Duo Maia : The Big Bang
‘Prrokk..prokk.prokk..’ tepuk tangan yang riuh dan kencang mengiringi Maia dan Mey Chan yang baru selesai bernyanyi.
‘Terima kasih semuanya..’
Duo Maia tersebut membungkukkan badan dan melambaikan tangan sebagai ucapan terima kasih kepada para penonton kemudian mereka pun jalan menuju ke belakang panggung. Mereka baru saja selesai membawakan dua lagu di sebuah pentas di mal di daerah Jakarta Utara. Maia dan Mey Chan lebih dikenal dengan Duo Maia. Maia berumur 31 tahun dan sedang sibuk dengan perceraiannya serta anak-anaknya yang masih kecil namun tentu saja ia juga sibuk dengan kegiatan bernyanyi. Sejak kisruh di tubuh Ratu yang berakhir dengan hengkangnya Mulan Kwok dari band yang membesarkan namanya, Maia kemudian membentuk Duo Maia, dengan merekrut Mey Chan, seorang penyanyi lokal asal Malang.Sementara Mey Chan berumur 22 tahun dan menggantikan Mulan yang selama ini menjadi duet Maia. Mey Chan sendiri belum banyak dikenal di dunia musik Indonesia, meski perempuan yang mengaku bermusik sejak usia 14 tahun itu telah bergabung di beberapa grup musik. Namun demikian kemampuan bermusiknya terbilang mumpuni, dilihat dari kemampuannya memainkan piano, gitar, bass dan juga drum. Hal ini akan memberi energi baru bagi Maia dan grup duonya.
‘Hmmmpphhh.. akhirnya selesai juga ya bunda..’ kata Mey seraya mendaratkan pantatnya di sofa ruang ganti artis tersebut.
‘Iya. Padahal hari ini kita nyanyi ga lama loh..tapi kok kayaknya capek banget ya..’ kata Maia seraya membongkar tas nya dan mengambil air minum.
‘Kayaknya tadi kelamaan nunggu deh kita..jadi keburu capek duluan..’
‘Iya juga sih.. kamu mau bersihin make up disini apa di hotel ?’ tanya Maia.
‘Di hotel aja deh..’ kata Mey Chan sambil ikut menengguk air dari botol Maia.
‘Bentar ya aku mau nelpon anak-anak di rumah..’ kata Maia sambil memencet tombol HPnya.
‘Halo…Ti..Siti..anak-anak dah pada tidur belom ?’ tanya Maia kepada pembantunya.
‘Oh..sudah Bu.. barusan mereka tidur..’ kata Siti.
‘Bsok jangan lupa siapin sarapan buat mereka, sama susu ada di kulkas kayak biasa ya..’
‘Baik Bu..mmm…Ibu kapan pulangnya ?’
‘Ohh..saya paling bsok rada sore-sore juga udah pulang.. Ya udah kamu jaga rumah baik-baik ya Ti..’
‘Iya, Bu..’
Maia pun kemudian mematikan HPnya. Dilihatnya Mey Chan ternyata sedang sibuk ber-SMS-an ria.
‘Mau ke hotel sekarang Mey?’ tanya Maia.
‘Yuk..’ jawab Mey Chan sambil tetap matanya memandang ke HP dan jarinya sibuk memencet tombol-tombol.
Mereka pun berjalan ke arah parkiran.
‘Bun, minggu ini jadi ke Jepang?’ tanya Mey sambil berjalan.
‘Jadi..abis itu mau ke Eropa juga.. kamu mau ikut ga ?’
‘Ah ga enak ah bunda… Bunda kan pergi sama keluarga…’ kata Mey.
‘Yeeee.. ya gapapa lah..ikut aja.. toh orang-orang rumah juga kenal sama kamu..’ Maia coba membujuk.
‘Iya sih..tapi ga usah deh..aku di Jakarta aja..hehehe..’ Mey tersenyum manis pada Maia.
‘Ya teserah kamu aja..’ kata Maia sambil memencet remote pada kunci mobil yang dipegangnya.
Maia tidak berlama-lama dan langsung menghidupkan mesin mobilnya. Kemudian mereka pun melaju menuju ke hotel untuk beristirahat. Mereka tidak tahu kalau esok harinya akan menjadi hari yang melelahkan. Jauh lebih lelah dari hari ini. Sebuah mobil membuntuti mereka dari belakang namun tentunya mereka tidak sadar.
#############################
Di Hotel
‘Parkir situ aja bunda..’ kata Mey sambil menunjuk ke arah parkiran yang kosong.
Maia pun langsung bergerak tanpa menjawab. Dengan sigap ia pun langsung melakukan parkir mundur. Setelah beres mereka mulai mengambil tas masing-masing, turun, dan kemudian masuk ke dalam hotel tersebut.
‘Malam mas..’ Mey Chan menyapa receptionist di hotel tersebut.
‘Malam mbak Mey Chan dan mbak Maia..’ receptionist itu pun membalas dengan ramah. ‘Ini kartunya..’ kata pria itu seraya menyodorkan kartu untuk kamar mereka.
‘Wah uda hafal ya..hehehe.. makasih ya mas..’ kata Mey seraya berjalan menuju lift.
Pria itu hanya tersenyum melihat tingkah Mey yang masih lincah saja di malam hari. Maia pun hanya tersenyum kecil kemudian menyusul Mey. Tidak lama berselang, receptionist itu dikejutkan karena kedatangan seorang bapak-bapak.
‘Malam, pak..ada yang bisa saya bantu?’
Bapak tua itu hanya tersenyum dan mengangkat kopernya, diletakkannya di depan receptionist itu dan dibukanya. Si receptionist sungguh kaget melihat isi koper tersebut. Sementara si bapak tua tersenyum terkekeh-kekeh.
###############################
Lantai 5…
Tinnggg..lift pun terbuka di lantai tempat kamar mereka berada. Mereka pun berjalan menuju ke kamar dan masuk ke dalamnya.
‘Hhhmmpp akhirnya bisa istirahat..’ Mey merebahkan diri di tempat tidur.
‘Eh jangan langsung tidur aja Mey..bersih-bersih dulu sana..ganti baju dulu..’ kata Maia sambil mengorek isi koper bajunya.
‘Bunda duluan aja deh..’ kata Mey sambil memejamkan mata.
