watch sexy videos at nza-vids!
Download aplikasi gratis untuk Android
INDOHIT.SEXTGEM.COM

Nikmatnya Tante Dewi


Hai, kenalkan namaku Andi, umurku 21 tahun. Saat ini aku kuliah di salah satu PTS yang lumayan gede, di wilayah selatan Jakarta, tepatnya di Depok. Aku punya pengalaman unik dan menarik dengan Tanteku yang mungkin ini pengalaman mengasyikanku yang pertama, dan mungkin tidak akan kulupakan.

Singkat cerita, aku balik ke Jakarta dan aku janjian sama Tante Dewi buat mencari rumah. Oiya, Tanteku ini umurnya 32 tahun. Orangnya putih, tingginya 168cm, ukuran payudaranya kutaksir 36B.

Kujemput dia di rumah salah satu tanteku, dan kami jalan.
"Kemana nih kita Tante?" tanyaku.
"Enaknya kemana ya Ndi? Tante dan Om pengen yang suasananya tidak terlalu rame, yang tenang gitu, dan kalau bisa udaranya masih bersih dan aksesnya gampang."
"Wah kalau gitu di deket tempat Dani (adik keponakanku) saja Tante, di Cibubur, kan banyak perumahan, apalagi di seberang tol."
"Ya sudah, kita kesana saja."
Kuarahkan mobilku ke arah tol menuju lokasi. Cari-cari seharian akhirnya Tante Dewi menaksir di salah satu kompleknya Ciputra Group.
"Gimana Ndi menurut kamu?"
"Ya terserah Tante dong, bagusnya Tante tanya Om dulu."
"Iya deh nanti malem Tante tanyain."
Kuantarkan Tante Dewi pulang.
"Entar Tante hubungi kamu ya Ndi, soalnya kalau jadi, rumah yang tadi mau beli, kita kayaknya kudu nyari furniture dan kelengkapan rumah, tidak ganggu kamu kan?"
"Enggaklah Tante, lagian kuliah juga masih kosong."
"Makasih ya", jawab si tante sambil mencium pipiku, serr~.

Jam 7 pagi telepon berdering dan Tante Dewi mengabarkan kalau suaminya setuju dengan rumah pilihan kemarin, dan dia mengajak cari peralatan rumah tangga, karena akad jual beli baru dilaksanakan Senin minggu depan.
Kami jalan ke arah Jl. Fatmawati, karena di sana memang banyak toko dan showroom meubel. Siangnya kami makan siang sambil ngobrol-ngobrol.
"Gimana Tante menurut penilaian Tante?" tanyaku.
"Gimana ya, bagus-bagus semua sih, tapi kan Tante sudah pegang referensinya, jadi kalau nanti Tante mutusin pilih, Tante tinggal telepon."
"Ow..", jawabku singkat.
"Ndi, Jum'at besok kamu ikut weekend-an ya, soalnya Tante Sari ngajakin, refreshing katanya, ajak Dani juga."
"Boleh juga tuh Tante, tapi kalau Dani diajak di rumah kelamaan kosong Tante, khawatir!"
"Terserah deh kamu atur saja."

Besoknya kami berangkat ke Puncak buat weekend-an. Dani ditinggal dirumah. Di villa yang cukup gede dengan 4 kamar, halaman luas. Kolam renang, plus tempatnya yang masuk ke dalam dan di bukit itu membuat suasana asyik banget. Jam 10 malam selesai makan di simpang raya kami langsung kembali ke villa. Aku pakai jacket, sambil merokok, aku duduk di teras belakang. Tidak lama muncul Tante Dewi pakai kimono handuk, habis mandi kelihatannya.
"Dingin-dingin gini kok mandi sih Tan?" tanyaku.
"Iya, habis lengket sih, lagian kan ada water heater." katanya sambil mengeringkan rambutnya, dia angkat satu kakinya dan dinaikan ke kakinya yang lain. Ala mak, aku bisa melihat paha mulusnya. Setelah kering rambutnya, Tante Dewi masuk, aku mengikuti di belakangnya. Aku ke dapur buat bikin kopi. Setelah bikin kopi kubawa kopi ke ruang tengah. Pas lewat depan kamar Tante Dewi aku melihat pemandangan yang sangat aduhai. Pintunya yang terbuka sedikit bikin aku bisa mengintip, benar-benar yang kuceritakan tadi di atas, dia yang lagi siap-siap pakai baju, baru pakai CD sementara dadanya masih terbuka membuat payudaranya yang besar dan kencang bebas terpampang. Buru-buru aku berlalu, dan bergabung sama Tante Sari dan Om Haris serta anak-anaknya yang lagi menonton TV. Ngobrol sebentar Tante Sari minta izin buat ngelonin anak-anaknya, sementara Om Haris minta izin buat istirahat. Alhasil tinggal aku yang menonton TV, aku pindah duduk ke kursi panjang yang tadi diduduki sama Om Haris dan Tante Sari biar aku nontonnya tidak miring.

