia-sia. Penis Bon dengan perkasa telah menerobos jauh ke dalam vagina Miriani, merasakan remasan dari bagian dalamnya yang lembut. Bon bahkan merasakan kepala penisnya menekan dinding kenyal di ujung terdalam vagina perempuan itu. Dul tak kalah semangatnya dari Bon. Dia ingin Miriani bisa membedakan rasa spermanya lebih nikmat dibanding sperma Jing....Mengerang, merintih dan memaki di dalam hati. Cuma itu yang bisa dilakukan Miriani. Sampai akhirnya rongga mulutnya dipenuhi cairan pekat. Pandangannya berkunang-kunang ketika Dul memaksanya menelan spermanya. Susah payah, akhirnya Miriani bisa menelan sperma Dul. Hanya berselang beberapa menit, Miriani merasakan Bon dengan kasar mengaduk-aduk vaginanya dan terakhir mendorong tubuhnya sampai pangkal paha keduanya menempel erat. Miriani kembali merasakan cairan hangat memenuhi vaginanya. Sebelum akhirnya tubuhnya lunglai dan ia kehilangan kesadaran.Keempat lelaki itu membiarkan Miriani tergolek di lantai berkarpet hijau itu setengah jam lebih. Kepalanya masih berjilbab. Payudaranya yang tak seberapa besar terbuka bebas. Ada bekas lovebites di dekat kedua putingnya yang hitam mengacung. Lovebites juga terlihat di dekat pangkal pahanya. Sepasang pahanya mengangkang lebar. Sperma Bon masih meluber di sela-sela bibir vaginanya yang kemerahan.
"Terus Mas Prapto... kita apain cewek ini ?" tanya Jing sambil mengelus-elus rambut kemaluan Miriani yang tak seberapa lebat. "Gue blom ngerasain mem*k cewek ini," lanjutnya.
"Gue juga belon," timpal Dul. "And... jangan lupa bro, pantat cewek ini masih perawan," lanjut si Dul sambil mengolesi anus Miriani dengan sperma yang meleleh dari celah vaginanya.

Dul tak berhenti di situ. Dimasukkannya telunjuknya ke vagina Miriani. Lalu, ditariknya telunjuknya keluar. Terlihat telunjuknya betul-betul belepotan sperma. Tanpa banyak bicara, ditusukkannya telunjuknya itu ke anus Miriani. Perlahan tapi pasti telunjuk Dul terbenam ke dalam anus Miriani yang masih tak sadarkan diri. Terlihat Miriani sedikit menggeliat. Rupanya dalam keadaan tidak sadar, tubuhnya tetap merasakan sakit di anusnya.
"Ya udah, kalo lo masih mau ngent*t cewek ini, cepet aja. Sebelum malam dia harus sudah kita pulangin," sahut Prapto. "Bangunin dia Jing," kata Dul kepada temannya. Dia masih asyik dengan vagina dan anus sekretaris berjilbab ini. Jari tengahnya mengaduk-aduk vagina, sementara jari telunjuknya menusuk lubang di sebelahnya.
Jing yang gemas melihat wajah innocense Miriani menyeringai. Lalu dengan wajah sadis disentilnya puting kanan Miriani dengan keras. Akibatnya, luar biasa. Tubuh Miriani terlonjak. Mula-mula dari bibirnya terdengar rintihan pelan, lalu tiba-tiba Miriani seperti orang histeris, menjerit-jerit sambil mengusap-usap putingnya. Seperti baru tersadar, ia juga menjerit melihat anusnya tengah diobok-obok Dul....Dul dan Jing tak berlama-lama membiarkan ibu muda berjilbab itu menjerit-jerit. Dul segera memposisikan perempuan itu dalam keadaan menungging. Sementara Jing dari depan mengangkat dagu Miriani lalu bibirnya langsung melumat bibir seksi perempuan itu. Jeritan Miriani terbungkam menjadi gumaman yang tak jelas. Kalau tak dicium Jing, pasti jerit Miriani makin menjadi saat Dul menancapkan penisnya yang kembali tegak ke vaginanya.
Dul tipe lelaki kasar. Segera saja terdengar suara plak-plok kocokan penisnya di vagina Miriani yang becek oleh sperma Prapto dan Bon. Miriani merasakan vaginanya betul-betul pedih. Rasa sakit akibat perkosaan dua lelaki sebelumnya belum hilang, kini Dul memperkosanya dengan kasar pula. Apalagi dia kesulitan bernafas karena bibirnya dipagut dengan penuh nafsu oleh Jing. Tiba-tiba Miriani merasa sedikit lega. Penyebabnya, Dul menarik keluar penisnya. Tetapi itu cuma kelegaan sejenak saja. Miriani kini menghadapi kengerian baru yang belum pernah dialaminya.