Maia pun membawa sikat gigi dan pembersih muka menuju kamar mandi. Mey Chan sambil tidur-tiduran matanya memandang seisi kamar. Ia sendiri sedang tidur di atas sebuah kasur ukuran king size yang besar dan empuk. Tepat di seberang tempat tidur itu ada TV dan di sebelahnya ada meja rias. Di kanan tempat tidur terdapat sebuah meja kecil dan dua tempat duduk untuk tamu yang ingin bersantai sambil minum teh. Mereka memang mengambil kamar yang terkesan standard karena mereka hanya ingin menginap selama satu malam.
‘Mey..aku udahan.. tuh pake aja kamar mandinya..’ Maia keluar dari kamar mandi sambil memakai baju tidur yang sudah dibawanya dari rumah.
‘Iya bunda..’ Mey Chan pun bangun dari tempat tidur, menuju tas nya, mengambil sikat gigi dan pembersih muka lalu ke kamar mandi.
Maia menghidupkan TV mencoba mencari acara TV yang bagus.
‘Bunda, bsok mau ke mal dulu ga?’ tanya Meychan dari dalam kamar mandi.
‘Mau ngapain ?’
‘Mau cari sepatu, baju, sendal, ya shopping-shopping aja..mau ga ?’ tanya Mey sambil menyikat giginya.
‘Ya uda boleh..tapi abis kita check-out aja..kita check-out, makan siang, terus jalan ke mal..ok?’
‘Siap, bunda !!’ kata Mey sambil kembali ke kamar mandi.
‘Mey, aku tidur duluan ya..ngantuk..’ kata Maia sambil mematikan TV karena tidak ada acara yang bagus.
‘Iya, aku juga mau langsung tidur nih..ngantuk.. hoooaaahhmm..’ Meychan yang sudah selesai bersih-bersih dan sudah memakai baju tidurnya pun naik ke atas tempat tidur itu dan tidak lama kemudian mereka berdua pun tertidur.
###############################
Jam yang sama..lantai dasar hotel..
‘Ini pak jadwal pelayan yang tugas bsok..’ kata receptionist tadi yang bernama Herman.
‘Hmmm..’ sementara bapak tua yang bernama Bapak Kuncoro itu hanya memandangi jadwal tersebut.
‘Ok..bapak bisa minta bantuan sama yang namanya Rudi..karena saya tau persis dia lagi butuh uang buat bayar bandar karena dia kalah judi pak..satu lagi ini namanya Udin pak.. dia petugas kebersihan kamar buat bsok pagi..’
‘Baik..besok saya akan ketemuin mereka..kamu besok bertugas malam lagi?’ tanya bapak tua tersebut.
‘Iya pak..tapi hari ini saya tugas sampai sekitar jam 8 pagi.. jadi saya bisa anterin ketemu Rudi dan Udin..’
‘Bagus…sampai ketemu bsok.. dan menurut saya, kamu bsok jangan jauh-jauh dari hotel ini..hehehehe’ pak Kuncoro pun tertawa dengan nada yang berat kemudian berjalan ke arah keluar hotel.
Herman pun segera berlari untuk mengembalikan jadwal kerja yang seharusnya dipegang manager HRD tersebut. Herman adalah seorang bujangan berumur 25 tahun, orangnya tidak jelek namun tidak ganteng. Tingginya cukup tinggi tapi ia orang yang cukup gemuk. Ia sangat senang dengan model rambutnya yang spike itu. Sementara bapak-bapak yang tadi adalah pak Kuncoro. Seorang konglomerat, pengusaha tekstil yang sukses. Beliau adalah duda. Kepalanya botak hanya kumis yang mau tumbuh di kepalanya. Perutnya buncit dan wajahnya sudah mulai mengkeriput karena umur.
#################################
Jam 9 pagi, keesokan harinya..
‘Mey..bangun Mey.. kamu ga mau sarapan ?’ kata Maia mencoba membangunkan Mey Chan.
‘Mmmmmmhhhhhh..emang uda jam berapa sih bunda ?’ tanya Mey dengan mata tertutup.
‘Udah jam 9..buruan aku aja udah rapi nih..hehe’ Maia berkata sambil senyum.
Mey Chan pun mencium dengan jelas bau parfum Maia. Parfum mahal dengan wangi khas seorang ibu.
‘Hoooaaaahhhmmm..ya uda aku mandi dulu, bunda turun aja duluan nanti kita ketemu di restorannya aja..’ Meychan pun bangkit dari tempat tidur menuju kamar mandi.
‘Ya uda..jangan lama-lama ya..’ Maia pun menuju ke arah keluar kamar.
Maia hari ini mengenakan you can see warna putih dipadu celana jeans panjang warna hitam serta sepatu hak tinggi warna putih. Sepanjang perjalanan menuju lift beberapa karywan yang kebetulan lewat menyapa Maia dengan ramah. Ada juga orang yang menginap disitu dan mengetahui bahwa itu adalah Maia, maka mereka pun tidak mau membuang kesempatan dan mengajaknya foto bersama. Setelah melayani beberapa penggemarnya itu untuk foto bersama, Maia mengambil ponselnya, seperti kebiasaanya hari-hari ini, setiap pagi Maia menelpon kerumah, sekedar memastikan keadaan ketiga anaknya, terlebih urusan sekolah mereka yang sering diabaikan oleh ayah mereka yang diktator itu,.. perlahan jantungnya kian berdebar kencang, ya seperti inilah keadaan Maia, bahkan untuk menelpon anak-anaknya sendiri pun ia harus menahan rasa takut kalau-kalau yang mengangkat adalah suaminya.
Perlahan nada tunggu terdengar di telinga Maia, hingga beberapa saat kemudian seseorang mengangkat telepon-nya.
” Halo,.. ” tanya Maia perlahan,.
” Ya,.. ” jawab diseberang sana singkat,..Mas Dhani
Jantung Maia berdebar keras, karena tau siapa yang mengangkat teleponnya,..
” Dul mana ?? ” Tanya Maia, karena ia memang sengaja menghubungi ponsel Dul,.
” Masih tidur, kenapa ?? “
” Sekarang kan jam-nya sekolah, kenapa gak sekolah,.. ” kata Maia cetus, karena selalu begitu, anak-anaknya jarang sekolah kalau ia sedang tidak ada dirumah,..