Kira-kira 5 menit aku nonton sendiri, Tante Dewi keluar sambil bawa segelas jeruk panas dan duduk di sampingku. Ummhhh~, aroma wangi Tante Dewi segera menyeruak memenuhi seisi ruangan. Tante Dewi saat itu pakai kimono sutra warna merah cerah, yang bikin aku horny adalah dadanya nampak tidak pakai apa-apa di dalamnya. Kira-kira jam 12 malam aku pamit istirahat. "Ya sudah, di matiin saja TV-nya, Tante juga mau istirahat."

Kami jalan beriringan menuju kamar masing-masing, kamarku depan-depanan sama kamar Tante Dewi di bagian belakang, kamarku di belakang kamar anak-anaknya Tante Sari sementara Tante Dewi di belakang kamar Tante Sari. Pas melewati kamar Tante Sari terdengar suara-suara aneh. Aku menoleh ke arah Tante Dewi, dan Tante Dewi menaruh telunjuknya di depan bibirnya. "Sssttt, jangan berisik, kamu ambil kursi organ kesini, kita intip." Katanya sambil senyum. Aku menganggukan kepala. Kuambil kursi itu dan kutaruh perlahan-lahan di depan pintu kamar. Tante Dewi di luar dugaan segera naik untuk menyaksikan adegan apa yang tengah berlangsung, dan aku yang di bawah dengan jelas dan gamblang menyaksikan kemulusan betis Tante Dewi plus bulu-bulu halusnya yang lebat. Kemaluanku tidak kuat dan pelan tapi pasti mulai tegang. Tante Dewi tidak lama mulai meletakkan tangannya di depan permukaan selangkangannya dan mengusap-usapkan telapak tangannya di sana. Melihat gelagat begitu aku tidak buang-buang kesempatan, kuraba betis indahnya, dan di luar dugaan Tante Dewi tidak bereaksi, malahan dia merenggangkan kakinya dan kulihat tangannya mulai dengan agak kasar mengusap permukaan selangkangannya sambil mulutnya mengeluarkan suara desisan, "Ssshhhh".

Melihat Tante Dewi mulai naik tidak cuma tanganku yang mengusap betis indahnya, tapi juga bibir dan lidahku. Kutelusuri betisnya turun ke bawah, sampai punggung kakinya, kupindahkan ke kakinya yang lain dan aku jelajahi juga. Desisan Tante Dewi mulai berubah jadi erangan, dan tangannya nggak cuma beraksi di permukaan selangkangannya, tapi juga tangannya yang lain mulai meremas payudaranya sendiri. Sementara aksiku tidak cuma di betis, kepalaku sudah mulai menyusup ke balik kimononya, jadilah aksiku sekarang menelusuri daerah pahanya. Setelah aksi bibir dan lidahku mendekati daerah selangkangannya, tangan Tante Dewi yang tadi dipakai menggosok selangkangannya sekarang pindah ke kepalaku. Dia tekan kepalaku dan mengusap-usap rambutku, sesekali dia jambak rambutku sambil merapatkan kakinya. Kujilati buah pantatnya yang ranum sambil kedua tanganku beraksi meremas buah pantatnya yang lain sementara tanganku satunya lagi kupakai buat membelai daerah selangkangannya. Kupindahkan aksiku buat menggarap buah pantatnya yang lain. Kusibakan CD mini Tante Dewi, kurenggangkan kakinya, dan kunikmati belahan pantatnya.

