watch sexy videos at nza-vids!
Download aplikasi gratis untuk Android
INDOHIT.SEXTGEM.COM

6. Mia : Brohter In Law


Hari ini aku dan Fachri sudah genap 4 ½ bulan menjalani hubungan. Di sela-sela hubunganku dan pria Arab itu, aku juga masih menjalin hubungan dengan pria-pria yang dulu sering banget menggenjotku di tempat Fanny keluar (menurutku mereka sudah ketagihan).

Sekarang sudah jam 5 sore, berarti suamiku sebentar lagi pulang dari kantornya. Aku dan Fachri baru saja selesai mandi, setelah sebelumnya dia membuatku orgasme yang tak terhitung banyaknya. Aku baru saja selesai berpakaian (babydoll pendek dan tipis, no bra dan hanya mengenakan g-string tipis tembus pandang), sementara Fachri baru saja memakai celana panjangnya, ketika aku mendengar suara mobil berhenti di depan rumah. Suamiku pulang! Segera saja aku menyuruh Fachri untuk ‘berakting’ di ruang tamu (rumah sedang kosong, Fanny dirumah ibuku).

Tak lama kemudian, suamiku masuk kedalam rumah dan langsung bertatap muka dengan Fachri.
“Mi… eh… ada tamu… siapa ya?” tanya suamiku yang segera menjabat tangan Fachri yang berdiri dan mengulurkan tangannya.
“Fachri!” katanya tegas.
“Mmh.. Tino.”
Aku segera menengahi suasana yang agak kikuk itu, “Fachri ini temanku SMA dulu mas… dia kesini mau mengkonfirm soal reunian bulan besok!”
“Oo… kok tapi tadi pintunya ditutup?” tanya suamiku curiga.
“Anu… tadi ada pengamen lewat. Males banget aku ngelayaninnya. Makanya pintunya aku tutup, eh… malah keenakkan ngelayanin Fachri sampe lupa ganti baju dan mbuka pintu!” jelasku asal.
“Oo… Fanny belum pulang?” tanya suamiku lagi.
“Belum! Sudah, sana masuk, ganggu aja..  sana mandi dulu… aku masih pengen ngobrol, sama Fachri!”
“Ya sudah… Mmh.. aku mandi dulu ya. Fachri, saya tinggal dulu ya…!”
“O.. Ok!”

Sambil memberi kode ke Fachri, aku segera mengikuti suamiku dari belakang (untuk memastikan). Sebelum masuk kamar madi, Tino bertanya ;
“Kok kamu pake baju kayak gitu sih? Dalemmu keliatan… mana celana dalemmu tipis banget… tetekmu keliatan, memekmu keliatan… sengaja ya mamerin toket sama memekmu?”
“Enggak!” jawabku, “tadi mendadak banget datengnya si Fachri, makanya aku pake baju sekenanya aja. Gak ada maksud pamer kok!”
“Dasar kamu…. Ganti sana!” kata suamiku lagi.
“Eeehh.. Udah deeh.. jangan ribet, bawel banget.. emang gue ngewe sama dia? Gue emang kepengen, tapi gue masih waras. Pun toh kejadian, gak bakal juga memek gue di entot di rumah. Ada elu! Palingan dia bawa gue check-in ke hotel atau gue ngajak dia nginep dimana gitu.” Sahutku emosi.
“Kenapa sih jadi ribet gini? Iri karena ada laki-laki yang kontolnya lebih gede dari titit lo, dateng ke rumah pas bini lo yang seksi ini sendirian? Ha? Denger ya.. kalo lo rewel lagi soal penampilan gue di depan laki-laki, CATET… gue ewe tu laki di depan lo! Denger? Bangsat lo ya lama-lama.. titit kecil aja belagu!!”

Tino Cuma diem aja dan sambil menyaut handuk yang aku bawa, dia langsung masuk ke kamar mandi.

