Muridku Memang Cantik
Inilah pengalaman pertamaku menjadi guru. Entah kenapa aku bisa kepincut menjadi guru. Bukan karena cita-cita atau berbakti kepada negara, tapi karena kekecewakan terhadap perilaku orang tuaku. Sebenarnya keluargaku bukan orang sembarangan. Papaku seorang pengusaha, mamaku aktivis social, kakak-kakakku pun menjadi pengusaha semua, Cuma aku yang bukan pengusaha. Bukan karena ortuku ga mau menyekolahkanku. Aku pernah kuliah bisnis di Amerika, Australia, bahkan Singapura tapi semuanya gagal karena aku terlibat narkoba dan diTarik kembali ke tanah air dan menjalani rehabiltasi di panti rehabilitasi narkoba di sebuah pesanten di Jawa Barat.
Ahamdulillah aku kembali ke jalan yang benar dan aku ingin mengabdikan diriku untuk mencerdaskan anak bangsa dengan sekolah guru. Syukurlah degan kemampuan bahasa inggrisku yang lumayan aku kuliah guru bahasa inggris hanya empat tahun, sehingga umur 23 th aku sudah menjadi guru bahasa ingris di sebuah SMA di Surabaya. Paman ku di Surabaya mengendalikan yayasan itu yang sebagian besar modalnya adalah milik papaku. Di sanalah aku dikirim papa untuk mengajar.
Aku mengajar bahasa inggris di kelas 11. Banyak siswa yang menggemariku dalam mengajar, bukan saja karena cara mengajar baasa inggrisku yang bagus, tapi karena aku sangat gaul. Banyak siswa yang tahu bahwa aku anak pemilik yayasan ini, begitu juga dengan guru-guu, yang tahu hanyalah pamanku saja. Aku jarang ngumpul dengan guru di kantor saat istirahat, tapi sering ngumpul dengan siswa baik di kantin maupun di ruang osis, atau ruang band. Kebetulan aku suka music dan pandai bermain music, gitar, organ ataupu drum. Tidak hanya siswi cewek yang dekat denganku tapi juga cowok, karena aku sering bermain band dgn mereka, salah satunya Andi salah satu pemimpin band sekolah. Di rumah dia punya studio band, maklumlah dia anak orang kaya, anak pejabat. Aku sering bermain band di rumahnya, aku sering memegang gitar. Joni siswa kelas 11 organ, Andi drum, agus bas. Saat bermain dirumah Andi hampir semuanya membawa ceweknya, Andi dengan Susi, Agus dengan Mila dan Joni dengan Nova, Cuma aku…. Ah ha masih sendiri.
“ Pak, bu Yanti nggak diajak?” Tanya Nova disangka aku pacar bu Yanti guru bahasa Indonesia, padahal tidak.
“ Ah bisa aja kamu, gak kok, bapak belum ada ni.” Jawabku
“ Pak, kan tau Tari ?” Tanya Susi
“Ya, masa orang cantik bagaimana bapak ga kenal, Yang duduk sebangku dengan kamu kan? Anak kelas 11b? Emangnya kenapa?” jawabku mencecar.
“ Gak, pak. Sebenarnya dia ada hati degan bapak lo.”
“ Oya?” aku pura-pura kaget, padahal aku juga sudah ada filling karena setiap aku mengajar matanya selalu menatapku dengan penuh arti. Siapa yang gak berbunga-bunga disenangi cewek secantik Tari yang putih. Rambutnya panjang, tingginya 165 seimbang denganku yang 170, dadanya ya… 34 lah dan emmm… pinggulnya sintal mengiurkan. Tadi saat istirahat aku sudah ngobrol bareng dengan Tari. Susi yang nyomblangi. Bahkan sepulang sekolah kami sudah janji bermain band di rumah andi. Sementara Susi, mila dan Nova adalah penyanyi band itu.
Mobil Suzuki Katanaku sudah memasuki rumah Andi yang besar, biasalah ayah ibunya amak sibuk pasti ga ada di rumah. Anak –anak sudah bermain , terdengar bunyi drum itar dan organ, aku ke ruang studio Susi dan Tari sudah menunggu di depan pintu studio.
“ Udah sana ngobrol di teras” katanya kepadaku.
Akupun dengan Tari yang masih berseragam putih abu-abu duduk dan ngobrol ngalor ngidul di teras depan yan suasananya cukup romantis. Tari terlihat amat pendiam.
“ Ri, mau ga kamu jadi pacar saya?” tanyaku. Tari menunduk tak menjawab. Kata orang kalo tidak menjawab berarti iya.
“ Kok ditanya diam aja?” desakku.
“Tari takut ,Pak!” jawab Tari pelan
“Jangan panggil Bapak dong, panggil mas. Kan usiamu dengan saya cuma selisih 6 tahun, Tari 17 tahun kan .”
“Percayalah aku tidak mempermainkan kamu?” kataku sambil memegang tangannya. Dia tertunduk malu dan hanya mengangguk, kuTarik tangannya, kepalanya malah menyandar di dadaku yang bidang, rambutnya yang panjang dan harum merangsang birahiku. Kubelai rambutnya, kukecup keningnya. Dia hanya terdiam dan memejamkan matanya, aku semakin bergairah. Kukecup bibirnya, dia pun terdiam pasrah. Bahkan lumatan bibirnya yang romantis semakin bergairah, tangan kananku meremas dadanyanya dia pun diam tidak menolak, sampai-sampai tanganku turun kebawah mengelusap pahanya yang terbalut rok. Diapun terdiam pasrah, sampai tanganku ke pangkal paha menyetuh cdnya. Heran dia tidak menolak. Munkin karena dia udah terlanjur gandrung kepada ku dan juga dia sudah siring mendengar cerita susi yang serimg bermain cinta dengan si Andi.
“ Silahkan diminum mas.” Pembantunya Andi membuyarkan kemesraanku yang membawahkan minuman.
“ iya ya mbak.” Aku gugup, Tari memperbaiki duduknya dan merapihkan rambutnya. Pembantu pun kembali ke dalam. Aku minum air yang disediakan diikuti Tari.
“ Kita ke studio yuk” ajaku. Taripun mengikuti. Di studio tak terdengar lagi suara band. Kemana anak-anak itu. Ketika ku buka pintu. Masya Allah. Di sofa Susi sedang dientot Andi, sementara didepannya Nova sudah tak berbaju buah dada disedot Joni, sedangkan di pojok ruangan Mila dan Agus sudah tak berbusana mengerjai Mila sambil berdiri.