Setelah kumulai sesak napas dan kegerahan kukeluarkan kepalaku dari balik kimononya. Kugeserkan kaki Tante Dewi supaya dia bisa geser, dan aku naik. Sejurus kemudian terpampang di depan mataku pemandangan yang membikinku semakin horny. Tante Sari di bawah lagi megap-megap sambil menarik-narik rambutnya sendiri, dia angkat kedua kakinya di pundak Om Haris, sementara Om Haris asyik memompa Tante Sari dari atas sambil mulutnya menikmati payudara Tante Sari yang lumayan bagus meskipun sudah punya anak dua. Aku tidak mau tinggal diam, kulingkarkan tanganku ke pundak Tante Dewi, dan langsung kuusap-usap bagian dadanya. Tidak lama tanganku yang kiri menyusul, kususupi ke balik kimononya dan segera kudapatkan segunduk daging yang teramat kenyal rasanya di tanganku dan Tante Dewi balas dengan menggigit-gigit kupingku. Lagi asyik men-'tune' puting payudara kiri Tante Dewi, Tante Dewi beranjak turun. Dan ternyata yang dilakukan Tante Dewi adalah melepaskan ikat pinggangku, melapas kancing celana jeans-ku dan menurunkan zipper-nya. Dia tarik jeans-ku selutut, tapi cuma jeansnya doang. Tidak lama terasa hangat permukaan CD-ku, dan terasa juga lidah bermain di permukaan CD-ku naik turun, terasa juga kemaluanku digigiti naik turun. Sesudah itu terasa CD-ku diturunkan juga, sementara di dalam kamar posisi sudah berganti, Tante Sari memegang kendali naik turun sambil kedua tangannya memegang tangan Om Haris yang lagi asyik meremas payudara Tante Sari.

Hangat dan lembab terasa di kepala penisku, pas pandanganku kuturunkan ternyata Tante Dewi lagi asyik menjilati kepala penisku, terus turun ke batang penisku naik turun, dan akhirnya biji kemaluanku dikulumnya juga. Dikemotnya kedua biji kemaluanku. Ada perasaan mulas sewaktu kedua biji kemaluanku diemut sama Tante Dewi, habis mulut Tante Dewi itu mungil banget. Bosan mengulum biji kemaluanku, Tante Dewi memasukkan batang kemaluanku ke mulutnya, diemutnya, disedotnya kencang banget. Lalu Tante Dewi memaju-mundurkan mulutnya, sambil tangan kirinya memainkan biji kemaluanku, sementara tangan kanannya meremas buah pinggulku. Tante Dewi melepaskan hisapannya, tapi kepala penisku langsung jadi sasaran, kali ini kepala penisku digaruk-garuk pakai gigi atasnya. Waduh, rasanya sangat luar biasa! Geli, gatal dan lain-lain rasa nikmat semuanya campur jadi satu. Dari dalam kamar, Tante Sari dan Om Haris mengerang sangat keras, dan rupanya mereka baru saja mencapai puncak gunung bersama-sama.

Tidak kuat aku kelamaan berdiri, kuangkat kepala Tante Dewi, aku turun dan kubenarkan posisi celanaku, kutarik Tante Dewi, kudekap dia di pelukanku dan langsung kuserbu bibir mungilnya yang sudah merekah menantang buat digasak. Tante Dewi membalas serbuanku dengan tidak kalah semangatnya. Lidah kami menjelajah rongga mulut masing-masing lawan. Waktu lidah Tante Dewi menjelajah rongga mulutku, lidahnya kugigit, begitu juga sebaliknya.