Setelah itu, aku langsung berlari kecil ke ruang tamu sambil senyum-senyum. Fachri, yang pasti denger omelanku ke Tino tadi, segera memelukku. Sambil berbisik di telingaku, dia bilang kalo aku pinter banget bikin alasan..
“Ya… kalo nggak gitu, kita nggak bisa ngewe lagi dong… kamu mau kalo memekku nganggur? Trus kontolmu yang gede ini mau di masukin kemana? Emang memek istrimu lebih enak dari memekku, enggak kan?” jawabku agak manja.
Tapi Fachri tidak berkata apa-apa lagi, dia langsung mengulum bibirku yang aku balas dengan bernafsu sekali, sementara tangan si Arab itu masuk ke dalam dasterku dan melesat ke arah celana dalamku.. dan merogohnya sambil mengelus dan menggosok memekku. Sementara tanganku merogoh gundukan daging di balik celananya di arah selangkangan. Sekitar 10 – 15 menit kemudian terdengar pintu kamar mandi terbuka, aku dan Fachri segera berakting lagi pura-pura ngobrol di sofa.

Setelah berganti pakaian, Tino langsung bergabung dengan kami. Tapi aku malas banget bila harus berakting terus. Setelah minta ijin untuk ke belakang, aku segera pergi ke dapur. Di dapur aku menelfon ibuku untuk menelfon ke rumah. Aku bilang supaya ibu pura-pura menelfonku untuk menjemput Fanny. Tentu saja dia bertanya-tanya, tapi aku menjelaskan dengan singkat alasanku. Aku bilang ke Ibu, kalo dirumah ada selingkuhanku yang lagi ngobrol sama Tino. Aku bilang aja kalo aku dan selingkuhanku itu lagi nanggung dan ingin melanjutkan ‘pertempuran’ dirumah ibu. Ibuku langsung mengerti dan dalam 5 menit akan menelfon ke rumah.

Benar saja, 5 menit kemudian telfon berbunyi. Tino yang angkat. Setelah menutup telfon, Tino bilang kalo ibu minta Fanny dijemput, soalnya ibu mau pergi. Aku segera berganti pakaian di kamar. Aku hanya memakai tank top dan celana pendek ketat yang pendek banget.. no bra, no kancut!
Setelah selesai berpakaian aku segera ke ruang tamu. Aku segera memberi kode pada Fachri. Lalu, dengan beralasan akan pulang, Fachri segera pamit kepada Tino, setelah sebelumnya menawariku tumpangan untuk mengantarkanku ke rumah ibu. Di depan pintu rumah, sambil berjalan ke arah mobil, aku menggandeng tangan Fachri sambil merapatkan tubuhku ke tubuhnya.. sambil tersenyum, Fachry berbisik kepadaku, bilang kalo Tino berdiri di depan pintu sambil ngeliatin kita pergi. Dengan acuh tak acuh, aku bicara agak kencang.. “BODO AMAT!” yang disambut Fachry dengan cekikikan, lalu ku kecup bibirnya dengan lembut. Setelah itu, aku dengan menggunakan mobil Fachri, pergi ke rumah ibu.

Sesampainya disana, ibu tidak banyak bertanya. Dia langsung aku kenalkan pada Fachri. Setelah itu, aku dan Fachri segera masuk kamar ibu dan nggak keluar-keluar sampai jam ½ 1 pagi. Saat itu aku sedang membersihkan batang zakar milik bapak beranak satu itu, ketika ibu masuk ke kamar dan memberitahu kalau Tino telefon. Setelah minta izin ke Fachri (masih bugil) aku segera keluar kamar untuk menerima telefon Tino. Setelah selesai, aku kembali ke kamar. Di dalam kamar, aku melihat ibu sedang menggenggam batangan Fachri sambil mengocoknya dengan perlahan-lahan,
“Gimana bu? Besar kan kontolnya Fachri?” ujarku pada ibu yang sepertinya sedang menikmati banget kerjaannya itu.
“Iya…” sahutnya, “ibu boleh nyobain ya Mi…”
“Ya… tanya yang punya dong. Boleh ya yang, ibuku mau nyobain kontolmu”
“Terserah! Anaknya kan udah nyobain, sekarang ibunya!” ujar Fachri

Sambil tertawa kecil, ibu dengan rakusnya menelan Kontol Fachri dan mulai menghisap dan menjilatinya. Aku lalu berjalan pelan kearah mereka dan melucuti baju ibu. Akhirnya kami bertiga telanjang bulat. Tak lama kemudian, Fachri menyuruh aku tiduran terlentang, dan meminta ibu menjilati memekku. Hmmm… goyangan lidah ibu terasa sangat nikmat sekali, apalagi ketika dia mulai memasukkan jarinya ke lubang itilku… sensasinya hebat sekali. Rupanya, ini saat yang dinantikan Fachri. Dengan posisi nungging, tentu saja memek ibu terbuka lebar sekali, kesempatan ini tidak disia-siakan Fachry.. dia langsung menghujamkan kontolnya yang besar itu kedalam memek ibu.