"Gue mau perawanin pantat lo," kata Dul sambil mengarahkan ujung penisnya yang tampak berlumur sperma. Miriani mengerang-erang dan meronta-ronta ketika merasakan sesuatu yang keras mulai menusuk lubang belakangnya. Rasanya panas dan pedih saat kepala penis Dul berhasil menembus benteng pertahanannya. Bundaran bokongnya juga terasa pedih karena Dul mencengkeram dengan jarinya yang berkuku panjang.
"Aaarrgghhh.... ouhhhhh.... jangaannnn..... sakiiit.... !" Miriani berteriak sejadinya ketika akhirnya berhasil melepas kuluman bibir Jing setelah ia mencakar pipi lelaki itu.
Jing yang kesakitan dengan marah menampar pipi Miriani. Akibatnya, sudut bibir perempuan itu berdarah. "Jangan pernah berbuat seperti itu lagi padaku.... ngerti ?!" bentak Jing sambil mencubit kedua puting Miriani.
"Aaaakhhhh... iya... iyaaahh..." Miriani menjerit karena Jing menarik kedua putingnya.
Air mata mengalir ke kedua pipi perempuan dewasa ini. Sakit di kedua putingnya tak seberapa dibanding pedih yang dirasakan di anusnya. Miriani masih merangkak seperti anjing. Jing dan Bon meremas-remas kedua payudaranya yang menggantung. Dia melihat Prapto yang tengah merekam dirinya dengan wajah penuh kebencian. Prapto hanya tersenyum sinis. Berkali-kali Miriani mem*kik kesakitan saat Dul mencoba memasukkan penisnya lebih dalam ke anusnya. "Santai aja Mbak. Jangan ngeden.... Kalo ngeden, pantat Mbak malah sakit. Santai aja biar kont*l saya bisa masuk lebih gampang. Kalo santai, Mbak malah bisa ngerasain enak nanti," kata Dul.
Bagaimanapun, Miriani ingin segera lepas dari situasi yang mengerikan ini. Ia pun menuruti kata-kata Dul. "Nah, gitu dong....hih... !" Dul mendengus saat merasakan cengkeraman otot anus Miriani mengendor. Saat itu juga Dul mendorong penisnya masuk lebih dalam. Miriani mem*kik lagi. Dia merasa perutnya seolah penuh, tetapi perih yang sebelumnya sangat mengganggu mulai berkurang. Karena itu, ia mulai mencoba merelakskan dirinya. Sikap Miriani itu memudahkan Dul. Lelaki kasar itu kini bisa mendorong penisnya ke dalam anus Miriani sampai pangkalnya. Lalu, perlahan dia menarik mundur sampai hampir keluar, lalu didorong lagi maju dengan kekuatan penuh. Terus diulang dengan gerakan yang makin lama makin cepat. Miriani mengerang-erang sepanjang perkosaan anal itu. Tiba-tiba, Dul menarik tubuh Miriani ke arah dirinya yang merebahkan diri. Akibatnya kini perempuan berjilbab lebar itu rebah terlentang di atas tubuh Dul. Penis Dul masih tertancap kuat di dalam anusnya.
"Nah, ini baru mantap...." komentar Prapto yang langsung merekam adegan itu dari arah depan. Jing dan Bon membantu merenggangkan kedua paha Miriani hingga terlihat jelas anus perempuan itu mencengkeram penis Dul. Vaginanya yang memerah juga masih terlihat mengeluarkan sperma bekas perkosaan sebelumnya."Jing, lo ent*t cewek ini sekarang," kata Dul yang kini memeluk tubuh Miriani dengan mencengkeram kedua payudaranya.
Miriani bergidik membayangkan dua lubang bersebelahan di bagian bawah tubuhnya itu akan dimasuki dua penis. "Jangan... please... jangan.... saya bisa mati...." rintihnya memelas. "Nggak apa-apa mbak. Matinya mati enak.... ha ha ha..." timpal Prapto disambut gelak teman-temannya. Jing ternyata sudah bersiap-siap di depan selangkangan perempuan alim itu. "Masih kelewat basah sperma nih," katanya sambil menusukkan dua jari ke vagina Miriani, mengorek-ngorek untuk mengeluarkan sperma dari dalamnya. Saat ditarik keluar, di dua jari Jing terlihat segumpal sperma yang kental dan putih kekuningan. Dicengkeramnya dagu Miriani dan dipaksanya perempuan itu mengulum kedua jarinya itu. Miriani lagi-lagi cuma bisa terisak-isak. Dengan tegang ia menunggu apa yang akan terjadi berikutnya. Penis di dalam anusnya saja sudah terasa sangat menyakitkan. Akhirnya yang ditakutkannya terjadi. Terasa pintu liang vaginanya mulai terdesak sesuatu yang besar dan keras. "Rasain nih.... perempuan seperti mbak memang bagusnya dinikmati sama-sama.... hihhhhh !!!" kata Jing sambil dengan kekuatan penuh menusukkan torpedonya ke liang vagina Miriani. Miriani mengerang panjang. Tubuhnya terasa terbelah di bagian bawah. Pandangannya berkunang-kunang. Ia berharap untuk pingsan saja agar tak merasakan derita ini. Tetapi, ternyata ia tetap tersadar....