Ternyata Tante Dewi sudah kecapaian dari tadi, "Ndi, kita pindah ke kamar yuk?" ajaknya. Aku sih menurut saja. Kuserbu lagi bibirnya, kuangkat tubuhnya kugotong ke kamarnya. Kutaruh dia di atas kasur, dan tanpa buang waktu kulucuti pakaianku sendiri. Selanjutnya setelah aku bugil, aku naik ke ranjang dan bibir Tante Dewi kembali kunikmati. Tangan Tante Dewi tidak tinggal diam, digenggamnya penisku sambil diusap dan dikocok perlahan dengan tangan kirinya, sementara tangan kanannya memelukku. Begitu juga aku tidak mau kalah, sementara tangan kiriku menyanggah beban tubuhku, tangan yang kanan kuajak buat jalan-jalan di atas dada Tante Dewi. Di dalam kamar baru kutahu bahwa Tante Dewi adalah jenis manusia yang senang melepaskan perasaan horny-nya dengan sebebas-bebasnya. Buktinya sewaktu payudaranya kuremas dan putingnya kupilin dari mulut yang masih kukulum, gumamannya terdengar sangat keras. "Mmmmhhh.. mmhhhhggg." Apalagi sewaktu lidahku bermain di belakang telinganya, erangannya semakin menjadi-jadi.

Tante Dewi dengan tangannya membimbingku untuk menikmati permukaan lehernya yang jenjang. Kujilat dan kukecup bagian leher Tante Dewi sampai tidak ada jengkal yang tersisa, "Uuhhh....sshhhh..mmhhhh." Sekarang gantian. Tangan kananku dipakai menyangga tubuhku sementara tangan kiriku kupakai untuk membelai, meremas dan memilin bukit Tante Dewi yang munjung dan sudah keras dari tadi. Sekarang sasaranku adalah pundak Tante Dewi, dan kedua sikuku kupakai buat menahan berat badanku, supaya kedua payudara Tante Dewi bisa kuremas bareng. Pada saat jelajah lidahku sudah sampai di ujung selepetan bima-nya, aku sibak kimono Tante Wiwi bagian dadanya, dan.. eng-ing-eng, jelaslah sekarang di depan mataku sepasang payudara terindah yang pernah kulihat, karena sebelumnya buah dada pacar-pacarku kalah bagus sama payudara Tante Dewi. Aku tidak sabar, aku langsung gigit putingnya yang sebelah kanan dan Tante Dewi berteriak, "Aahhkk.. sshh.. aadduuhh.. eenhaakhh Ndiii." Kusedot pentil itu dengan keras, semakin keras kusedot semakin menjadi erangan dan teriakan Tante Dewi. Habis sudah kedua permukaan payudara Tante Dewi kugarap, Tante Dewi mendekap kepalaku di belahan payudaranya, sementara kedua lengannya menyanggah payudaranya, hal ini membuat mukaku tenggelam disela-sela payudaranya yang indah. Yang paling mengesankan adalah sewaktu aku bikin cupang di bawah puting kiri Tante Dewi, Tante Dewi berteriak sambil menjewer kedua kupingku. "Hakhh.. oohh.. ggakkhh.. usss...aahh." sehabis itu jelaslah bekas cupanganku di payudaranya.

Setelah puas kugarap kedua buah payudaranya, Tante Dewi menurunkan kepalaku, kujilati permukaan perutnya, pas sampai pusar kukecup dan kujilat pusarnya sementara kedua tanganku kususupi di belakang pinggulnya dan segera kuremas habis kedua bongkah pantatnya. "Adduuhh Ndiiiii.. kamu kok kayaknya uudaahh peengalamann banget ssiihh", begitu erangan Tante Dewi kira-kira sewaktu kukecup dan kujilati pusarnya. Jilatanku terus turun ke bawah, sebelum mulutku sampai di selangkangannya, CD mini Tante Dewi kuturunkan pakai kedua tanganku, kutarik lepas CD itu. Ya ampun, sungguh indah gundukan itu. Vagina terindah yang pernah ku lihat..