” Loh, kasian kan anak-anak, lagi katanya malas,.. ” Jawab Ahmad Dhani tak bertanggung jawab,..
” Loh gak bisa gitu donk,.. sini kasih teleponnya ke Dul,.. ” Maia malas menanggapi suaminya itu yang pasti mengajaknya bertengkar,..
” Masih tidur, nanti ajalah” jawabnya sok bijak,..
” Gak cepat,..kasihin sekarang !! ” Bentak Maia,..
” Loh, kenapa jadi membentak,.. ” Kata Dhani
” Tolong,.. ” Maia mengalah,..
” Yawda nanti saya sampaikan, teleponnya nanti saja,.. ” Dhani menutup telepon,..
” Dasar Kambiiiii,… ” tak sempat terucap, Maia masih menahan emosinya, bagaimana pun yang ada di pikirannya adalah bagaimana mendapatkan hak asuh anak-anaknya itu,..
Begitulah keadaan keluarganya sekarang, bahkan untuk sekedar bisa bercerita, dan berbincang panjang lebar seperti dihalang-halangi, terhalangi oleh ke-egoan suaminya yang masih terjebak dengan kejayaan masa lalu, yang membuatnya menjadi sombong dan diktaktor, memakai topeng bijak, padahal memeluk wanita-wanita lain. Dengan menahan rasa kesal, Maia pun menekan tombol lift untuk turun, ia hanya bisa terus mengalah sambil menahan rasa jengkel terhadap kambing yang sampai saat ini masih menjadi suaminya itu. Sementara Meychan sedang mandi sambil menyabuni seluruh badannya. Di bawah siraman shower tersebut Meychan pun bernyanyi nyanyi kecil sambil sedikit melakukan dance. Bersiul-siul, Meychan memang sosok yang sangat lincah dan enerjetik. Setelah selesai ia pun mengenakan bra warna biru muda tanpa tali dan celana dalam yang sepadan warnanya dengan bra tersebut. Kemudian dikenakannya tank top warna pink serta rok mini dari bahan jeans. Sepatu hak dengan warna silver dan semprotan parfum yang wanginya segar itu pun membuat Meychan tampil sangat cantik. Setelah mengatur rambutnya, ia pun keluar kamar dan bergegas menuju ke bawah karena Maia sudah menunggu.
Tidak lama setelah mereka pergi, ternyata ada yang hendak masuk ke kamar itu…
‘I-ini pak kartunya..’
‘Ya uda buka donk !!’ pak Kuncoro membentak Udin. Udin adalah seorang petugas kebersihan disitu. Ia yang bertugas membersihkan setiap kamar di lantai 5 hotel tersebut. Kulitnya hitam karena sering naik bus dan angkot. Umurnya baru 20, 30 tahun lebih muda dari pak Kuncoro.
‘Ba-baik pak..’ Udin pun gemetar karena dibentak bentak.
Setelah dibuka pak Kuncoro pun masuk dan memberikan uang 100.000 untuk Udin.
‘Makasih pak..’ kata Udin.
‘Iya..iya..sudah sana kamu pergi..’ kata pak Kuncoro.
Udin pun pergi dan meninggalkan pak Kuncoro di dalam seorang diri. Pak Kuncoro pun hanya tersenyum-senyum duduk di tepi ranjang sambil menunggu kedua korbannya datang.
###############################
Di saat yang sama, restoran hotel…
‘Bunda sori ya lama..’ kata Meychan sambil duduk di sebelah Maia.
‘Kamu tidur kok kayak pingsan gitu loh..hehehe’ kata Maia sambil tertawa.
‘Kan capek bunda..’ Mey bergaya ngambek sambil memonyongkan bibirnya.
‘Tuh disana ada bubur, ada roti, terserah kamu aja mau yang mana..ambil gih…’ kata Maia.
Meychan pun menuju ke arah tempat pengambilan bubur. Setelah diambilnya semangkok bubur, ia pun mengambil segelas jus yang sudah disediakan. Meychan kembali ke meja.
‘Pagi mba Maia dan mba Meychan.. mau kopi atau teh?’ seorang pelayan berumur 23 tahun berperawakan kurus dengan cepak mencoba menawarkan mereka teh atau kopi.
‘Mmmm aku kopi..’ kata Maia.
‘Aku teh..’ Meychan menyusul jawaban Maia.
‘Baik..segera saya ambilkan…’ pelayan itu pun menuju ke arah dapur.
‘Rud, teh yang di dalem kenapa loe taro sini? Ini ada pot kopi juga disini’ tanya seorang chef.
‘Oh maaf ya pak saya tadi lupa bawa itu keluar..’
‘Rudi..Rudi.. jangan lupa lagi ya..nanti pelanggan pikir kita ga nyediain teh sama kopi..ok?’ tanya sang chef.
‘Baik pak..ini ga akan terulang.’
Chef itu mengangguk-angguk dan kemudian berlalu untuk memasak kembali. Sementara Rudi mengeluarkan sesuatu dari kantongnya. Sebungkus serbuk ‘ajaib’ persembahan pak Kuncoro tadi pagi. Tanpa buang-buang waktu Rudi pun memasukkan serbuk itu ke dalam cangkir yang satu serta cangkir yang kedua.
‘Segini kebanyakan ga ya..’ pikir Rudi dalam hati. ‘Katanya sih suruh 2 gram aja cukup tapi gue mana ngerti 2 gram seberapa.. ah uda setengah sini setengah sana deh..’ akhirnya Rudi memasukkan bubuk tersebut dan kemudian menuangkan kopi di atasnya. Sementara yang satu lagi dituangnya teh. Setelah beres, Rudi pun kembali ke meja dimana Maia dan Meychan telah menunggu.
‘Silahkan..’ kata Rudi sambil meletakkan cangkir itu sesuai pesanan masing-masing.
‘Makasih ya mas..’ kata Mey Chan.
Rudi pun hanya menjawab dengan senyuman.
‘Mey kalo sepatu model gini cocok ga sih buat aku?’ tanya Maia sambil menunjuk gambar di majalah yang sedang dibacanya.
‘Kayaknya sih cocok-cocok aja..nanti kita cari aja di mal..’ kata Mey sambil menenggak habis jusnya.