“ Aaah!” Tari tersetak sambil menutup mukanya dengan kedua tangannya dan mendekap di dadaku. Aku memeluknya dan membawanya kekeluar.
“Kita pulang yok1”, ajakku. Tari mengangguk. Waktu baru jam tiga sore. Mobilku sudah menuju ke halaman rumah Tari. Rumahnya cukup luas. Maklum rumah kampung. Di rumah ada warung. Bapaknya nganggur. Buat sehari-hari hanya berdagang. Di rumahnya aku disambut bapaknya.
“Kok sore amat pulangnya ,Ri?” tanya bapaknya
“Ikut ekskol pak, oya ini guru Tari pak!” Tari mengenalkan ku kepada bapaknya.
“Ahmad” jawabku sambil menyodorkan tanganku ke tanganya untuk bersalaman.
Aku ngobrol bersama bapaknya. Dia senang dengan ku, karena sikapku yang tidak kasar,bahkan aku sempat sholat ashar bersama bapakya di rumahnya. Gimana agak percaya dengan saya. Kaena selain ganteng, aku ga ada tampang brutal.
“ Itu si Tari pulangnya sore terus, ada apa si di sekolah? Kemarin mal pulang jam 8 malam” kata bapaknya.
“Oya pak di sekolah kami banyak kegiatan, pak”.
Menjelang magrib aku pamit dan Tari mengantarkuku ke mobil. Didepan pintu rumah tatapan mata kedua orang tuanya penuh harapan, semoga aku bias menjadi menantunya, begitu hatiku menebak. Karena penampilanku yang kaya, barangkali.
Aku yakin nanti malam Tari akan terbayang-bayang tentang kejadian di rumah Andi. Ku sms, “ayo sedang apa?” begitu bunyi smsku. “Belajar” katanya. “Belajar becinta” balasku.” Ah bapak biasa aja.” jawabnya “Kok bapak lagi. Mas dong.” Pintaku d isms. “ Oya mas Ahmad deh.” Katanya lewat sms.
Aku berjanji pagi-pagi menjemputnya tapi tidak dirumahnya hanya di tempat biasa Tari nunggu angkot jika mau pergi ke sekolah. Waktu yang ditunggu pun tiba. Aku melihat Tari sudah menungu. Dia langsung menaiki mobil jeep katana ku. Di dalam mobil aku mengajaknya untuk bolos sekolah. Dia pun setuju. Aku sangat yakin dia sangat ingin bermesraan denganku tapi malu. Aku mengajakmya ke rumahku, dia mengangguk. Di Surabaya aku tinggal sendirian di rumah yang dibeli ortuku yang hanya ditinggali jika keluargaku ke Surabaya. Rumahnya di kawasan elit. Saat ini berarti rumah ini menjadi milikku. Kalau bukan pengusaha pasti mungkin tak terbeli rumah sebagus itu.
Pas di depan rumahku aku turun membuka pagar garasi, mobilku masuk, pintu pagar garasi kembali ku tutup, lalu pintu garasi dalam kubuka, mobil masuk dan ku tutup kembali dari dalam. Pagar sudah tekunci. Pintu garasi tertutup. Aku bukakan pintu Katana ayo turun Taripun turun, dari dalam garasi ada pintu dalam yang tembus ke ruang tengah dan dapur. Ku buka sepatuku dan kutaruh di rak sepatu. Tari pun mengikuti dan meletakkan sepatu MB nya di rak tersebut. Ketika dia berbalik dia kaget, saat mataku menatapnya. Sesaat kami berdiri kaku saling memandang, kuteguk air liurkku sejenak, Taripun menundukkan kepala. Kupegang kedua tangannya.
“Aku sayang kamu, Ri.” Bisikku. Tubuh Tari pun langsung lunglai mendekapku tak bisa berkata apa apa. Spontan kedua tanganku membalasnya dengan pelukan mesra. Sesaat kami saling memeluk saling menumpahkan rasa sayang. Kubelai rambutnya yang panjang sepunggung. Lembut dan harum. Birahi nakal ku pun tumbuh saat tangan kiriku merasakan tali bh dibelakang punggung yang terbalut baju seragam putihnya tanpa mengenakan kaos dalam, sehingga terlihat jelas transparan dari depan BH nya yang berwarna cream.
Kuangkat dagunya dgn tangan kananku. Sesaat mata Tari yang sayu memandang kemudian memejam dan secara naluri bibirnya yang merekah kukecup. Terdengar desahan napasnya yang menggemuruh. Aku yakin dia baru pertama kali melakukan ini. Beda denganku yang sudah terlalu sering memerawani gadis. Tentunya dengan Tari memang sangat bebeda. Biasanya aku selalu dapat cewek yang agresif dan liar. Sementara Tari begitu pasrah dan lugu. Dekapan tangannyapun semakin erat kurasakan ketubuh seolah dia ingin menyatu dengan tubuhku.
Tangan kananku mulai turun dan mengusap pinggulnya yang masih terbalut rok abu-abu. Terasa olehku garis pinggir celana dalamnya yang menyiplak di bagian luar roknya. Inilah yang membuat penisku tegang. Pikiranku mulai ngeres. Apalagi dia begitu pasrah saat bibirku menyapu lehernya yang jenjang terus ke bawah , tanganku membuka satu kancing atas baju seragamnya hingga memudahkan bibirku menyapu belahan dadanya. Dia pasrah tak menolak sama sekali. Kubuka satu kancing atas baju putih itu sehingga BHnya yang cream cerah itu terlihat menutupi dengan indahnya buah dadanya yang padat berisi. Kurasakan dengan hidungku pinggiran BHnya, kucium bagian tengah BHnya yang tipis hingga bibirkupun merasakan puting itu dari balik BHnya yang terbuat dari bahan kaos dengan sedikit berenda bunga dipinggirannya membuat BH itu begitu indah untuk dipandang. Kudengar jantungnya berdegup kencang, dadanya turun naik, napasnya bergemuruh keras menandakan dia sudah masuk di pinggir surga. Kalau sudah begini biasanya cewek manapun akan pasrah untuk diapakan saja, yang jelas akan senang untuk dibawa melayang jauh ke surga dunia. Inilah yang disebut nafsu birahi. Tentu bagiku yang banyak makan asam garam bermain seks, tidak ingin kuselesaikan permainan ini selekasnya seperti pengalaman saat aku di Jakata atau kuliah di negeri orang. Ini pengalaman pertama Tari. Aku ingin memberi kesan yang terindah baginya. Anggaplah sepeti malam pertama.