Bibir vagina itu ternyata masih sangat bersih, sama sekali belum menghitam. Melihat pemandangan seperti itu, kontan tangan dan bibirku kompakan buat mengerubuti vagina Tante Dewi.
"Aahh.. adduuhh.. sshh.. aagghh.. yyeess.. tteeruusshhgghh." Tante Dewi teriak-teriak sewaktu kumasukan jari tengahku ke vaginanya dan ibu jariku menggesek clitorisnya dan lidahku menjilati permukaan bibir vaginanya. "Uuhh.. uuhh.. yyaa.. sshhhh.." desahan dan erangan Tante Dewi semakin menjadi ketika dengan ganas kugigit-gigit clitorisnya. Dan dengan tidak kalah ganas Tante Dewi menjambak rambutku, dia desaki ke selangkangannya, sementara pinggulnya diangkat tinggi-tinggi sambil membuat gerakan memutar. "mmhhyymm.. sshh.. yyaa.." begitu terus dan terus Tante Dewi berputar dan berteriak. "NdIiii..hh.. sini titit kamu kasih Tante.." pintanya dan terjadilah pertempuran 69 yang sangat seru, karena Tante Dewi dan aku sama-sama rakus. Setelah sekitar 10 menitan bertempur 69, Tante Dewi mengejan dan berteriak dengan sangat keras, "Ndiii.. aahh.. aadduuhh.. Tantee.. tidak.. kuatth.." jeritan Tante Dewi disertai dengan merapatnya kedua paha, serta dicakar-cakarnya buah pantatku. 1 1/2 menit Tante Dewi menjepit kepalaku, sampai akhirnya dia terkulai, sementara aku terus dengan aksiku menjilati setiap tetes air yang mengalir dari lubuk vagina Tante Dewi. "Nadi ssudahhh sayangghh.. Adduhh.. geliiii..hh.."

Tante Dewi manjatuhkan diri dan telentang pasrah sambil menarik nafas panjang, pandangan matanya menerawang ke langit-langit kamar.
"Ndi, kamu sudah sering melakukan yang kayak begini ya?" tanyanya sambil melirikku.
"Ah, nggak juga Tante, mungkin sudah dari sononya kali", jawabku sekenanya.
"Tidak mungkin, buktinya penis kamu Tante sedot kenceng banget koq penis kamu tenang-tenang saja", sanggahnya.
"Oh jadi Tante pengen saya cepet nyampe klimaks?"
"Ya nggak juga sih. Ih kamu nakal ya!" katanya sambil memiringkan badan dan menggelitikiku. Lama kami bercanda sambil bergumul kayak anak kucing, capai, kita berdua masing-masing diam sambil tarik nafas dalam-dalam.

Melihat Tante Dewi telentang dengan kedua lengan dan paha terbuka, aku yang memang sudah kesetanan tidak tahan, kukangkangi dia dan langsung kuarahkan rudalku ke lubang vaginanya, kumasukkan penisku, kuselipkan disela-sela bibir vaginanya, perlahan-lahan kutusuk dan.. "Oohhgg.. ehh.." penisku perlahan tapi pasti mulai amblas. Setelah amblas seluruhnya kutarik nafas dalam-dalam dan kembali bibir Tante Dewi kulumat, sambil ku-grepe kedua payudaranya. Setelah tenang, aku mulai mengangkat perlahan-lahan batang penisku, pas tinggal kepalanya doang yang tersisa kutekan lagi, "Uuhhh.." kembali Tante Dewi mendesah. Lama-lama kayuhanku semakin lancar, maju mundur, kadang-kadang kuputar seperti orang lagi mengebor, dan Tante Dewi mengerang keras, "Hhmm.. oouughh", rupanya dia menyukainya. Aku terus bergoyang, pas aku capai, Tante Dewi ambil inisiatif. Dia peluk aku erat-erat dan berguling ke sisi kanan. Sekarang dia naik turun di atasku, "Oohh.. adduuhh Tanntthh.. teerruuss", erangku sambil tanganku meremas payudaranya keras banget. "Uhh.. uuhh.. uhh.. yyeess.. yyess", jeritnya sambil kedua tangannya menjambak-jambak rambutnya sendiri. Lelah naik turun Tante Dewi memelukku sambil menciumku, kulingkarkan tanganku ke belakang, kujamah bongkahan pantatnya dan aku mulai tusuk dia dari bawah. "mmhh.. mmhh", kutusuk terus. Tidak lama Tante Dewi bangkit dan kembali naik turun. Dia cengkeram lenganku kencang sekali, melihat keadaan seperti begitu, aku langsung pro-aktif, aku juga tidak mau kalah, tusukanku dari bawah kutambah frekuensinya, dan hasilnya.. tidak lama Tante Dewi menggenjot pantatnya dengan gila sambil teriak-teriak, "aaaahh.. oohh.. oohhh.. Tante mau ssaammpp.." belum selesai ngomong begitu Tante Dewi tekan keras-keras pantatnya ke bawah, terasa otot-otot vaginanya berkontraksi dengan sangat keras, dia jatuhkan diri di atas badanku. Dengan nafas masih memburu dia kecup dan lumat bibirku,
"Huuhh, kamu hebat banget sih Ndi, sama cewek kamu atau sama perek kamu biasanya hah?"
"Enggak kok Tante, ya baru sama Tante saja sekarang."
"Alah, sama setiap cewek yang kamu tidurin juga jawabannya pasti sama", katanya sambil ngeloyor ke kamar mandi, setelah selesai bersih-bersih Tante Dewi masuk lagi ke kamar.