‘Aku juga mau cari tas ah nanti..hehehe’ Maia tertawa sambil terus asyik membaca majalah itu.
‘Bunda udahan makannya?’ tanya Mey.
‘Udah..kenyang banget..’ Maia pun meminum kopi yang tadi dipesannya.
Mey pun meminum teh tersebut sambil ngobrol ringan dengan Maia. Sambil sesekali membahas soal fashion atau pun soal berita yang ada di majalah. Tanpa terasa teh dan kopi itu pun habis. Maia dan Meychan mulai merasakan sesuatu yang tidak biasa.
‘Bunda kok kayaknya tiba-tiba panas ya..gerah..’ kata Meychan.
‘Iya nih apa ACnya mati ya..tapi kok yang laen pada tenang-tenang aja tuh..’ kata Maia sambil melihat ke sekeliling.
Meychan tidak menjawab karena tiba-tiba jantungnya berdetak kencang, ia merasa ada sesuatu yang lain dari dalam dirinya. Darahnya serasa mengalir lebih kencang, wajahnya pun tiba-tiba memerah semu, dirasakannya selangkangannya pun mulai mengeluarkan cairan tanpa bisa ia kendalikan. Dilihatnya Maia, ternyata Maia pun megalami hal yang sama. Maia mulai tampak tidak tenang dan gelisah, kakinya pun ditutup rapat sambil mulutnya menggigit bibir bawahnya. Karena tidak tahan lagi Maia pun hendak kembali ke kamar.
‘Mey..a-aku ke kamar dulu ya..’ kata Maia sambil merapikan majalahnya kemudian mengambil tasnya dan hendak bergegas menuju ke kamarnya.
Meychan menahan tangan Maia dan berkata, ‘A-aku juga ikut ya bunda..’
‘Kamu tunggu sini aja..aku paling bentar doank..’ kata Maia mencoba menutupi birahi yang melandanya. Memang Maia berniat kembali sendiri ke kamar dan melakukan onani.
‘Please..’ Meychan memohon.
Karena tidak tega dan Maia mengetahui apa yang sedang menimpa dirinya, menimpa Mey juga, maka ia pun mengangguk pelan dan kemudian menggandeng tangan Mey untuk segera naik ke atas. Mereka pun menuju ke lift dengan napas yang sudah memburu. Napas untuk segera disetubuhi. Mereka sudah tidak bisa tahan lagi. Meychan pun mengenggam tangan Maia dengan erat karena sudah sangat terangsang.
Tinnggg.. beruntung lift itu tidak terlalu lama untuk mereka tunggu. Mereka pun segera masuk dan lift tersebut kebetulan kosong. Maia dan Meychan tidak membuang kesempatan itu. Mereka saling berciuman satu sama lain, berpagutan, dan saling membelit lidah satu sama lain.
‘Mmmmhhhh…hhhhhmmhh..’ hanya itu yang keluar dari mulut mereka masing-masing.
Tangan Maia pun naik dan meremas dada kanan Meychan. Sementara Meychan membalas dengan meremas bongkahan pantat Maia. Tapi sebelum melangkah lebih jauh lagi Maia sadar bahwa mereka sedang berada di dalam lift.
‘Mey, kita lanjutin nanti ya..uda mau sampe nih..’ kata Maia dengan napas tersengal-sengal.
Meychan pun mengangguk pelan. Tiinnnggg.. lift itu pun sampai. Mereka berjalan dengan cepat sambil bergandengan tangan menuju ke kamarnya. Sapaan dari orang yang ada di lorong itu tidak mereka gubris sama sekali, sehingga membuat beberapa orang heran.
‘Itu duo maia kan?’ tanya seorang bapak pada istrinya.
‘Iya..tapi kok sombong banget ya..tadi mama sapa mereka diem aja..’ kata sang istri.
‘Lagi buru-buru kali ma..udah yuk kita turun aja..’ keluarga tersebut pun berjalan dan berlalu.
Sementara Maia dan Meychan telah sampai di depan kamar mereka…
‘Ayo cepet Mey..buka pintunya..’ Maia mencoba memburu-buru Meychan.
‘Sabar donk bunda..tadi aku taro di dalem tas kok..aduhh mana ya..’ Meychan berusaha mengaduk-aduk tasnya sambil mencari kartu untuk membuka pintu tersebut.
Jeggrekk.. Maia dan Meychan sungguh kaget melihat pintu itu terbuka dengan sendirinya dari dalam. Sesosok pria tua ada di balik pintu itu dan dengan senyumnya yang licik ia mempersilahkan masuk.
‘Ahh..rupanya kalian sudah datang.. ayo silahkan masuk..’ kata pak Kuncoro.
Tapi keduanya hanya bisa terdiam dan bengong. Mereka bingung kenapa bisa ada orang di dalam kamar mereka dan apa yang telah tua bangka ini lakukan selama mereka pergi.
‘Loh kok semuanya diem? Bingung? Sudah ga usah bingung..masuk..’ pak Kuncoro pun bergaya seolah mempersilahkan mereka masuk.
Mereka pun masuk ke dalam karena tidak mungkin juga melampiaskan birahi di luar.
‘Kok..kok..bapak bisa disini?’ tanya Meychan.
Pak Kuncoro menutup pintu itu kemudian berjalan menuju ke arah kursi kecil di samping ranjang.
‘Nama saya Bapak Kuncoro…Saya disini hanya sebagai sutradara kok..silahkan kalian melakukan apa yang perlu kalian lakukan..’ pak Kuncoro berkata demikian sambil meminum tehnya yang diletakkan di meja kecil di sampingnya.
Kedua wanita itu bingung harus melakukan apa. Di satu sisi mereka malu bergumul di depan orang yang tidak dikenal tapi di sisi lain mereka sudah sangat tidak sabar lagi untuk disetubuhi.
‘Gimana nih bunda?’ tanya Meychan dengan napas yang mulai tidak terkendali.
‘Biarin aja lah Mey..toh kita ga kenal sama dia.. biarin aja.. lagian aku uda ga tahan lagi..’ selesai berkata demikian Maia kembali melumat bibir Meychan yang tipis itu.
‘Mmmhhh..mmmhhh…’ Meychan pun membalas dengan memasukkan lidah ke dalam mulut Maia.