“Ri, maukah kamu jadi istri saya?” bisikku. Dia kaget menatapku.
“Kenapa kamu menatap begitu?”
“Tari takut dipermainkan, Mas” desahnya
“Percayalah, aku akan selalu bersamamu” kataku. Diapun diam dan semakin erat dekapannya didadaku
“Coba jawab Tari, mau ga kamu jadi istriku ?” dia memandang, lalu terdengar, “ Kan Tari masih sekolah Mas, masa harus putus sekolah”
“Ya maksudnya mulai sekarang anggaplah kita suami istri dan begitu kamu lulus kita akan menikah.” Kataku. Dia pun semakin mengawang-awang tak menjawab kecuali pasrah saat kembali bibirnya kucium. Sekarang semakin mesra dan mesra sekali. Cium demi ciuman bibirku disambutnya dengan amat mesra, tidak liar, Terkadang bibirku menyapu lehernya yang jenjang. Diapun membalas dengan pejaman mata dan desahan sementara kedua tangannya erat memegang kepalaku saat ku kecup bagian belakang telinganya. Dia tak merasakan sedikitpun saat jari tengah dan ibu jari tangan kananku membuka kancing rok abu-abunya yang tak bergesper. Bahkan saat kuturun restletingnya dia hanya mendesah saja, kecupan bibirku kadang di dada, leher, belahan dadanya, di telingan dan bibirnya. Rok itu tidak segera turun karena tertahan himpitan tubuh kami yang saling berpelukan. Dengan tangan itu pula kubuka kancing baju kemejaku hingga terlepas dari tubuhku. Saat itu pula, turun pula roknya ke lantai saat aku melepas bajuku. Tari yang menyadari dadaku, sekarang terbius dengan dadaku yang bidang. Bahkan merebahkan kepala pas ke dadaku dan kusambut dengan pelukan mesra dan romantis. Kembali kami berciuman dan kubelai rambutnya, punggungnya dan turun ke bawah mengelusi pinggulnya yang tertutup celana dalamnya yang berwarna merah terang, sepeti merahnya apel. Saat tangan kananku meraba dan meremas pantat yang berlapis cd merah dia baru menyadari kalau roknya sudah di ujung kaki. Spontan bibirnya melepas kecupan dari bibirku dan ingin mengambil roknya di lantai dan memakainya kembali. Tapi kedua tanganku dengan sigap mencegahnya dan memeluknya kembali
“Ri aku sayang kamu, aku ga mau lepas darimu” kataku dan rontaan kembali melemah dan merebah kepalanya kedadaku.
“ Ya mas tapi saya mau makai rokku dulu”
“Lo kok dipakai lagi bukankah kita ingin merasa seperti yang kamu bayangkan semalam. Ingin merasakan seperti yang susi, mila dan nova rasakan bersama pacarnya. Ri kamu sekarang udah jadi istriku. Rumah ini milik ortuku juga milikmu. Nanti kita akan melaku di disini dan sekarang disini” kataku menjelaskan.
“Tapi aku takut hamil, mas”
“Kalau kamu hamil, aku akan tangung jawab. Lagian aku jamin kamu ga hamil dulu sebelum kita menikah. Tenang aja aku tau bagaimana caranya supaya ga hamil.”
“Benar?” Tanyanya matanya menatapku. Aku mengangguk dan kembali bibirku mengecup bibirnya dan turun mengecup buah dada yang masih terbungkus rapi dengan BHnya. Bajunya sengaja tak kubuka semua. Masih menyisakan tiga kancing dibawahnya sementara 2 kancing diatas sudah terlepas. Dia ingin mengancingkan kembali tapi kucegah dengan tanganku.
Aku ingin menikmati dadamu yang indah. Dan kepalaku memendam dibelahan dadanya yang terbungkus bh dan baju seragam putih. Sementara tangan kananku meremas dan membelai pantat yang terbungkus cdnya. Penisku protes tak enak merasakannya kemesraan karena terhalang cd dan celana panjangku. Kubuka celana panjangku. Langsung saja penis ku menyembul dari balik celana dalamku. Kurasakan celana dalamnya Tari yang merah bergesekan dengan penisku dibalik cdku. Hangat dan seperti ada getaran tersendiri. Terasa seperti mengawang-awang. Semakin digeseknya semakin nikmat dan nikmat. Lumatan bibirku di dadanya, di bibirnya, leher, belahan dada, di punggung, pinggul. Gesekkan kedua pangkal paha yang berlainan jenis itu telah benar-benar membawa kami ke surga. Tapi seperti yang aku inginkan hari ini, aku ingin membuat malam pertama bagi Tari di pagi cerah ini di rumahku.
Kulepas kecupanku di bibirnya. Bibirnya menganga. Heran tak mengerti dengan perlakuanku disaat dia sedang diamuk birahi tiba-tiba kuputus. Dadanya naik turun, napasnya tesenggal-senggal. Jantungnya berdetak keras. Ada apa ini. Ya, aku tidak ingin melakukan ini tidak dengan nafsu yang liar seperti cewek-cewekku terdahulu. Tapi aku ingin lakukan kemesraan ini dengan penuh keromantisan. Biarlah setannya pergi jauh dulu.
“Ri kamu udah jadi istriku, maukah kamu menganggap ini adalah rumahmu.” Seperti biasa dia tak menjawab hanya merebah kepala di dadaku. Napas sudah mulai tenang, jantung kembali stabil.
“Aku belum sarapan, kamu juga belum kan ? Kamu kan bisa bikin indomie buat kita berdua.” Pintaku. Dia melepaskan dekapan dari dadaku dan kembali menatapku serta menjawab dengan anggukan.