Tusukan-tusukan lelaki arab itu makin hebat, ketika ibu menggelinjang dengan cepat dan merapatkan pahanya, dia mendapatkan klimaksnya. Sambil mencabut Kontol besarnya, Fachry menyuruh ibu bergeser. Otomatis, kontolnya langsung berhadapan dengan memekku yang sudah basah terkena air liur ibuku dan cairan pelumasku sendiri. Tanpa banyak basa-basi, Fachry segera menghujamkan kontolnya itu kedalam memekku. Makin liar sekali bapak ini.
Lalu dia menyuruh ibu menindihku dengan posisi menungging. Hmmmm… dua memek ibu-anak ini tidak disia-siakan Fachry. Secara bergantian dia memasukkan kontolnya kedalam memek kami, sementara mulut ibu tak henti-hentinya mengulum bibir dan lidahku. Dari ekor mataku, aku lihat si Fanny berdiri di depan pintu. Aku memberikan kode ke Fachry untuk menyuruh Fanny masuk. Setelah Fanny berdiri disamping tempat tidur, aku menyuruh Fachry berhenti sebentar. Tentu saja ibu mendesah gak karuan, karena memang memeknya sedang menerima giliran di tanam Kontol 

“Fan..” kataku ke Fanny, “ambil henfon mami di tas.. kamu dah mami ajarin foto kan? Fotoin mami, nenek sama Om Fachry lagi ngewe yaa…”
“Iya mam..” kata Fanny.
Lalu kami melanjutkan kerjaan kami, sementara Fanny sibuk memotret.. 10 menit berlalu, ketika Fachry akhirnya bilang kalo pejunya sudah diujung kontolnya. Lalu ibu menyuruh pria gagah ini untuk telentang. Aku yang mengerti maksud ibu segera mengocok dengan cepat batangan besar berurat itu, sementara ibu mengulum kepala batang itu. Benar saja, tak lama kemudian, mulut Kontol si Fachry memuncratkan cairan yang kami nanti-nantikan.. sambil tertawa, aku dan ibu berebut menjilati, menelan dan berkumur dengan cairan putih nan gurih itu… sampai habis. Lalu aku mengulum mulut ibu dan bertukar sisa peju. Sementara si Fachry senyam senyum sambil mengocok kontolnya sendiri.

Setelah kami bertiga selesai memberihkan badan di kamar mandi, aku segera berpakaian, karena harus pulang. Begitu juga ibu (walaupun Cuma pake baby doll doang –gak pake celana dalam). Sementara Fachry tetap telanjang bulat, karena kontolnya sedang dipegang-pegang si Fanny. Sebenarnya aku males banget pulang, tapi karena si Tino nelfon lagi, mau gak mau aku pulang. Ibu menyuruh aku naik taksi aja, karena Fachry masih mau dipake lagi sama dia.

“Ya sudah..” kata Fachry, “kamu pulang aja dulu, besok kan masih bisa ngewe lagi..”
“Iya..” sahutku.
Lalu Fachry berkata sama ibu, “Mir, kamu pernah di ewe di lobang pantat belom?”
Ibu Cuma tertawa dan berkata, “hahahaa… pertanyaan yang aneh.. ya sudah dong. Kamu mau gaya apa aja, aku ladenin. Mau di memek? Di bool? Hayo ajaa… aku siap kok!”

Kami bertiga tertawa terbahak-bahak. Lalu mereka masuk kamar lagi. Sebelum aku dan Fanny pergi, aku pamitan sama ibu, Fachry daannn… tentu saja kontolnya. Aku cium-ciumin, jilat sebentar, dan akhirnya mengulum mulut bapak arab beranak satu ini. Dan akhirnya aku pulang. Pemandangan terakhir yang kulihat adalah ibu menanggalkan pakaiannya dan mulai beraksi. Sementara aku, sambil senyam-senyum, meninggalkan mereka berdua di dalam kamar.


Keesokan harinya, Fachri menelfonku (dia nelfon dari rumah ibuku… dia menginap disana malam itu), katanya dia nggak bisa ke rumahku hari ini, karena tadi malam ia dikerjai habis-habisan oleh ibu . Terus aku juga bilang kalo nggak kerumah gak papa, soalnya ibu dan kakaknya Tino akan datang malam ini dari Surabaya dan mungkin menginap selama 3 hari.