Perasaan sakit yang aneh. Di dalam tubuhnya terasa ada dua benda besar yang bergerak maju mundur bersamaan. Ia terpaksa berulangkali mengejan seperti hendak mengeluarkan benda-benda itu. Tetapi akibatnya justru menyenangkan bagi kedua pemerkosanya. Jing dan Dul seperti merasakan remasan kuat di penis mereka.
Prapto tak menyangka bakal dapat obyek syutingan sedramatis ini. Dia kini mengclose up keluar masuknya dua batang penis di dua lubang yang bersebelahan. Dia juga mengclose up wajah Miriani yang tampak menderita. Memejamkan mata dengan kening berkerut sambil menggigit bibir dan tak henti mengerang-erang.
Di luar dugaan, Bon yang sejak tadi cuma menonton tak bisa menahan nafsunya. Disuruhnya Jing menegakkan tubuh, lalu dengan enaknya dia mengangkangi wajah Miriani. Tentu saja Miriani kaget, Dia melotot ketika menyadari penis Bon dengan enaknya menggeletak di wajahnya. Tapi dia tak bisa berbuat apa-apa menghadapi pemaksaan gila-gilaan seperti itu. Bon pun dengan mudah memaksanya memasukkan penis ke mulutnya. Prapto kini punya obyek syuting yang lebih dahsyat. Seorang perempuan dewasa dengan jilbab putih lebar tengah dihimpit di antara dua lelaki telanjang di atas tubuhnya dan seorang lelaki telanjang lainnya di bawahnya.
Satu persatu pemerkosa Miriani menuntaskan hajatnya. Diawali Jing yang memenuhi vagina Miriani dengan spermanya. Lalu tak berapa lama, Bon yang menyemprotkan spermanya ke wajah Miriani. Terakhir, Dul menunggingkan lagi perempuan itu dan dengan tenaga ekstra menggenjot penisnya di anus Miriani sebelum akhirnya menumpahkan spermanya ke dalamnya.Miriani tersungkur telungkup di lantai. Sekujur tubuhnya pegal-pegal. Pantatnya tampak memerah. Prapto merenggangkan kedua paha Miriani untuk mengcloseup lelehan sperma dari anus dan vaginanya ke karpet. Diclose-upnya juga wajah Miriani yang berlepotan sperma. Salah satu matanya terpejam karena setumpuk sperma tepat di atas kelopak matanya."Sudah, sana mandi Mbak. Habis mandi, mbak boleh pulang," kata Prapto sambil berjongkok di sebelah Miriani dan menyeka sperma yang menutupi matanya. Perempuan dewasa itu masih terisak. Dia memalingkan wajahnya.
PLAKKK....
Tiba-tiba Prapto menampar keras pantat Miriani. Karuan saja Miriani terlonjak dan menjerit. Tubuhnya kini miring menghadap Prapto.
"Sana cepat, mandi !" bentak Prapto. "Atau mau tetekmu gua gampar ?" lanjutnya sambil mengangkat tangannya siap menampar. Miriani dengan wajah ketakutan menyilangkan kedua tangannya ke depan payudaranya. Ia cepat berdiri dan berjalan gontai ke arah yang ditunjuk Prapto. Keempat pemerkosanya tertawa terbahak-bahak melihat langkah perempuan berjilbab dengan sperma di sekujur organ vitalnya itu. "Bener mau kita pulangin dia, Mas ?" tanya Jing kepada Prapto. Prapto menyulut rokoknya dan menghisapnya dalam-dalam. Lalu, dihembuskannya asap rokoknya ke atas sambil tersenyum menyeringai. "Ya, tapi besok-besok kita akan sering-sering menikmati tubuhnya," sahutnya.