Dia ingin mengambil rok dan memakainya. Tapi kularang. “Jangan dipakai dulu biar hari ini menjadi suga dunia kita. Yuk aku tunjukan dapurnya.” Kuantar dia ke dapur dan tempat menyimpan indomie. Diapun memasaknya tanpa rok dipinggulnya bahkan bajunya dibiarkan 2 kancing atas terbuka seperti biasa. Aku membereskan pakaian kami yang berserak di lantai dan kuletak di hangger dalam kamarku. Dan aku kembali kedapur. Ku lihat dari belakang Tari yang asik memasak indomie, menyiapkan mangkok dan sendok. Kutelan air liurku saat kutatap pinggulnya yang tertutup celana dalam merahnya. Benar-benar bahenol. Tali bh belakangpun terlihat jelas transparan dari seragam putihnya. Kupeluk dia dari belakang. Dia tidak kaget. Bahkan tetap asik memasak indomie yang hampir matang. Kubisikkan di teliganya, “Ini pelayananmu pertama sebagai istri menyiapkan makan untuk sang suami, yang kedua pelayanan batin sang suami.”
“Ah mas “ desahnya saat dada yang berbalut bh kuremas dengan tangan kiri sementara tangan kanan mengelus paha dan memeknya yang agak basah berbalut cd. Sementara penisku semakin tegang dan hangat di dalam cd ku saat menyentuh pinggul Tari yang berlapis cd merah, semakin ditekan semakin nikmat.
“Ri kita makan satu mangkok berdua” kataku saat dia menuangkan mie ke mangkok. Lalu kami makan mienya sambil duduk berpangkuan di ruang makan. Kami saling menyuap. Tanganku nakal mengelus paha, celana dalam Tari dan meremas buah dadanya. Taripun lirih dan tersipu sipu saat kami saling memberi rangsangan. Tari seperti sudah larut dalam suasana, padahal kami baru berkenalan dan saling berjanji hidup bersama. Taripun seakan terlarut bahwa kami seperti suami istri dan seperti sering melakukan ini. Padahal belum, ini baru pertama kali. Adikku, si penis ingin sekali merasakan liang surga vagina Tari yang terbungkus cd diatas pangkuanku. Dalam pangkuanku kembali kukecup bibirnya. Kali ini seragam putihnya kubuka semua dan kulempar jauh ke pojok kamar makan. Kuremas dadanya dalam bra cream. Kucium bh itu.
“Aah mas,” desahnya. Tari berdiri dan mengambil mangkok untuk di taruh ke wastapel. Aku mengejarnya dan kembali memeluknya. Setelah meletakan mangkok di tempat cucian piring. Tari berbalik dan kembali kukecup bibirnya dan kupeluk mesra tubuhnya yang indah itu. Kali ini justru aku yang semakin tak sabar untuk membobol gawangnya Tari yang masih rapat tertutup celana dalam merah. Mudah memang untuk merosotkan, tapi aku lebih memilih untuk pemanasan dulu dengan saling membelai meremas dan mengecup, sehingga setiap sentuhan meyalakan api asmara kami, sampai nantinya akan membakar kami dalam lautan api cinta. Kedua tangan kiriku membelai punggung Tari, sementara yang kanan menelusuri pantanya yang bercd merah. Sambil berciuman tangan kananku menikmati halusnya cd merah Tari. Menelusuri pinggiran cd itu, turun mengusap usap kedua pahanya kiri dan kanan bergantian dari dengkul hingga pangkal paha dan menyentuh memeknya yang masih terbungkus cd merah. Terasa tangan kananku merasakan cd itu telah basah. Penasaran tanganku masuk menyusup masuk ke cd Tari. Tari melenguh tapi tidak melepaskan bibirnya dari ciumanku bahkan semakin erat pelukannya saat telapak tanganku mengelus memek yang baru ditumbuh bulu halus. Hangat rasanya. Sementara tangan kiri membelai punggungnya yang putih mulus tanpa cacat. Terasa tali bhnya, bukan penghalang bagiku tapi inilah pelengkap kenikmatan bercinta. Kecupan kami turun ke leher dan ke dada yang terbungkus bh, lalu dengan kedua tangan kubuka pengait bh yang berada dipunggungnya. Maka terbukalah apa yang selama ini disembunyikan Tari di dadanya. Dada berukuran 34 tidak kecil juga tidak besar. Serasi dengan tubuhnya yang 165. Sambil berdiri kukecup dada itu kanan dan kiri lalu putingnya ku sedot, kugigit kecil puting dari kiri ke kanan dan sebaliknya, sementara kedua tanganku meremas remas pinggulnya. Kedua kaki Taripun mulai bergetar tak tahan menyanggah tubuhnya yang berat karena api cinta dan tersandar ke tembok dapur sementara mulutku terus menikmati buah dadanya yang ranum, dan tangan kananku mengelus-elus memeknya dari balik cdnya. Kini kami sudah dimabuk asmara, desahan napas kami seperti napas kuda. Kembali kekecup bibirnya mesra. Tangan kananku menurunkan cd merahnya hingga dengkulnya lalu dengan kaki kanan ku kuinjak cd itu hingga lepas dari kakinya. Lalu ku buka cdku sendiri dan menyembullah adik kecilku berdiri tegang 20 cm panjang dengan garis tengah 5 cm. Tidak besar dan panjang tapi cukup untuk memberi kenikmatan bagi gadis seumur Tari yang masih virgin. Penisku menyembul nyembul menyentuh memeknya yang hangat saat masih berdiri berpelukan erat mencium bibirnya. Menggesek gesekannya menyentuh paha kanan dan kiri. Wah hangat dan nikmat. Sesaat kulepas ciuman di bibir dalam keadaan berdiri berpelukan kami saling memandang dan menelan air liur. Napasnya masih menyisakan erangan. Tatapan mata Tari , nganga bibirnya yang mengisyaratkan agar saya segera menyelesaikanya.
"Kamu mau ?" tanyaku. Tari mengangguk. Lalu kubopong tubuhnya ke kamaku dan kubaringkan dia di spring bed berspray pink tanda cinta kami bersemi dikamar ini. Sprei ini akan jadi saksi bukti cinta kamu berdua. Kulebarkan kedua pahanya agar adikku mudah masuk. Agak susah memang pertama, karena Tari masih perawan dan penis ku agak sedikit besar. Topi bajaku sdh siap di belahan memeknya, ditekan seperti agak seret, tapi tak apalah kukecup lagi bibirnya, kuremas dadanya, dia agak mengerang dan pahanya terbuka hingga sedikit demi sedikit topi bajaku masuk 3 cm ke dalam memeknya kukenyot lagi dan dia mengerang pinggulnya naik ke atas dan penisku masuk 7cm ku cabut 3 cm masuk lagi 10cm tinggal setengah lagi. Kurasakan hangatnya bibir memek Tari, sepertinya darah sedikit keluar menandakan keperawanan sedikit terkoyak penisku.