Pak Kuncoro pun tersenyum penuh kemenangan melihat adegan tersebut. Ia pun megeluarkan HP dan merekam kejadian itu, ya itung-itung buat jaga-jaga aja seandainya mereka mau berbuat yang aneh-aneh. Meychan mendorong tubuh Maia hingga Maia terlentang di tempat tidur yang ada di kamar tersebut namun kakinya masih menjuntai ke lantai. Tanpa berlama-lama lagi Meychan pun hendak membuka tank topnya.
‘Eit eit eit..no..no..no…’ tiba-tiba pak Kuncoro menghentikannya. ‘Meychan kamu buka bajunya Maia dan Maia kamu buka bajunya Meychan..semuanya..cepet..sampai bugil…hehehe..’ setelah berkata demikian pak Kuncoro kembali mengarahkan HPnya.
Meychan pun menurut dan kemudian membuka baju Maia, sehingga tampak lah gunung kembar yang ditahan oleh bra warna putih. Tidak berlama lama segera dibuka sepatu hak dan diturunkan jeans yang dikenakan Maia beserta celana dalamnya. Sehingga tampaklah vaginanya yang berbulu lebat itu.
‘Sini Mey..gantian…’ kata Maia.
Dibukanya tank top pink tersebut, pak Kuncoro yang melihat adegan tersebut menelan ludah karena melihat keseksian dua wanita itu. Apalagi Meychan mengenakan bra biru muda tanpa tali. Maia pun membuka rok yang dikenakan Meychan sehingga tampaklah celana dalam dengan warna yang sama. Maia pun melepaskan celana dalam itu dan tampaklah vagina Meychan yang ditumbuhi oleh bulu-bulu tipis saja. Meychan melepaskan BHnya sendiri begitu pula dengan Maia. Sehingga di kamar itu hanya ada 2 wanita cantik tanpa sehelai benang pun dan seorang lelaki tua.
Setelah itu, Mey duduk di sebelah kiri Maia dan mereka akhirnya kembali berciuman satu sama lain. Kali ini Maia semakin agresif dan tangan kanannya langsung meremas dada kanan dari Meychan. Diperlakukan demikian, Meychan tidak pasif, tetapi tangan kirinya meremas payudara Maia kiri kanan secara bergantian.
‘Mmmhhh..mmmhhh..’ air liur mereka mulai keluar karena ciuman mereka yang sangat bernafsu.
Ciuman Meychan mulai berpindah ke leher Maia. Dijilatinya dan dihisapnya leher ibu 3 anak tersebut. Wangi dari parfum Maia membuat Meychan semakin bernafsu saja. Tangannya pun diturunkan dari payudara meuju selangkangan Maia.
‘Aaaahhh..’ Maia melenguh saat dirasakannya 2 jari temannya itu memasuki vaginanya.
Meychan menggerakkan jarinya mundur maju dengan cepat. Dirasakannya vagina Maia yang memang sudah becek dari tadi.
‘Bunda, aku mau nyusu ya?’ tanya Meychan manja.
Maia hanya bisa mengangguk. Dirasakannya lidah Mey bermain main di putingnya yang berwarna coklat kemerahan. Gerakan lidahnya memutar, melingkari, dan menyentil ujung putingnya sehingga membuat benda itu mengeras. Setelah puas dengan yang kanan, Mey pun berpindah ke kiri. Maia pun hanya bisa menahan kepala Mey agar tidak berhenti menyusu. Jari-jari dari Mey pun semakin cepat saja keluar masuk sehingga tubuh Maia mulai bergoncang-goncang keenakan. Pak Kuncoro yang melihat adegan itu, sudah tidak tahan lagi. Ia membuka kemeja dan celananya sendiri. Kemudian ia pun berdiri di depan Maia. Maia pun mengerti keinginan dari orang tua tersebut. Digenggamnya penis hitam dengan kepala disunat itu, ukurannya lumayan panjang. Dijilatnya dan kemudian dimasukkan benda tersebut ke mulutnya.
‘Uhhh..’ pak Kuncoro merasakan kenikmatan mulut artis tersebut.
Pak Kuncoro menggerakan pinggulnya seperti menyetubuhi mulut Maia. Untungnya ibu yang satu ini sudah berpengalaman sehingga bisa mengimbangi perlakuan dari pak Kuncoro.
‘Mmmmhhh..mmhhh..mmhhhh..’ Maia merasakan nikmat yang melanda dirinya. Payudara kirinya sedang diserang oleh Meychan, sementara yang kanan diremas oleh pak Kuncoro. Vaginanya sendiri sedang ditusuk oleh 2 jari Meychan, jari-jari itu keluar masuk semakin lama semakin cepat. Bahkan terkadang Mey menggerakan jari-jarinya di dalam sehingga menimbulkan sensasi tersendiri buat Maia.
‘Mmmmmhhhhhhhh…’ satu erangan panjang menandakan orgasme Maia telah datang.
Mey mengeluarkan jarinya yang belepotan dengan cairan tersebut kemudian menjilati dan mengulumnya jarinya sendiri sampai bersih. Pak Kuncoro mengeluarkan penisnya dari mulut Maia dan memberinya kesempatan untuk beristirahat. Maia pun rebahan di tempat tidur itu sambil mengatur nafasnya yang terengah-engah.
‘Mey..lanjutin nih..’ kata pak Kuncoro sambil menunjuk kemaluannya itu.
Meychan menjulurkan lidahnya dan menjilati kepala penis tersebut, memutar, dan terus sampai ke buah zakarnya. Dijilati buah itu, bahkan dikulumnya. Dikocoknya sebentar dengan tangannya yang halus kemudian dibimbing ke dalam mulutnya.
‘Woogghh..’ pak Kuncoro keenakan dengan perlakuan dari Mey.
Meychan mulai memaju mundurkan kepalanya sambil lidahnya terus menjilat dengan gerakan memutar. Tangan pak Kuncoro tidak tinggal diam, tangan kanannya menahan dan membelai rambut Meychan sementara tangan kirinya bergerilya di payudara perempuan tersebut. Dipilin dan dicubitnya putting Meychan yang pink kecoklatan itu dengan gemasnya.
‘Mmmmhhhhh..’ desahan Meychan tertahan karena penis pak Kuncoro memenuhi mulutnya.
‘Mey..cukup..tiduran sana..’ kata pak Kuncoro sambil melepaskan penisnya karena ia tidak ingin buru-buru menyudahi permainan ini.