Aku nggak tahu apa urusan mertuaku itu datang kesini, apalagi Mbak Tammy juga ikut. Aku gak pernah suka sama kakak perempuan Tino itu. Sudah gendut, cerewet, selalu iri dengan penampilanku, bawel, suka ikut campur… uuugghh… pokoknya semua hal yang negatif ada di dia deh…. Tapi yang membuatku agak senang, Mas Pras (suaminya Tammy) ikut juga ke sini.
Aku bingung, padahal Mas Pras itu ganteng, tinggi, baik, lucu ,ramah… kok mau ya sama si Tammy gembrot itu? Cocoknya, Mas Pras itu dapet perempuan sexy kayak adik iparnya ini… tapi, sudahlah….

Mereka datang sekitar jam 5 sore. Tino menjemput mereka di Gambir. Setelah berbasa-basi nggak jelas dengan ibu mertuaku itu, aku langsung ke dapur untuk membuatkan minum dan menyiapkan makan malam.
Jelas-jelas aku sibuk, si gembrot itu bukannya mbantuin, malah mencela aku. “Kamu kok kayak males-malesan gitu sih Mi kerjanya? Nggak ikhlas aku dateng?”
RESEEE….. !!!!

Biarpun begitu, Mas Pras malah ndatengin aku ke dapur setelah si babon itu pergi, “Udah Mi, jangan dipikirin. Kamu kan tahu… si Tammy memang begitu orangnya.”
“Iya Mas, nggak papa!”
“Ngomong-ngomong, kamu kok kayaknya makin cantik ya Mi…” kata Mas Pras memujiku.
“Ah… Mas Pras bisa aja. Tapi Mas Pras juga makin ganteng kok…” balasku sambil memukul pelan pundak pria gagah ini.
“Kamu bercanda apa serius nih?”
“Serius!!!”
“Ya udah… aku kan emang ganteng!” sahut Mas Pras sambil tertawa.
Aku juga ikut tertawa sambil mencubiti Mas Pras di bahunya yang keras dan kekar itu.
“Udah ah…” potongku, “nanti Mbak Tammy denger, terus curiga lagi!”
“Iya… ya udah… aku ke depan dulu ya?!”
“Lho, nggak mau nemenin aku di belakang nih?”
“Ntar aja… aku nanti balik lagi!”
“Kapan?”
“Mmmhh… maunya kapan?”
“Nanti malem aja!”
“Lho… kok nanti malem?” tanya Mas Pras bingung.
“Iya….” Sahutku, “nanti malem aja. Pas semua sudah pada tidur…”
“Maksudmu?” tanya Mas Pras sambil mendekati aku.
“Mmmhhh… nanti malem aku tunggu di kamarnya Fanny!” bisikku.
“Terus ngapain?” tanya Mas Pras sambil terus merapatkan tubuhnya ke tubuhku.
“Terus… kita… “ belum selesai aku bicara, Mas Pras, dengan lembutnya, memeluk dan mengecup bibirku.
“Mas… nanti ada yang….” Tapi sisa kata-kataku hanya menggantung di udara. Mas Pras malah langsung mengulum bibirku sambil tangannya dilingkarkan ke tubuh setengah horny ini dan meremas kedua belahan pantatku. Mendapat perlakuan demikian, aku langsung membalas kuluman itu dengan memainkan lidahku didalam mulut Mas Pras.