“Tari, aku sayang kamu!” bisikku. Tari menjawab dengan dekap erat hingga membuat penisku dengan sendirinya masuk ke dalam memeknya. Pinggulnya mengejang naik menjadikan pantat kami saling berhimpitan hingga penisku telah masuk seluruhnya habis dalam memek Tari yang cantik itu. Aku rasakan dan kunikmati memek Tari yang berbeda dengan cewekku yang lain karena baru Tari cewek yang perawan. Nyut nyut … Nyut dan hangat terasa di kulit kontolku. Ketika kunaikan pantatku bibirnya malah menyambar bibirku dan kamipun terbuai mengeluar masukkan penisku ke liang memeknya sambil terus berciuman. Tiga puluh menit sudah kami bercumbu, darah perawan Tari tak kuhirau telah menetes di bawah sprei pink, kini berganti dengan kenikmatan yang tiada tara. Empat puluh lima menit sepertinya penis akan menyeprotkan sperma, ku tahan sebentar di dalam memeknya, aku berpikir apakah aku akan mencabut dulu kontolku dari liang kenikmatan Tari kemudiam memakai kondom yang telah kusiapkan atau kukeluarkan sperma diluar liang vagina Tari agar tidak terjadi kehamilan di kemudian hari. Napas kami yang tadinya naik turun tidak karuan, kini mulai stabil kembali karena aku menahan tidak mengeluar masukkan penisku tapi kutahan sejenak di liang itu. Mata Tari pun muliai terbuka, kusambut tatapan matanya dengan senyuman dan dibalasnya pula denga senyuman manisnya. Bahagia sekali rasanya kami bermesraan ini. Aku yakin dia sudah keluar, terbukti liangnya semakin licin oleh cairan.
“Ri, kamu menstruasinya berhenti tanggal berapa?” tanyaku.
“Baru tiga hari lalu mas!” jawabnya sambil memelukku. Berarti sekarang bukan masa subur. Artinya kalau sperma kukeluakan di dalam memek, tidak akan hamil. Wa benar-benar kebahagian yang tiada tara. Artinya dapat kenikmatan yang tidak terputus. Maka ku putuskan untk mengeluarkan spermaku di dalam memeknya. Bagiku berniat hari ini akan kujadikan satu hari penuh ngentot bersama Tari. Kutarik kembali penis, kumasukkan kembali. Tak terasa waktu sudah 1 jam dan sepertinya kenikmatan sudah di kepalaku. Aku sebenarnya bisa menahan tapi aku tidak lakukan. Kami berpelukan erat dan dorongan pantatku naik turun semakin cepat dan sepertinya spermaku sudah di ujung topi baja dan …Aaaahhhh…. crot… cret… crooot. pantatku menekan keras kebawah sementara pantat Tari menekan keras ke atas. Sesaat kami menegang berdekapan erat dan bibir kami saling memagut. Napas kami saling bergemuruh dan perlahan-lahan melemah dan stabil lagi. Aku tergolek lemah di samping tubuh Tari sambil memandang ke atas. Tapi anehnya senjataku tetap tegang, kerena memang sebelum menjemput Tari dari rumahnya, aku minum jamu jakban dan kapsul black ant 2 kapsul. Hasil terbukti penisku tidak loyo, cuma telingaku dan tubuhku agak hangat. Kulihat mata Tari menerawang ke atas, air mata menetes di sebelah matanya
“Kenapa ?” tanyaku padanya.
“Saya takut, Mas akan meningalkan Tari.” Jawabnya.
“Percayalah sumpah samber geledek, saya tidak akan meninggalkanmu” rayuku menyakinkan hatinya yang gundah sambil mencium kembali bibirnya mesra dan meremas-remas teteknya yang keras lonjong tegak ke atas.
Tari pun bangun kemudian ke kamar mandi mencuci memeknya, begitu juga aku. Kucuci kontolku yang masih tegang. Sesaat Tari berjalan ke dapur mengambil celana dalam dan BHnya yang berserakan dilantai ruang makan kemudian memakainya. Aku mengikutinya dari belakang tapi aku tak mengenakan celana dalamku. Dalam keadaan telanjang bulat aku berdiri di pintu dapur. Kulihat tubuh Tari yang sudah mengenakan bh dan cd membuka kulkas mengambil air dingin dan meminumnya. Kuikuti Tari dan kuteguk juga air yang diambilnya dari kulkas.
“Kok celana ga dipakai mas?” Tanya Tari sambil melihat senjataku yang tetap tegar.
“Ga ah, kan mau main lagi.” Jawabku lancar.
“Ah, emanngya ga cape, Mas ?” sambungnya.
“Ga tu liat aja, adikku masih tegak.” Kataku. Memang kontolku masih berdiri tegang. Waktu di jam dinding masih menunjukkan jam 10 pagi, artinya kita bisa menikmati sekali lagi dan rencananya jam 12 siang aku akan mengajak Tari ke mall untuk beli pakaian dan jam 3 sore baru pulang. Jam 4 kembali ke rumhku untuk ngentot lagi barang sekali. Karena aku benar - benar kecanduan mau ngewekin memeknya Tari setiap hari.
Akhirnya kutarik kursi makan, kuletakkan kaki kiri Tari di atas kursi kemudian ku usap cdnya, kusibakkan sedikit pinggirnya, hingga terlihat belahan memeknya. Kontolku yang masih tegang kuarahkan pas di depan memeknya dan tekan sedikit demi sedikit jadilah gaya ngentot berdiri sambil berciuman tanpa melepaskan cd dan BHnya. "Aaahh" Nikmatnya orang ngewe. Kulakukan ini sambil berpelukan mengusap punggung dan pinggulnya masih tertutup cd merah. Tiga puluh menit sudah pantatku maju mundur. Kali ini lebih lama dari pertama. Mungkin karena tenagaku tak semenggebu petama hanya dorongan seks saja yan masih sama. Hampir 1 jam sudah kugenjot memek Tari. Lalu ku gendong Tari tanpa melepaskan memek dari patokan kontolku. Kubawa keliling ruangan dalam rumahku dari depan belakang bahkan sampai garasi dalam. Yang kurasakan adalah halusnya cd merah Tari ikut membuat libido tak turun sedikitpun. Satu setengah jam sudah kami melakukan hubungan badan ini, spermaku hampi keluar, kubaringkan dia di sofa depan. Dan kutindih kembali tubuhnya yang polos itu. Kontolku semakin cepat mengeluar masukkan di dalam memeknya. Ketika spermaku mau keluar, kucabut kontolku dari liang vagina Tari dan kukocok dengan tangan kananku maka cairan kental spermaku muncrat crotttt …mengenai wajah Tari, yang kedua creeet …kena bhnya,creetttt…. perutnya basah oleh maniku dan terakhir sisanya menetes di cd merahnya stttttsss…. Mataku berkunang-kunang dan ambruk loyo.