Meychan pun tiduran tepat di sebelah kiri Maia. Penis pak Kuncoro terasa mulai membelah bibir vaginanya. Terasa vaginanya sudah sangat basah. Wajar saja karena memang sudah sedari tadi terangsang baik karena obat ditambah karena perlakuan dari pak Kuncoro sendiri.
‘Engghhh..pe-pelan pelan pak..’ kata Meychan. Meskipun sudah tidak perawan tapi vaginanya terasa sangat sempit.
‘Siap ya Mey..’ kata pak Kuncoro. Belum sempat dijawab, pak Kuncoro sudah keburu mendorong pinggulnya sekuat tenaga dan amblas lah penis itu ke dalam vagina Meychan.
‘Aaaaaaahhhhhhhhhhhh…’ Meychan hanya bisa memejamkan mata sambil menggigit bibirnya menahan sakit.
‘Sori Mey abis saya udah ga tahan sih..’ kata pak Kuncoro sambil cengegesan.
Setelah Meychan terlihat mulai tenang, pak Kuncoro menggerakan pinggulnya mundur maju secara perlahan. Meychan yang sudah tidak tahan pun ikut menggerakan pinggulnya sendiri berharap pak Kuncoro mau menungganginya dengan lebih cepat. Pak Kuncoro yang paham dengan maksud Mey, memenuhi permintaan wanita itu dengan menggerakkan pinggulnya lebih cepat lagi. Bunyi plokk..plokkk.. terdengar tiap kali dua benda itu bertemu.
‘Ahhh..aaahh..ahhh…’ Meychan mendesah sejadinya.
Disaat mulutnya terbuka tiba-tiba dirasakannya Maia kembali menjulurkan lidahnya ke arah mulut terbukanya. Meychan menanggapi dengan mengulum lidah Maia. Kedua wanita itu saling berpagutan. Remasan pun medarat di kedua payudara Meychan. Di bawah pun pak Kuncoro semakin cepat memacu vagina Mey. Serangan – serangan itu membuat Mey tidak tahan lagi. Namun tiba-tiba di saat sudah hampir mencapai orgasme, pak Kuncoro mencabut penisnya. Meychan menjadi heran.
‘Pa-pak..please masukin lagi..’ kata Meychan sambil melepaskan cumbuan Maia.
Pak Kuncoro malah berjalan menuju ke arah kursi kecil tempat pertama ia duduk. Ia memencet HPnya, tampak ia mengirim sebuah SMS. Di tempat tidur Meychan yang merasa sangat tanggung itu membuka bibir vaginanya dengan kedua jari tangan kanannya sendiri, sementara jari tangan kirinya digunakan untuk menusuk lubang kewanitaannya sendiri. Maia membantu dengan memberi rangsangan pada payudara Meychan. Dihisapnya puting sebelah kanan serta dipilin puting yang sebelah kiri. Terus menerus secara bergantian.
‘Ahhh..ahh..ahhhhhhhhhhhhhh’ Meychan pun mengerang dan cairannya membanjiri selangkangan serta jarinya.
Maia mengambil tangan kiri Mey dan kemudian menjilati jari yang penuh cairan tersebut.
‘Mmmhhh..mmmmhhh..’ Maia mengulum jari Mey sambil mendesah.
Tiba-tiba…Tok tok tok tok.. ada suara orang yang mengetuk pintu…
Maia dan Meychan terkesiap. Mereka langsung memandang ke arah pak Kuncoro yang sedang terkekeh-kekeh.
‘Hehehe… tenang-tenang kalian berdua ga usah panik.. itu pasti temen saya…ayo Maia tolong dibukain pintunya..hehehe..’ Maia pun sudah seperti kerbau dicucuk hidungnya dan menurut saja.
Jeggreekk…pintu pun dibuka..
‘Halo..mbak Maia…wah udah enak nih kayaknya..hehe..’ ternyata yang memulai pembicaraan adalah Herman.
‘Saya Herman..’ receptionist itu menjabat tangan Maia sambil meremas dadanya.
‘Kalau saya Rudi..yang tadi pagi itu loh mbak..’ Rudi meremas pantat Maia.
‘Sa-saya Udin mbak..’ Udin dengan tampang mupengnya seperti serigala hendak memangsa domba.
‘Ayo sini masuk semua..’ kata pak Kuncoro.
‘Wah..wah..wah mbak Meychan juga sudah panas toh rupanya..hehehe.. saya Herman’ Herman tertawa sambil melihat Meychan yang sedang rebahan di atas tempat tidur.
‘Tinggal dipake aja berarti ini Man..o iya saya Rudi’ kata Rudi. Mereka pun tertawa terbahak bahak. Meychan sendiri sudah tidak peduli. Karena pengaruh obat itu masih belum hilang, sehingga ia masih ingin dipuaskan. Begitu pula Maia.
‘Buset..!! Din loe uda mulai aja..bawa masuk dulu sini..’ kata Rudi pada Udin. Udin memang sedang bercumbu dengan Maia sambil bertautan lidah.
‘I-iya mas..maaf mas..’ Udin pun menutup pintu sementara Maia berjalan masuk.
‘Maia kamu kesini.. kalian bertiga silahkan garap yang satu lagi..’ kata pak Kuncoro sambil memerintah.
‘Ok, pak..’ jawab Herman.
‘Nah Maia nih isap lagi sampai keluar ya sekarang…’ perintah pak Kuncoro.
Maia pun berlutut di depan Maia dan memasukan penis itu ke dalama mulutnya. Ia menggerakkan kepalanya naik turun. Pak Kuncoro senyum-senyum sambil membelai rambut Maia yang pendek itu. Rudi dan Udin hanya bisa ternganga melihat kejadian itu.
‘Woi Rud, Din..!!! Kenapa loe berdua jadi bengong? Nih kan ada…’ kata Herman sambil menunjuk Meychan.