Sedang nikmat-nikmatnya aku melumat mulut dan lidah Mas Pras, tiba-tiba ada yang memanggilku.
“Mami…”
Kami berdua tersentak kaget, dan langsung mengambil posisi berjauhan yang tampak aneh sekali. Ternyata yang memanggil adalah Fanny.
“Aduh… kamu bikin mami kaget, Fan…. Kenapa?”
“Mami lagi ngapain?”
“Mami lagi ngelepas kangen sama Om Pras… Iya kan Om…” sahutku asal sambil melirik Mas Pras.
“Iya Fan… tapi jangan bilang ke papi ya…”
“Iya Om….”
“Kenapa kamu nyari mami?” tanyaku ketika sudah sedikit tenang.
“Aku laper… mau makan…”
“Ooo… ya udah.. kamu panggil papi sama nenek gih… bilang makan malam siap habis shalat maghrib. Ya…?”
Setengah berlari, Fanny langsung pergi ke ruang tengah. Ketika aku berjalan menyusul Fanny, Mas Pras dengan isengnya meremas pantatku.
“Aahh… Mas Pras iseng nih… dah nggak sabar ya?”
“Iya…!!”
“Tahan sedikit dong! Eh… mau lihat itunya dong Mas?” pintaku sedikit manja.
Mas Pras langsung menurunkan relsletingnya dan mengeluarkan batangannya sendiri. Lalu aku kembali mendekati Mas Pras lalu menngenggam kontolnya itu.
“Sabar ya dik… nanti malem kamu boleh masuk kesini deh.” Kataku sambil menempelkan kepala Kontol besar yang setengah bangun itu ke arah memekku yang masih tersembunyi di balik g-string tipisku.
“Mi…” kata Mas Pras, “buka sedikit dong cd mu!”
Tanpa banyak komentar, aku langsung menurunkan cd ku dan kembali menempelkan palkon Mas Pras di belahanku ini.
“Sabar ya Mas… aku juga dah nggak tahan!” bisikku pada Mas Pras.
“OK!” jawabnya singkat.

Malamnya, sekitar jam ½ 1, aku bangun dari tempat tidurku dan mulai mempreteli semua kain yang menempel ditubuhku. Untuk menutupi tubuh telanjangku, aku hanya memakai baby doll tipis yang pendek banget. Setelah melihat suamiku yang tertidur pulas, aku berjalan mengendap keluar kamar menuju kamar Fanny. Sesampainya di sana, aku melihat Fanny tertidur pulas sekali, tapi Mas Pras belum datang. Sekitar 5 menit kemudian, Mas Pras, yang hanya memakai celana pendek, masuk ke kamar Fanny. Saat itu aku tengah berbaring terlentang di samping Fanny. Aku mengangkang lebar memamerkan liang yang sebentar lagi akan dimasuki oleh batang besar milik kakak iparku ini.

“Bagus banget bentuknya, Mi!” bisik Mas Pras.
“Buat Mas!” jawabku singkat.
Lalu Mas Pras mulai naik ke tempat tidur Fanny dan langsung memeluk dan mengulum bibirku. Tangan kanannya langsung melesat ke arah memekku dan mulai meraba, mengelus dan menggosok kelentitku. Pada saat yang bersamaan, aku mulai melepas celana pendeknya dan mencoba untuk menggenggam Kontol yang setengah bangun itu. Setelah dapat, aku mulai mengocoknya perlahan-lahan. Semua gerakan yang kami buat, kami lakukan dengan pelan-pelan sekali. Kami berusaha untuk tidak grasak-grusuk, supaya tidak membuat suara-suara yang dapat membangunkan seluruh isi rumah. Akibatnya, nafsu kami sudah tidak dapat terbendung lagi.

Cairan pelumasku cepat sekali keluarnya, begitu juga Mas Pras. Kontolnya menegang dengan cepat sekali.
“Gimana Mas?” tanyaku, “langsung aja ya?”
Tapi Mas Pras tidak menjawab, dia hanya bangikt dan berlutut di hadapanku dan mulai mengarahkan senjatanya itu langsung ke sasarannya. Perlahan-lahan. Kontolnya mulai memasuki liang memekku. Lalu Mas Pras sambil setengah berlutut, berbaring tengkurap diatasku, rapat sekali. Aku faham, ini untuk meminimalisasi gerakan dan suara yang pasti keluar. Memahami hal ini, aku langsung melingkarkan kakiku ke bagian atas pinggulnya, sementara tanganku aku lingkarkan di lehernya. Tusukan-tusukan Mas Pras sangat lembut namun mantap sekali di dalam memekku.
“Enak banget Mas!” bisikku di telinga Mas Pras.
“Tahan Mi. Kita tukar posisi. Jangan sampai lepas ya?!” kata Mas Pras.
Lalu kami mulai berputar untuk bertukar posisi.

Setelah aku berada diatas, aku mulai menggenjot Mas Pras. Mulai dari putaran pinggulku sampai gerakan-gerakan erotis yang membuat Mas Pras merem melek. Tangannya meremas dengan kuat kedua toketku. Setelah itu, gantian aku yang merebahkan tubuhku diatas tubuh Mas Pras. Sambil meremas kedua pantatku, ia mulai menggasak memek adik iparnya ini dari bawah. Efeknya jelas sekali terasa. Aku mulai merasa orgasmeku akan datang. Lalu aku mulai mengolah sendiri orgasmeku itu. Masih ditengah-tengah tusukan-tusukan Mas Pras, aku memutar-mutarkan pinggulku. Benar saja… tak lama kemudian, aku dapet. Uuuhhh…. Enak banget! Mengetahui hal ini, Mas Pras makin mempercepat gerakannya sendiri untuk mengejar orgasmenya. Dan itu tidak lama kemudian. Dia memuntahkan seluruh pejunya didalam memekku.