Waktu sudah menunjukan jam 12 siang, seperti janjiku akan mengajak tari ke mall. Tari pun telah menyiapkan baju pengganti di tasnya bukan baju seragam melainkan dia mengenakan celana panjang jeans dan t-shirt. Kami berangkat, pertama makan siang dulu di McDonald, baru kemudian memilih baju yang akan dibeli dan yang pakai penting membeli bh dan celana dalam yang sesuai keinginanku. Tidak macam model bukan string yang sebenang atau thong yang lebar seperti celana pendek. Aku tidak suka model itu, tidak natural. Biasanya aku cocok cd atau bra merk Wacoal seperti yang ada di internet youtube Wacoal panty, ada putih , hijau, biru kuning atau pink, begitu juga bhnya. Hampir 2 juta aku menghabis untuk belanja pakaian dan pakaian dalam pacarku Tari. Tidak sebanding dengan gajiku yang cuma satu juta sebulan. Karena papaku kaya didompetku banyak kartu ATM yang selalu diisi oleh mama setiap bulan. Tidak sesuai rencana jam 5 sore aku baru kembali ke rumah ku. Tari semula menolak karena aku memintanya dia tak sampai hati menolak ku. Sesampainya di rumahku ia langsung menyiapkan makan malam untuk kami berdua.
Selesai makan, selepas magrib dia mandi dan kusuruh mengganti baju dan pakain dalam yang baru kami beli di mall. Kali ini aku makan malam bersama. Tari memakai blus tidur berwarna kuning. Sepintas terawang bra dan celana dalamnya. Aku yakin dia memakai bra dan celana dalam yang baru dibeli tadi, karena bra dan cd yang tadi pagi dipakai sudah kotor dan ada ditempat cucian kotorku besama cdku yang juga tadi aku pakai.
“Ri, kamu bell ortu! Bilang kamu nginap di rumah Susi!” pintaku.
“Malam ini aku tidak mau kehilangmu, please! Please !” Dia memandang ke arah aku. Aku yakin dalam hatinya dia pun juga tidak mau kehilanganku. Apalagi kegadisanya sudah ku nikmati tadi pagi dengan amat mesra dan romantis.
“Ri. maukah malam ini kamu bersama ku!” pintaku lagi. Awalnya menolak tapi karena rasa cintanya kepada ku dia turuti juga. Dia mengambil hpnya kemudian menelpon papanya.
“Pa, maaf ya malam ini aku menginap di tempatnya Susi, karena aku kasihan ama Susi sendirian di rumah minta ditemani. Orangtuanya mendadak keluar Kota. Boleh ya Pa ! Boleh ya !” desaknya kepada papanya.
Terdengar papanya akhirnya mengizinkan walaupun berat, tetapi karena Susi sudah sering main kerumahnya dan sering bermalam di rumahnya, sudah dianggap saudara oleh keluarganya makanya papanya percaya. Ini berarti hari ini benar-benar malam pengantin bagi kami berdua. Spontan perasaaanku berbunga-bunga langsung kupeluk dirinya dan ku kecup bibirnya yang segar merekah. Tanganku spontan meraba dan membelai tubuhnya yang berlapis blus malam. Terasa oleh tanganku tali bh dipungungnya dan tepian celana dalam di pinggulnya dari balik blus malamnya. Ingin aku menahan untuk tak membuka blus kuning gading, tapi karena rasa nafsu yang besar akhinya blus itu turun ke lantai di ujung kaki-kakinya. Dalam keadaan berdiri berpelukan kubuka short dan kaosku hingga kami hanya mengenakan pakain dalam saja. Aku memakai celana dalam. Tari mengenakan bra biru muda yang amat serasi dengan celana dalamnya yang biru muda pula. Ini yang membuat ujung penisku basah. Dalam keadaan berdiri kami saling berciuman dan saling memberi rangsangan degan membelai punggung, rambut dan pinggulnya. Sesekali kubelai pahanya yang jenjang. Kanan dan kiri bergantian. Napas kami mulai bergemuruh. Kuangkat tubuh Tari dan kuletakan di atas karpet lembut diruang tengah tempat aku biasa menonton Tv. Kami berbaring berpelukan seakan tak mau kehilangan masing-masing. Bergulingan ke kanan dan ke kiri. Raba dada, memek yang masih berlapis kain biru muda. Sementara tv menayangkan adegan yang film yang sama kami lakukan. Karena aku mengunakan jaringan parabola dan aku sering menoton film korea yang erotic itu. Kali ini pahanya yang kucium, kujilat dari dengkul hingga pangkal paha kanan dan kiri. Tak ketinggalan pula memeknya yang berlapis cd biru mudanya basah kuciumi. Harum karena cd itu masih baru ditambah harum memeknya yang khas membuat rangsangan kami jauh melayang. Kubalikkan tubuh Tari tampak punggungnya putih mulus, pinggulnya yang padat berisi berbalut cd biru yang pas ukurannya dengan tubuhnya, serasi melekat di pantatnya. Tak ada kerutan sama sekali. Penisku semakin tegang menuntut untuk segera diselesaikan.