Miriani bingung. Tak ada kamar mandi di arah yang ditunjuk Prapto. Yang ada hanya ruang terbuka dengan lantai lebih rendah. Ada keran dengan slang panjang dan ember besar di bawahnya di tempat itu. Miriani terdiam di dekat "kamar mandi" itu. Kedua tangannya masih menyilang di depan dadanya. Jilbabnya yang lebar sudah diulurnya, namun hanya menutup sedikit di atas pinggulnya. Ia terlihat berjongkok melepas kaus kakinya yang panjang hampir mencapai lutut. Tetapi ia kemudian terlihat kembali diam."Ya itu kamar mandinya. Sudah, cepat mandi. Buka jilbabnya ! Ngapain nutupin rambut. Kita udah liat mem*kmu kok," kata Prapto sambil mendekat dengan membawa handycamnya. Tiga lelaki lainnya ikut mendekat. Dul yang tidak sabaran turun dan merenggut jilbab ibu muda itu. Miriani yang kelelahan tidak lagi melawan. Rambutnya yang panjang dan ikal bergelombang itu digelung. Sehelai kain tipis masih menutupi sebagian rambunya. Kain inilah yang mencegah keluarnya anak-ranak rambut dari balutan jilbab lebarnya. Dul juga merenggut kain ini, sekaligus ikat rambut Miriani. Rambut Miriani yang panjang sampai sedikit di atas pinggang pun terurai.
Keempat pemerkosanya terpana. Dengan wajah kearab-araban dan rambut ikal terurai, serta completely naked, Miriani jadi amat mirip dengan bintang film porno dari Timur Tengah. Penis keempat lelaki itu kembali menegang. Miriani masih berdiri memunggungi keempat pemerkosanya. Ia meraih rambutnya yang panjang untuk menutupi bagian depan tubuhnya yang telanjang bulat. TUbuhnya sesekali bergetar karena ia masih menangis sesenggukan.
Prapto menyerahkan handycam kepada Bon, lalu ia turun mendekati perempuan itu. Didorongnya tubuh Miriani hingga perempuan itu menunduk dengan berpegangan pada pinggir ember besar yang penuh air. Ditendangnya kedua kaki Miriani hingga mengangkang melebar. Miriani kaget, tak menyangka bakal disetubuhi lagi untuk kesekian kalinya. Namun tenaganya sudah betul-betul terkuras. Ia pasrah apapun yang bakal terjadi kini. Sepasrah-pasrahnya Miriani, masuknya penis Prapto ke vaginanya masih menyebabkan pedih. Apalagi kini Prapto juga menjadikan rambutnya yang panjang seperti tali kekang kuda. "Nih, hadiah buat sekretaris yang sok tau !" kata Prapto sambil mendorong penisnya jauh ke dalam sampai terasa menekan dinding kenyal di ujung liang vagina Miriani.Miriani menggigit bibir dengan kepala mendongak, menahan pedih di kulit kepala dan ngilu di sekujur vaginanya. Tiba-tiba ia mem*kik karena merasakan rasa pedih yang aneh. Ternyata, dengan penis menancap di vagina Miriani, Prapto kencing ! Prapto kencing amat banyak. semburannya dirasakan Miriani amat deras, panas dan memedihkan. Ia mencoba meronta tapi sia-sia. Ditunggunya dengan penuh harap akhir semburan dari penis mitra kerjanya itu.
"Hihhh.... lo harus berterima kasih sama gue...nihhh... mem*k lo gue bersihin pake kencing gue..." kata Prapto meracau. Prapto memberi kode kepada Bon agar mensyuting dari depan. Bon lalu berlutut di depan Miriani mensyuting turun dari wajahnya, payudaranya yang mengacung dan vaginanya dengan penis Prapto masih menancap. Di sela-sela bibir vaginanya mengalir cairan bening kekuningan. Lalu, Prapto menarik keluar penisnya dan akibatnya dari vagina Miriani keluar deras cairan kekuningan bercampur putih kental.Tubuh perempuan itu masih gemetar ketika cairan kuning yang keluar dari vaginanya mulai berkurang. Lalu, tiba-tiba ia bersimpuh di genangan air seni Prapto. Prapto mengambilalih handycam kembali. Diberinya kode kepada tiga rekannya yang berdiri mengelilingi Miriani yang masih bersimpuh.
"Ini akan membuatmu mau mandi.... 1-2-3...." katanya. Yang terjadi kemudian membuat Miriani kembali terkejut. Ternyata ketiga lelaki itu berbarengan mengencinginya. Semburan air seni mengenai sekujur tubuhnya, rambut wajah, punggung, dada, paha. Kedua telapak tangannya berupaya menghalangi semburan ke wajahnya. Namun, Dul malah mencengkeram dagunya hingga mulutnya terpaksa membuka dan semburan air seni Dul langsung tertampung ke dalamnya. Miriani memejamkan mata. Setelah rasa sperma yang aneh, kini ia merasakan untuk pertama kali menelan air seni. Sekujur tubuhnya kini bau pesing.