Setelah selesai membuang kotoran kami masing-masing, aku dan Mas Pras segera ke kamar mandi untuk membersihkan tubuh kami. Sambil masih bertelanjang bulat, kami segera bergegas untuk kembali kekamar kami. Di depan kamarku, Mas Pras memeluk sambil mengelus memekku dan berbisik, “Terima kasih ya Mi… malam ini aku puas banget, memekmu enak banget!” lalu dia mengulum bibirku.
“Sama-sama Mas… aku juga puas banget. Kira-kira, besok aku bisa nyobain kontolmu lagi gak ya….??”
“Aku nggak tahu…. Tapi aku coba cari cara. OK?!”

Setelah itu, aku masuk ke kamarku dan segera berbaring di samping Tino. Belum lama aku merebahkan badanku, Tino minta jatah hariannya.
“Mi,… ML dong!” katanya.
“Memekku lagi perih mas… nggak tau kenapa!”
“Oo.. terus nggak bisa ML dong?”
“Aku kocokin aja ya….”
“Di sepong aja deh… kamu mau nggak?”
“Lagi sariawan… ya udah, mau dikocokin gak?”
“Ya udah deh… nggak papa!”

Sambil tersenyum dalam hati, aku segera mengocok Kontol suamiku ini dengan malas-malasan. Aku bergumam dalam hati, “bukannya perih karena apa-apa sih Mas… tapi memekku habis dihajar sama kakak ipar lo! Mana kontolnya gede banget!” 

*****

Paginya, suamiku berangkat ke kantor seperti biasa. Sementara mertuaku dan si gembrot pergi nggak tahu kemana. Mas Pras pergi mengantar mereka. Aku dirumah sendirian. Fanny tentu saja sedang berada di sekolahnya dan Fachri berjanji akan menjemput dan mengantarnya. Sekitar jam 1an, saat itu aku sedang asik-asiknya mencukur bulu yang ada di sekitar kemaluanku, ada suara mobil parkir di depan rumah. Setelah mengintip sebentar keluar jendela kamar, aku langsung pergi ke depan untuk membukakan pintu. Karena aku tahu yang datang Fachri, makanya aku nggak pakai baju.
“Halo yang…” sambutku pada pria Arab itu.
“Halo juga sexy….” Jawabnya sambil memeluk tubuh polosku, lalu mengulum bibirku.
“Kok Tante nggak pake baju?” tanya Haikal, anak Fachri.
“Tante lagi nyukur bulu ini Cal…” jawabku sambil menunjukkan memekku ke arahnya.
Sambil mengelus memekku, Fachri berkata, “Bulu di sini harus dicukur, supaya kontolnya Ayah lancar masuknya, Cal!”
“Oooo….” Sahut Haikal.

Sambil menggandeng tangan Fachri, aku mengajaknya ke kamar mandi untuk membantuku membersihkan sisa bulu yang ada di sekitar memekku. Momen ini kami manfaatkan dengan sebaik-baiknya. Celana Fachri langsung aku preteli dan akibatnya…. Kami ngewe di kamar mandi!
Setelah selesai, aku langsung berlutut di hadapannya dan menghisap serta menjilati sisa peju yang ada di kontolnya.
Karena kami tidak menutup pintu kamar mandi, makanya anak-anak kami dengan mudah masuk dan ikut menonton aksi kami. Setelah selesai, Fachri segera mengenakan bajunya lagi. Sementara tubuh indahku ini hanya aku tutupi dengan baby doll yang tipis dan pendek sekali. Setelah kurang lebih 15 menit kemudian, Fachri dan Haikal pulang.

The END.



« Back

Download film langsung dari hape !
+ KISAH PANAS +
[01] | [02] | [03] | [04] | [05] | [06] | [07] | [08] | [09] | [10] | [11] | [12] | [13] | [14] | [15] | [16] | [17] | [18] | [19] | [20]
Home Home
Guestbook Guestbook

U-ON
326
INDOHIT.SEXTGEM.COM