Kusibakan rambutnya dari punggungnya tampak tali bhnya. Kubuka kaitanya karena menghalangi sapuan lidah ku dipunggungnya dari atas ke bawah ke pinggang begitu seterusnya. Hingga pinggulnya yang masih terbungkus celana dalam itu tak lepas dari sapuan lidahku. Hingga turun kebelahan pantat bawah ke atas lagi dan beralih ke pangkal paha hingga dengkul, bergantian lagi ke paha kiri pangkal dan kembali lagi ke pinggul sintal yang menggemaskan itu. Keremas, kucium, kujilat Tari dengan gigitan lembutku celana dalam birunya. Begitu seterusnya hingga jam kali ini telah menunjukkan pukul delapan. Untung tari sudah izin dengan ortunya hingga kenikmatan bisa dinikmati seutuhnya tanpa putus. Kubalikan kembali tubuhnya. Kini giliran memeknya yang terbungkus cd kembali kujilati naik ke perut dan pusarnya yang kuserang dengan bibir dan lidahku. Naik lagi ke dada yang tertutup bra biru muda yang kuserang dengan bibirku. Bra itu masih baru pula harum baunya di ujung hidung tersapu bibirku. Dengan gigitan mesra bra itu kulepaskan dengan mudah karena pengaitnya sudah kulepaskan sebelumnya. Tepat di hadapan mataku buah dada yang ranum yang tak disia-siakan bibir dan lidahkau. Kusapu dengan lidahku, kukenyot-kenyot puting kanan dan kiri, kucium dan jilat belahannya hingga ke leher dau turun lagi ke belahan dada dan begitu seterusnya yang membuat penisku tak sabar menuntut untuk dilepaskan dari sangkar cdku. Kulepas cdku hingga aku sudah telajang bulat. Penis yang tegang menyodok-nyodok memeknya yang terbungkus celana dalam berbahan kaos nilon biru muda. Bibirku dan bibirnya kini saling berpanggutan, berpelukkan. Dengan kedua dengkulku behasil melebarkan kedua pahanya hingga terbuka menyembulkan vagina yang agak besar munjung dari balik celana dalamnya. Dengan dua jari telunjuk dan tengah tanan kananku berhasil menyibakkan pinggiran celana dalamnya hingga memudahkan kontolku masuk kebelahan memeknya yang lembut berbulu halus perlahan-lahan, sedikit demi sedikit, hingga terbenam kontol yang 20 cm panjang kini berada dalam memek Tari yang hangat, terasa oleh kulit kontolku kontraksi dalam memeknya perlahan, namun terasa benar-benar nikmat di ujung topi bajaku. Jembut di alat vital ku menggesek cdnya, memeknya dan sedikit bulu lembutnya.
Kunaik turunkan pantat dalam keadaan terbaring berpelukan, berciuman erat. Cd birunya tetap menempel di pinggul, sehingga tangan kananku masih bisa meremasi pinggul dan membelai cd birunya. Tak terasa satu jam sudah kami terangsang nafsu birahi, dengan sekali tekanan, spermaku menyeprot dalam memeknya, prottt… crottt, sesaat tubuh kami menegang dan lemas dalam keadaan bertindihan. Tv dengan tetap setia menampilkan film romantis yang erotik dari parabolaku.
Tak terasa kami tertidur di ruang tengah. Aku baru terbangun ketika waktu menunjukan pukul satu dini hari. Tari tertidur di sampingku dengan mengenakan cd saja. Aku kasihan dengannya yang setia melayani kebutuhan aku sebagai laki-laki yang haus seks. Dia sudah amat lelah. Kuangkat tubuhnya ke spring bed dalam kamarku, kubuka cd birunya yang basah, kulap memek dengan cdnya tadi. Kuselimuti dia, dalam selimut dia kupeluk dan kucium mesra mata terbuka sesaat, bibirnya tersenyum sebentar padaku. Mungkin karena lelah matanya terpejam kembali. Tapi memang dasar nafsu kesumat, kontolku tak bosan-bosan ingin segera dimasukan ke liang memeknya. Aku kasihan dengan Tari yang tergulai lemah, sementara kontolku ga mau tahu. Akhirnya cara yang bijak, aku tidur bersamanya dengan cara berpelukan dan membenamkan kontolku yang tegang ke dalamnya. Aku tertidur hingga pagi. Tapi anehnya kontolku ga tidur. Hingga aku terbangun pukul 5 pagi kontol tetap tegak dalam memeknya. Memang aku tetidur, dalam tidurku aku bermimpi bercinta dengan Tari. Mungkin inilah yang membuat kontolku tidak loyo. Nikmat memang semalaman kontol berada dalam memek. Tari tersetak dari tidurnya dan terbangun kaget. Segera dia beranjak dari tempat tidur hingga kontolku terlepas dari bibir memeknya. Dia berlari kekamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Kulihat kontol yang semalamanya dalam memeknya kulitnya menjadi agak putih bekas disekap semalaman dalam memeknya.
Akupun berlari ke kamar mandi bukan untuk mandi bersama Tari. Tetapi justru memeluk Tari dan mengajak bercinta lagi, tapi kali ini Tari menolak.
“Mas aku mau ke sekolah, kemarin aku bolos. Ga kan !” kata sambil mengambil handuk dan melilitkan ke tubuhnya untuk berjalan ke kamar. Aku agak kecewa memang, tapi aku harus mengerti, seharian kami telah melakukan 4 kali, bukan angka yang fantatis memang. Banyak pengantin baru melakukan sampai 7 atau 9 kali semalaman. Kubersihkan tubuhku dengan ini kemudian aku berjalan ke kamar sambil melap tubuh dengan handuk. Kulihat Tari sudah mengenakan celana dalam putih dan bra putih yang juga baru dibeli di mall kemarin. Semua pas ukuran dengan tubuhnya. Dia menyisir rambutnya menghadap cermin, sementara seragam putih abu abu siap dipinggir tempat tidur. Kuambil sisirnya dan kubantu menyisir rambutnya lurus panjang sepunggung itu , kubantu keringkan dengan hair dryer. Tari hanya termanggu melihatku dari cermin didepannya. Seperti ada yag ingin dia katakan.
“Maaf ya mas, tadi bukan aku menolak tapi aku tidak ingin bolos aku kashian yang ortuku yang membiayai aku, aku takut ga naik kelas!” katanya sambil berdiri menghadap cermin.
“Ga pa pa, aku tahu cape.” Kataku.
“Ga mas ga cape, Cuma ..” balasnya.
“Cuma takut ga naik kelas dan orang tua mu marah, gitu kan!” kataku lagi menegaskan. Dia mengangguk menegaskan itu.