Tiba-tiba, Dul memaksanya berjongkok dan menyodorkan gayung di bawah selangkangannya. Tangan lelaki itu kemudian mengucek-ucek vaginanya. "Ayo sekarang lo kencing !" katanya. Miriani memang ingin pipis dari tadi. Tapi pipis di bawah tatapan mata banyak lelaki dan disyuting close up adalah hal yang belum pernah dialaminya. Dengan perasaan amat terhina Miriani akhirnya pipis. Semburan air seninya ke gayung lumayan deras dan banyak. Dul menyempatkan membekap vagina Miriani yang sedang pipis. Otomatis telapak tangannya basah oleh air seni perempuan itu.
"Air kencing gue seger kan ? Nih liat, gue juga doyan air kencing lo. Lain kali gue pengen minum langsung dari mem*k lo," katanya sambil menjilati jarinya yang basah. Miriani meliriknya dengan perasaan jijik.
Setengah gayung lebih air seni Miriani tertampung. Dul mengangkat gayung tersebut. Jing membimbing Miriani berdiri. Bon turut berdiri mengelilingi tubuh perempuan itu.
"Ayo sekarang kita mandi bareng !" kata Dul lalu menyiramkan air seni Miriani ke kepala mereka. Baru setelah itu keempatnya betul-betul mandi dengan air di ember. Sebetulnya yang terjadi adalah tiga lelaki memandikan Miriani. Mereka dengan semangat menyabuni sekujur tubuh Miriani. Di bagian payudara, acara sabunan itu jadi terasa heboh. Mereka semua meremasi sepasang payudara Miriani yang berlumur busa sabun. Kedua putingnya juga ditarik-tarik sampai menegang. Sementara Dul lebih asyik menyabuni vagina Miriani. Bahkan, bukan cuma bagian luar. Dua jarinya terus saja menyabuni bagian dalam vagina perempuan itu. Miriani juga jadi obyek keisengan Jing. Dia berkali-kali menyikat kedua puting Miriani dengan sikat gigi. Hal sama juga dilakukannya pada klitoris perempuan itu. Semua ulah ketiga lelaki itu membuat acara mandi bareng itu jadi penuh jerit kaget dan kesakitan serta marah Miriani ditingkahi gelak tawa mereka. Miriani kini terlihat duduk setengah berbaring di lantai dengan kedua kaki mengangkang lebar. Di sisi kanan kirinya ada Jing dan Bon yang asyik menyabuni pangkal paha perempuan itu. Bon menarik-narik rambut kemaluan Miriani yang tak seberapa lebat itu. "Cukur jembutnya Bon !" kata Prapto yang tak henti mensyuting sambil melempar pisau pencukur. "Nggak dicabutin aja, Mas ?" sahut Jing. "Gue suka suaranya kalo dicabut," lanjutnya dilanjutkan dengan menarik beberapa helai rambut kemaluan Miriani sampai tercabut. "Aaawww....!" Miriani menjerit."Ha... ha... ha.... lucu juga. Tapi cukur aja deh. Kasian dia kecapekan," sahut Prapto."Ok bos !" Miriani cuma bisa menggeliat-geliat saat Dul mulai mencukur rambut kemaluannya. Malah ia melakukan itu dengan tiga jari tangan kirinya masuk ke vaginanya. KUlit Miriani
sawo matang, tapi wajahnya jadi merah padam karena tak sanggup menahan malu. Sementara Dul sibuk beraktivitas di vaginanya, Bon dan Jing tak bosan-bosannya bermain-main dengan payudara dan puting Miriani. Jing malah juga menciumi bibir Miriani. Mulutnya yang bau rokok membuat Miriani ingin muntah.

Miriani baru betul-betul lega ketika acara mandi bareng itu selesai. Mereka membiarkannya mengeringkan tubuh dengan handuk. Miriani juga lega melihat blus dan rok panjang, jilbab dan kaus kakinya ada di dekat handuk.
"BH sama celana dalem Mbak saya bawa pulang. Buat kenang-kenangan," kata Prapto. Miriani cuma melirik lelaki itu dengan tatapan tidak suka. Apalagi lelaki itu masih mensyuting dirinya. Usai mandi, Miriani dengan cemas melangkahkan kakinya ke arah lorong panjang tempat dia pertama kali datang tadi. Dia sudah tampak segar dengan busana yang panjang dan rapi. "Mau kemana Mbak ?" tanya Prapto. Lelaki itu sudah duduk di karpet dengan Bon, Jing dan Dul serta seorang lelaki lain."Pulang..." sahutnya ketus. "Nggak usah buru-buru, ini udah saya panggilin ojek," katanya sambil menunjuk lelaki lain tadi. Barulah Miriani menyadari kehadiran tukang ojek yang tadi membawanya. "Iya Neng, entar Abang anterin. Tapi kagak gratis loh !" timpal Bang Amir, si tukang ojek sambil meringis memperlihatkan giginya yang hitam. Bibirnya juga hitam, tanda bahwa dia perokok berat."Iya, nanti saya bayar. Ayo sekarang aja," ujar Miriani."Bayar di muka Neng..." balas Bang Amir.