Di depan pintu kamar mandi kusergap dia, kuangkat satu pahanya dan kutusuk sambil berdiri. "Aduh kok ganas banget sih kamu!" katanya setengah membentak. Aku tidak mau tahu, kudorong dia ke dinding kuhajar terus vaginanya dengan rudalku. Mulutnya kusumbat, kulumat dalam-dalam. Setelah Tante Dewi mulai terdengar lenguhannya, kugendong dia sambil pautan penisku tetap dipertahankan. Kubawa dia ke meja rias yang berbentuk Consol, kuletakkan pantatnya di atas meja itu. Sekarang aku bisa lebih bebas bersenggama dengan dia sambil menikmati payudaranya. Sambil kuayun, mulutku dengan sistematis menjelajah bukit di dadanya, dan seperti biasanya (dan ini juga yang biasanya dilakukan wanita) dia tekan belakang kepalaku ke dadanya, dan aku turuti, habis emang nikmat dan nikmat banget. "aahh.. sshh.. oohh.. uugghh.. mmhh", Tante Dewi terus meracau.

Bosen dengan posisi begitu kucabut penisku dan kusuruh Tante Dewi menungging. Sambil kedua tangannya memegang bibir meja. Dalam keadaan menungging begitu Tante Dewi kelihatan lebih aduhai! Bongkahan pantatnya yang mulus itu yang bikin aku tidak tahan. Kupegang penisku dan langsung kuarahkan ke vaginanya. Kugesekkan ke clitorisnya, dan dia mulai mengerang nikmat. Tidak sabar kutusukkan sekaligus. Langsung kukayuh, dan dalam posisi ini Tante Dewi bisa lebih aktif memberikan perlawanan, bahkan sangat sengit. "Aahh Ndiii Taanntee mmoo.. kkeelluuarr laggi.." racaunya. Tante Dewi goyangannya menggila dan tidak lama tangan kanannya menggapai ke belakang, dia tarik pantatku supaya menusuk lebih keras lagi. Kulayani dia, sementara aku sendiri memang terasa sudah dekat. Tante Dewi mengerang dengan sangat keras sambil menjepit penisku dengan kedua pahanya. Aku tetap dengan aksiku. Kuraih badannya yang kelihatan sudah mulai mengendur. Kupeluk dari belakang, kutaruh tanganku di bawah payudaranya, dengan agak kasar kuurut payudaranya dari bawah ke atas dan kuremas dengan keras. "Eengghh.. oohh.. ohh.. aahh", tidak lama setelah itu bendunganku jebol, kutusuk keras banget, dan spermaku menyemprot lima kali di dalam.

Dengan gontai kuiring Tante Dewi kembali ke ranjang, sambil kukasih cumbuan-cumbuan kecil sambil kami tiduran. Dan ketika kulihat jam di dinding menunjukan jam 02.07. Wah lumayan, masih ada waktu buat satu babak lagi, kupikir.
"Tante, Tante, vagina dan permainan Tante ok banget!" pujiku. "Makasih juga ya Ndi, kamu juga hebat", suatu pujian yang biasa kuterima!

Selanjutnya bisa ditebak, sampai sekarang aku masih suka berbagi kenikmatan setiap ada kesempatan.



« Back

Download film langsung dari hape !
+ KISAH PANAS +
[01] | [02] | [03] | [04] | [05] | [06] | [07] | [08] | [09] | [10] | [11] | [12] | [13] | [14] | [15] | [16] | [17] | [18] | [19] | [20]
Home Home
Guestbook Guestbook

U-ON
8993
INDOHIT.SEXTGEM.COM