“Tari, sekolah itu punya keluargaku, sebagian besar modalnya milik papaku, Kalau masalah sekolah aku jamin mulai sekarang tanggung jawabku, dan setiap bulan akan kuberi kamu uang saku untuk kebutuhanmu.” Sambungku. Spontan Tari membalik tubuhnya.
“Betul mas?” tanyanya, aku mengganguk dia kembali memeluk tubuhku, kembali kami berciuman dan berpelukan sambil berdiri. Terlihat olehku melalui cermin di belakang, rambutnya yang hitam mengkilap lurus sepunggung menutupi tali bh belakangnya, punggung yang bersh dan pinggul yang sintal tertutup celana dalam yang putih bersih. Tak pernah bosan tangan kananku mengusap-usapn pantat yang terlapis cd itu, sementara tanan kiriku membelai punggungnya. Kecupan kami terlepas.
“Mas mau lagi?” tanyanya mengajakku behubungan kelamin lagi.
“Kamu kan mo sekolah?” kataku.
“Aku terserah mas aja, sekolah itukan milik orang tua mas. Berarti tidak ada lagi menghalangi lagi kita bercinta walaupun waktu sekolah tergannggu. Iya kan mas?” jelasnya.
“ Sekarang kamu pintar” kataku langsung menyerbu bibirnya. Spontan kontol tegang hingga menyentuh memeknya yang menyembul dari balik cd putihnya.
“Sebentar aja ya sayang, nanti kita berangkat sekolah bersama.” Kataku padanya. Ku buka bhnya. Kemudian aku jongkok untuk menurunkan cd putihnya dgn kedua tangan ku. Saat aku jongkok dan di hadapan mataku terpampang gundukan memek yang yang menyembul naluri laki lakiku timbul dan langsung mencium belahan memek yang berlapis kain putih. Kubenamkan seluruh wajahku ke belahan pangkal paha itu.
“Katanya sebentar !” terdengar suara Tari dari atas sambil tersenyum. Dan aku balas dengan segera menurunkan cd putihnya hingga lolos dari kakinya. Kusuruh Tari agar tangan memegang pingiran meja rias dibelakangnya. Sehingga dia dalam posisi nungging. Kedua kakinya kulebarkan hingga memudahkan kontol menjangkau belahan memeknya yang menghadap kebawah. Biasanya kalo seks nungging orang memasukkan penisnya lewat dubur lawannya, aku ga suka itu, karena seret dan kurang nikmat. Aku lebih suka kontolku yang tegang menghadap keatas kumasukan ke liang memek yang menghadap ke bawah. Gerakanku bukan sekedar maju mundur tapi maju mundurnya agak keserong ke atas dan bawah. Kulakukan ini agak perlahan. Dua puluh cm panjang kontolku, tidak terlalu pendek hingga bisa menjangkau memek Tari. Tari tidak terlalu gemuk, 48 kg, tidak kurus juga tinggi tubuh yang 165 cm. Kupegang pantatnya sintal, kuelus pahanya kanan dan kiri kubelai pinggang dan punggungnya semakin lama semakin cepat gerakan dan dan napas Tari pun semakin terdengar, kakinya terasa gemetar, hingga kutarik tubuhnya yang padat berisi itu hingga terduduk berpangkuan denganku dipinggir spring bed. Punggung menyandar lemas di dadaku. Buah dadanya kuremasi dengan dua tangan ku. Susah memang memasukan kontol dalam posisi duduk seperti.
“Ri, duduknya berhadapan aja.” Pintaku. Tari pun berdiri dan berbalik menghadapku. Kedua kaki nya menaiki tempat tidur dan kemudian jongkok, aku membantu mengarahan kontolku dengan tangan kanan pas di belahan memeknya yang mengangga. Hingga kontol ku masuk semua kedalam memeknya. Dalam posisi ini mulutku dengan lahap melumat seluruh buah dadanya. Sementara Tari menaik turunkan pantatnya hingga kontolku keluar masuk ke memeknya, kulihat dia semakin lama semakin tak kuat untuk menaikan pantatnya karena sudah terbakar nafsu, maka spontan kugendong dirinya dan meletakan pantanya diatas meja rias dan seketika itu pula botol-botol parfum di atas jatuh berserak di lantai. Aku tak perduli kutarik tekan kontolku ke memeknya hingga pelukan kami semakin erat dan menegang. Pantatku menekan keras ke memeknya, jembutku beradu dan bergesekan dengan jembut halus milik memek Tari. Cairan kental pun muncrat ke dalam memek Tari. Sesaat kami berdekapan dan pelahan-lahan melemah. Kemudian kedua bibir kami saling mengecup mesra mengakhir pengalaman kami yang berkesan. Tari pun tersenyum paku.
Jam 7.30 kami berangkat kesekolah, terlambat memang, tapi di sekolah itu tidak ada yang berani memarah kami, karena sekolah itu adalah milik yayasan keluarga ku. Dan tanpa sepengetahuan siswa dan guru lain kami pun bertunangan ketika orang tuaku menenggokku ke Surabaya. Inilah yang membuat Tari begitu percaya padaku. Tentu saja selama hampir dua tahun kami melakukan hubungan suami istri tanpa kondom, karena Tari rutin suntik kb tiga bulanan. Bahkan ortunya tak melarang Tari menginap dirumahku, yang penting tidak membuat malu keluarga, sepintas hubungan kami seperti biasanya di mata orang lain, alim dan tidak menunjukkan tanpa-tanda intim. Tapi dibelakang permainan seks kami sangat memuaskan dan tak terlupakan. Selama itu pula melakukannya paling sedikit dua kali seminggu. Dimana saja. Kadang di mobil dalam garasiku, kadang di wc sekolah atau ruang osis saat siswa dan guru lain belajar. Dan yang paling sering adalah di rumahku. Kadang di luar saat kegiatan LDKS atau persami. Saat Tari lulus kami langsung menikah. Saat itu aku berusia 25 tahun dan Tari 19 tahun. Kini aku berusia 35 tahun dan telah menjadi kepsek, Tari telah memberiku 3 anak, petama berusia kelas 5 sd, kedua tk dan yang kecil baru dua bulan. Walaupun begitu kami tetap rutin melakukan hubungan suami istri setiap hari. Tubuh Taripun tidak berubah tetap cantik, seksi dan sintal, karena memang dia rajin berolahraga senam dan menjaga kecantikannya sejak di sekolah dulu.