Rudi dan Udin pun tersadar dari lamunannya. Mereka bertiga segera membuka pakaian masing-masing hingga tidak tersisa sehelai benang pun. Herman maju terlebih dahulu dan mecium bibir Meychan. Mey menyambut dengan menjulurkan lidahnya, Herman menghisap lidah Mey, hingga akhirnya mereka saling bertukar lidah. Tiba-tiba dirasakannya ada lidah yang membelai vaginanya, ternyata Rudi sudah menempatkan kepalanya disana. Mey pun hanya bisa merapatkan pahanya seolah olah mencegah agar Rudi tidak pergi dari sana. Sapuan lidah Rudi semakin lama semakin dalam sehingga menyentuh klitorisnya. Udin tidak mau ketinggalan, ia berdiri di sebelah Mey, tanpa diperintah Mey segera mengambil penis itu dan mengocoknya. Kehalusan tangan Meychan membuat Udin serasa melayang.
‘Mey isepin donk..’ Herman menyodorkan penisnya itu ke dekat mulut Mey.
Meychan dengan tanggap langsung memasukkan seluruh batang itu ke dalam mulutnya. Ia maju mundurkan kepalanya sendiri sementara Herman hanya bisa mengerang keenakan. Udin pun mulai menggerakan tangannya untuk meremas payudara Meychan. Digenggamnya payudara itu dan terasa sekali kekenyalan dan kehalusannya. Udin meremas dengan kuat sehingga Meychan pun merespon dengan mengocok penis Udin lebih cepat lagi.
‘Oooouuuggghhh…’ tiba-tiba terdengar suara dari pak Kuncoro. Ternyata pak Kuncoro sudah tidak bisa bertahan lagi.
Maia pun menelan sperma dari pak Kuncoro dan membersihkan yang tersisa di penis itu.
‘Enak banget.. Din kamu sama yang ini aja..’ pak Kuncoro memanggil Udin.
‘Ba-baik pak..’ ia pun melepaskan tangannya dari dada Meychan dan wanita itu pun melepaskan tangannya dari penis Udin.
Udin mendekati Maia yang sedang mengambil napas dan beristirahat sambil berdiri ia menopang tubuhnya dengan meletakkan tangan di atas meja. Dirasakannya Udin hendak membelah bibir vaginanya dari belakang. Kepala penis itu mendesak paksa. Udin bertumpu pada kedua dada Maia.
‘Ohhhhh..’ Maia mendesah saat dirasa penis Udin telah sepenuhnya masuk.
‘Memek mbak Maia..enak ya…se-sempit..’ Udin mencoba berkomentar.
‘I-iya bang..ayo bang jangan diem aja..’ Maia menjawab.
Udin pun semakin kesetanan dijawab demikian. Ia pun menyodok dari belakang sekuatnya, secepatnya, dan semampunya. Tangannya terus meremas dada Maia dari belakang.
‘Ah..ah…ah…ah…ah..’ Maia mendesah keenakan.
‘Pelan-pelan aja Din…ssshhh..ntar pinggang loe patah..hahaha..’ kata Herman di tengah-tengah kenikmatannya yang sedang dioral Meychan.
Sementara itu Rudi tengah bersiap memasukkan penisnya ke dalam vagina Meychan. Digeseknya terlebih dahulu secara perlahan di atas vagina itu. Tidak lama kemudian Rudi memasukkan seluruh penisnya ke dalam vagina Meychan yang memang sudah tidak sulit lagi karena vagina itu sudah banjir.
‘Wooowww.. manteb banget neh Man… sempit, kayak dipijet gitu rasanya..haha..’ kata Rudi sambil mulai menggerakan pinggulnya.
Herman membelai rambut Meychan yang sudah berantakan itu. Sambil memandang wajah wanita itu, pipinya tampak menggembung karena ada penisnya di dalam sana.
‘Mmmmhh..’ Meychan kaget karena Rudi ternyata membalik tubuhnya menjadi menyamping. Dikaitkan kaki kiri Meychan di bahu kanannya.
Herman mengeluarkan penisnya, penis itu sudah penuh liur. Meychan menjulurkan lidahnya hendak menjilati penis Herman. Herman pun mendekatkan penisnya itu dan dijilati oleh Meychan.
‘Aaahhh…mmmmhhh…ahh..ah…’ Meychan mendesah karena perlakuan Rudi yang menyetubuhinya membentuk menyamping.
‘Gu-gue..mau..ke-keluar nih…ssssssshhhh…’ Meychan merasa pertahanannya jebol karena cara Rudi menyetubuhinya dari samping.
‘Aaaaaaaahhhhhhhhhh..’ Meychan mengalami orgasme kembali.
‘Hehehe… Enak ya Mey?’ tanya Rudi sambil mencabut penisnya sendiri.
Meychan mengangguk. Belum sempat beristirahat, Herman ternyata sudah siap dengan penisnya yang mengacung tegak untuk membobol vagina Meychan. Diposisikannya Mey untuk membelakangi dirinya sehingga Herman bisa melakukan posisi doggy style. Setelah siap, langsung ditusukannya penis itu dari belakang.
‘Aaahhhh…’ Meychan kembali merasakan nikmat karena disetubuhi.
Dilihatnya Maia sedang disetubuhi dalam posisi berdiri oleh Udin. Perbandingan tampak sangat jelas, Udin kulit hitam, muka jelek, badan tidak tinggi, sedang menyetubuhi Maia yang cantik, tinggi, dan putih mulus. Namun Maia justru tampak sangat menikmati perlakuan Udin dimana satu kakinya diangkat oleh Udin, dia sendiri bertumpu pada bahunya Udin. Udin pun menggenjotnya dari depan dengan sangat cepat sambil menyusu.
Meychan sedikit terkejut saat Rudi berlutut di depannya dan minta dioral. Meychan membuka mulutnya selebar mungkin dan membiarkan penis itu masuk. Penis Rudi termasuk yang paling besar diantara yang lain sehingga membuat Meychan kesulitan bernapas saat mengoralnya. Di belakang, Herman tetap menggenjotnya sambil sesekali menepuk pantatnya jika goyangan Mey terasa mulai menurun kecepatannya. Rudi mulai tidak tahan, sambil meremas rambut Mey, ia pun mengerang dan menyemburkan spermanya di mulut Meychan. Creettt…crett…crettt.. Meychan pun semua sperma itu, meskipun sebagian meleleh lewat bibirnya.
‘Bersihin tuh Mey..’ kata Rudi. Meychan pun menjilat sisa sperma di sekitar bibirnya dan di penis Rudi.
Herman di belakangnya juga tidak bisa bertahan dan memuntahkan cairan putihnya di dalam vagina Meychan tapi sebagian mengenai pantatnya saat Herman mencabut penisnya sendiri.