"Berapa ?""Nggak usah pake duit, Neng...." sahut Bang Amir. Mendengar jawaban itu Miriani kaget. Dia mulai mengerti arah omongan Bang Amir.
"Huh.... kalian memang setan !" makinya. Kelima lelaki itu tertawa terkekeh-kekeh.
"Lo emang pengen dibayar pake apa, Bang ?" kata Prapto di tengah tawanya.
"Gue pengen ngerasain mem*k dia, Mas. Sebentaaar aja...." katanya. Para lelaki tadi tertawa-tawa lagi. Miriani betul-betul kehilangan akal sehatnya. Dia mulai menangis lagi.
"Eh, nggak usah nangis Mbak. Udah deh, kasih dia mem*k kamu sebentar. Abis itu dia antar kamu pulang," kata Prapto kali ini sambil berdiri dan menggamit tangan Miriani.
Miriani kini berdiri di hadapan Bang Amir yang duduk di karpet. Dibiarkannya Prapto mengangkat rok panjangnya sampai ke pinggang. Bang Amir melotot melihat vagina Miriani yang mulus tanpa sehelai rambutpun. Tangannya gemetar, terjulur dan menyentuh vagina perempuan itu. Begitu tersentuh, ganti tubuh Miriani yang bergetar. Ia mulai terisak lagi. Apalagi, telunjuk Bang Amir mulai menyusuri celah bibir kelaminnya, makin ke bawah dan akhirnya menemukan pintu liang vaginanya.
Perlahan tapi pasti, Bang Amir menusukkan telunjuknya ke dalam vagina Miriani. Dilihatnya Miriani menggigit bibir. Kedua belah pipinya mulai basah oleh airmata. Miriani menggeliat ketika Bang Amir menyusulkan jari tengahnya ikut masuk. Terasa bagian dalam vaginanya dikorek-korek dua jari lelaki setengah baya itu.
"Wah, udah lama abang mimpiin mem*k Neng," katanya. Miriani baru sadar, selama ini tukang ojek yang mangkal dekat rumahnya itu memang sering menatapnya dengan pandangan nafsu."Cuman mem*knya Bang ? Pengen ngenyot toketnya kagak ?" tiba-tiba terdengar suara Dul.
Bang Amir mendongak. Liurnya menetes melihat pemandangan heboh di atasnya. Jilbab lebar Miriani sudah disampirkan ke pundak. Kancing blusnya terbuka lebar dan sepasang payudaranya tampak mengacung dalam genggaman dua telapak tangan Dul.
"Wah... pengen banget..." katanya.Dul menekan pundak Miriani hingga perempuan itu berlutut di depan Bang Amir. Sejenak lelaki kampung ini melupakan vagina Miriani. Langsung ditangkapnya sepasang payudara telanjang di depannya. Dengan lahap dihisapnya puting susu Miriani, kanan dan kiri berganti-ganti. Miriani tak banyak protes lagi. Tetapi jelas tampak ia marah, takut sekaligus malu.
Sepasang payudaranya kini terlihat basah kuyup oleh aiur liur Bang Amir.
"Udah Bang, ntar keburu sore. Lo sekarang telentang, santai aja biar Mbak Miriani yang muasin lo," kata Dul. Bang Amir nurut. Dia segera melepas celananya dan terlentang. Dia melihat Dul melepas rok panjang Miriani, tetapi membiarkannya tetap memakai kaos kaki, jilbab lebar yang disampirkan ke pundak dan blus yang terbuka kancingnya. Pemandangan itu membuat penisnya yang hitam bangkit. Lumayan panjang dan terlihat kekar dengan urat-urat di sekujur batangnya. Dul membimbing Miriani untuk berjongkok mengangkangi wajah Bang Amir dengan posisi membelakanginya. Tukang ojek itu terlihat menelan air liurnya menyaksikan vagina perempuan baik-baik tepat di depan hidungnya. Aromanya pun mulai tercium. Gemetaran tangan Bang Amir menyentuh bibir vagina Miriani.Prapto mengajarinya menguakkan bibir vagina yang mulus itu dengan dua tangan. "Isepin kont*l abang, Neng... Abang mau jilatin dulu mem*k Neng," kata Bang Amir dan lidahnya pun mulai menyapu bibir vagina Miriani.
Tubuh Miriani bergetar ketika lidah Bang Amir menemukan klitorisnya. Juga ketika lidahnya berupaya menyusup ke dalam liang senggamanya. Bang Amir sendiri mengerang seperti orang kedinginan ketika Miriani yang dibimbing Dul mulai merangsang penisnya. Tangan kiri Miriani menggenggam buah zakar Bang Amir yang berambut lebat, meremasnya lembut. Tangan kanannya menggenggam pangkal batang penis Bang Amir dan mengurutnya dengan tekanan ke arah kepala penisnya. Bang Amir serasa melayang ketika Miriani di bawah arahan Dul menjilati lubang di kepala penisnya. Lalu, bibirnya yang seksi juga mengucup bagian lubang itu dan menyedot-nyedot. Baru setelah itu Miriani mulai memasukkan penis Bang Amir ke mulutnya. Makin lama makin dalam. Bang Amir dan Miriani mengerang-erang. Sebab, saat bersamaan, Bang Amir juga menyedot-nyedot klitoris Miriani sambil dua jarinya mengaduk-aduk vaginanya.
"Sudah, pemanasannya jangan lama-lama...Ayo Mbak, masukin kont*l dia ke mem*k Mbak !" terdengar Prapto memerintah sambil terus merekam adegan Miriani tengah mengulum penis Bang Amir. Dul dan Jing memegangi lengan kanan dan kiri Miriani, membimbing perempuan itu mengangkangi penis Bang Amir yang tegang maksimal. Miriani sekarang tak banyak menolak ataupun meronta. Dia bahkan menurut ketika disuruh memasukkan sendiri penis Bang Amir ke vaginanya.
"Buka aja bajunya Dul, ngganggu pemandangan," kata Prapto. Lagi-lagi, Miriani kembali bugil. Cuma jilbab dan kaos kaki yang melekat di tubuhnya kini.
Miriani menggigit bibirnya ketika untuk kesekian kalinya vaginanya kemasukan penis lelaki yang bukan suaminya. Tragisnya, kali ini justru ia berperan aktif. Mengangkangi penis Bang Amir yang mengacung dengan posisi membelakanginya. Memegang penis yang berurat itu dan mengarahkannya ke liang vaginanya. Lalu, perlahan menurunkan tubuhnya hingga penis itu tertelan seluruhnya oleh vaginanya. Semua adegan itu tak luput dari perhatian Bang Amir dan rekaman Prapto. Vaginanya yang kini tidak berambut jadi terasa sensitif saat penis Bang Amir masuk sampai pangkalnya dan rambut kemaluannya yang lebat menggesek kulit vaginanya. Bahkan, klitorisnya pun tergesek rambut kemaluan Bang Amir. Bagaimanapun hal tersebut membuat tubuh Miriani bereaksi spontan. Vaginanya mulai membasah, melumasi gesekan antara penis Bang Amir dan vaginanya. Hal itu mendatangkan perasaan nikmat bagi Bang Amir maupun Miriani sendiri.
Miriani tak mampu berpikir jernih lagi. Setelah menderita sejak pagi, sedikit kenikmatan itu membuatnya tergoda untuk mendapatkan lebih banyak lagi. Ia pun mulai menggoyangkan pinggulnya, membuat penis Bang Amir menjangkau segenap pelosok bagian dalam vaginanya. Makin lama, frekuensi goyang pinggul Miriani makin tinggi. Kedua tangannya yang semula menyangga tubuhnya ke belakang, kini mulai meremas-remas kedua payudaranya sendiri, memilin-milin dan menarik-narik kedua putingnya. Miriani juga tak kuasa menahan diri untuk tidak mengerang-erang dan mendesah-desah. Keempat pemerkosanya tercengang melihat perubahan itu. Prapto tak melewatkan momen itu dan merekamnya. Ia lalu menyerahkan handycam kepada Bon. Prapto sendiri menyodorkan penisnya yang sudah mengacung ke wajah Miriani.
"Ayo Mbak.... terus goyang, nikmatin aja Mbak... sekarang isep kont*lku Mbak... iyahhhh...." kata Prapto. Tanpa banyak tanya, Miriani menggenggam penis Prapto dan memasukkannya ke mulutnya. Lalu, sambil menaikturunkan pinggul dan memutar-mutarnya, Miriani juga mengulum penis Prapto. Prapto merem melek merasakan kuluman perempuan itu. Dipeganginya kepala Miriani yang berjilbab. Sesekali didorongnya penisnya jauh sampai terasa menyentuh kerongkongannya. Miriani masih terus memutar-mutar pinggulnya. Desahannya tetap terdengar meski tersumbat penis Prapto.
Prapto rupanya punya rencana sendiri. Didorongnya kepala Miriani dengan penisnya tetap di dalam mulut perempuan itu. Posisi itu ptomatis membuat Miriani rebah ke atas tubuh Bang Amir. Si tukang ojek luar biasa senang. Sebab, kini ia bisa menikmati jepitan vagina Miriani sambil meremas-remas kedua payudaranya.
Prapto menarik keluar penisnya dari mulut Miriani. Ia kini berlutut di depan selangkangan Miriani yang terbuka lebar. Penis Prapto masih keluar masuk disambut goyangan pinggul Miriani. Vagina perempuan itu sudah betul-betul basah.
Prapto menyentuh klitoris Miriani, menekannya dengan ibu jari dan merangsangnya dengan gerakan mengucek-ngucek, makin lama makin cepat. Reaksinya luar biasa. Miriani seperti berupaya bangkit. Tangannya menggapai-gapai ke kemaluannya sendiri tapi tak bisa karena Bang Amir menahan tubuhnya. Akhirnya, dari mulutnya keluar rintihan yang lebih mirip erangan memelas, bukan kesakitan. Yang pernah menonton Miyabi orgasme, tahu bahwa Miriani juga akan menemukan orgasmenya....Rintihannya tak jauh beda dengan rintihan nikmat Miyabi."Ayo Mbak....jangan malu-malu.... ayo, nikmatin aja.... ayo....." goda Prapto sambil terus merangsang klitorisnya.
"Aiyaiyaiyai.... aihh.... aaiihhh....auhhh....aaaakhhhh....mmmmfff....aaaiii hhh...." suara yang betul-betul menggairahkan itu akhirnya keluar melengking dari bibir Miriani saat terpaan orgasme seperti meledakkan dirinya. Tubuhnya kelojotan di atas tubuh Bang Amir. Penis Bang Amir sendiri masih lumayan gagah tertancap di vagina Miriani yang basah kuyup. Empat pemerkosanya terbahak-bahak melihat adegan itu. Perlahan, kesadaran merasuki benak Miriani lagi. Mendengar tawa dan komentar yang menghina, rasa malu mulai merambati dirinya...."Tahu gini, tadi kan nggak usah kita perkosa Mbak.... mem*k Mbak juga butuh nih....." kata Prapto sambil menepuk vagina Miriani agak keras. "Gue tahu Mbak butuh kont*l lebih dari satu. Gimana kalo kita coba masukin dua kont*l sekaligus ?" lanjut Prapto. Miriani kaget. Apalagi ia merasakan aneh, ketika Prapto menusukkan satu jarinya di sela-sela penis yang terjepit vaginanya. Satu jari lagi menyusul...."Tenang aja Mbak.... kepala bayi aja muat. Masak cuman 2 kont*l aja nggak muat ?" kata Prapto samil mulai menjejalkan penisnya bersamaan penis Bang Amir. "Akhh.... aihh.... jangan... aduhhh.... jangan... nggak muaaat...." Miriani ketakutan. Ia mencoba mendorong dada Prapto. Tapi dadanya sendiri malah dicengkeram Bang Amir. "Biarin aja Neng....mem*k Neng emang udah agak longgar kalo dipake sendiri kok..." komentar Bang Amir. Mula-mula Prapto kesulitan. Tetapi akhirnya kepala penisnya berhasil masuk. Baru setelah itu tak sulit baginya untuk mendorong masuk penisnya jauh ke dalam diiringi jerit kesakitan Miriani. Vaginanya terasa seperti akan sobek. Tak ada lagi desahan nikmat keluar dari mulut Miriani. Yang ada kini pekik dan erangan kesakitan. Dul pun tak mampu menahan diri untuk tidak memperkosa mulut Miriani lagi. Prapto dan Bang Amir seperti berlomba memasukkan penis mereka sejauh-jauhnya ke vagina Miriani. Prapto yang pertama kali menyelesaikan hajatnya, disusul kemudian Prapto, lalu Dul di mulut Miriani. Kembali ibu muda itu tergolek lemah di lantai berkarpet hijau. Jilbabnya kusut masai. Sperma belepotan di bibir dan vaginanya. Prapto menampar pantatnya, menyuruhnya segera bersiap pulang. Dengan gontai ia kembali ke kamar mandi, membersihkan bekas-bekas perkosaan dahsyat itu. Bang Amir menunggu di atas jok motor di luar rumah. Di benaknya sudah tersimpan rencana cemerlang: mengajak teman-temannya menikmati tubuh ibu muda berjilbab ini....



« Back

Download film langsung dari hape !
+ KISAH PANAS +
[01] | [02] | [03] | [04] | [05] | [06] | [07] | [08] | [09] | [10] | [11] | [12] | [13] | [14] | [15] | [16] | [17] | [18] | [19] | [20]
Home Home
Guestbook Guestbook

U-ON
4617
INDOHIT.SEXTGEM.COM