‘Gila..enak banget..’ kata Herman sambil tiduran dan beristirahat. Rudi pun beristirahat di tempat tidur itu.
Udin terlihat masih menggenjot Maia. Sekarang ia merebahkan Maia di lantai sambil meyetubuhinya dari depan. Maia pun melingkarkan kakinya di pinggang Udin supaya tusukan Udin terasa lebih dalam lagi. Herman turun dari tempat tidur dan mengorek kantong plastik yang tadi ia bawa, ternyata Herman mengeluarkan segulungan tali rafia.
‘Rud bantuin gue Rud..’ kata Herman sambil mencoba mengulur tali tersebut.
‘Guntingnya mana?’ tanya Rudi.
‘Nih… segini cukup lah ya?’ tanya Herman sambil membentangkan tali tersebut.
Meychan yang sedang beristirahat tiba-tiba tersentak karena kedua tangannya diangkat ke atas oleh Rudi, sementara Herman dengan cepat langsung mengikat tangan Meychan jadi satu. Lalu ujungnya diikat di sandaran tempat tidur tersebut. Sehingga posisi Meychan membentuk garis horizontal, dalam posisi tersebut Meychan tampak lebih menggairahkan karena tubuhnya yang telah basah dan mengkilat oleh keringat menjadi semakin terekspos dengan jelas. Herman mengambil celana dalam berwarna biru muda yang ada di lantai dan menggunakanya untuk mengelap keringat pada tubuh Meychan.
‘Ke-kenapa gue diiket neh?’ Meychan mencoba bertanya.
‘Sssssstttttt.. uda nikmatin aja..’ kata Rudi.
‘Din, bawa sini..’ kata Herman pada Udin yang masih sibuk menggarap Maia di lantai.
‘I-iya mas..’ Udin tidak berani melawan dan membantu Maia untuk berdiri.
Maia cukup heran juga. Apa sebenarnya mau mereka. Pak Kuncoro tampak tersenyum melihat tingkah teman-temannya itu. Herman memerintahkan Maia untuk tiduran tepat di atas Meychan dalam posisi berhadapan dengan Meychan. Maia pun hanya bisa menuruti. Sehingga sekarang wajahnya berhadapan dengan wajah Meychan dan dadanya bergesekan dengan dada Meychan.
‘Iket tuh tangannya..’ kata Herman pada Rudi. Rudi pun menyatukan tangan Maia menyatukan dan mengikatnya kemudian diikat di sandaran tempat tidur yang sama seperti Meychan.
Pak Kuncoro bangkit dari tempat duduknya mengambil celana dalam yang tadi dikenakan Maia kemudian mengelap keringat dari tubuh dan wajah Maia. Sungguh pemandangan yang sangat membangkitkan birahi, 2 wanita cantik dalam keadaan terikat dan saling berhadapan seperti ‘sandwich’ hanya saja tidak ada ‘daging’ di tengah-tengah mereka.
Pak Kuncoro sudah siap untuk melakukan penyerangan pertama dan kali ini ia punya 2 vagina yang tersedia dan bebas dipilih. Ia lebih memilih untuk menyetubuhi Meychan. Diposisikannya penisnya itu di depan bibir vagina Meychan dan didorongnya hingga tertelan seluruhnya. Maia yang berada di atas Meychan tidak diam saja ia pun berciuman dan berpagutan dengan Meychan. Sementara pak Kuncoro menggenjot Meychan sambil jari telunjuk kanannya ia gunakan untuk mengorek liang vagina Maia. Ketiga pria lainnya hanya bisa menelan ludah menyaksikan kejadian di depan mata mereka. Seorang pria gendut dan tua sedang menyetubuhi 2 wanita cantik sekaligus. Setelah puas dengan vaginanya Meychan, pak Kuncoro memindahkan penisnya ke vagina Maia. Ia pun meremas pantat Maia yang terpampang dengan jelas. Bunyi kecipak kecipuk terdengar memenuhi ruangan tersebut.
‘Uooogghhh..’ pak Kuncoro mendengus karena jepitan dari vagina Maia yang ia rasakan.
Tidak berlama lama ia pun berpindah kembali ke vaginanya Meychan. Kali ini tangannya mulai menjamah payudara wanita tersebut. Karena gerakan maju mundur pak Kuncoro, tubuh Meychan pun bergoncang sehingga menyebabkan gesekan antara dadanya sendiri dengan dada Maia. Pak Kuncoro pun mulai sering berpindah dari Meychan ke Maia dan sebaliknya. Diperlakukan sedemikian rupa Maia dan Meychan tidak tahan lagi dan akhirnya orgasme secara bersamaan.
‘Aaaaaaahhhhh….’ Mereka berteriak secara bersamaan dan menandakan double orgasme.
Cairan kewanitaan Maia yang menetes itu membuat pak Kuncoro semakin bernafsu menggenjot vagina Meychan dan pada akhirnya ia pun menyemburkan spermanya di dalam vagina wanita itu. Jepitan dinding vagina Meychan memang terasa sangat sempit dan lebih nikmat daripada Maia. Pak Kuncoro mengeluarkan penisnya dan kembali beristirahat di kursi kecil tadi tempat ia duduk. Ketiga lelaki yang lain yang sedari tadi sudah menunggu giliran itu pun merangsek maju. Dimulai dari Herman, ia memposisikan penisnya tepat di depan vagina Meychan dan blleesss kembali sebuah penis memenuhi vaginanya tersebut. Rudi berada di sebelah Meychan, ia mendekatkan kepalanya ke arah ketiak Meychan.
‘Rud..tangan gue pegel…aaahh..ssshhh’ kata Meychan mencoba merayu Rudi agar melepaskan ikatan yang mengganggunya itu.
Namun Rudi tidak menggubrisnya dan malah mendaratkan satu jilatan telak pada ketiak kanan Meychan.
‘Ooohhh.’ Meychan kembali melenguh.
Sementara Maia kembali sibuk melayani penis Udin dengan mulutnya. Herman masi sibuk menggenjot vagina Meychan sambil mengusap punggung Maya yang halus. Meychan sendiri memeluk Herman dengan kakinya.
‘Din lepasin si Maia deh..dia jatah loe..’ kata Rudi kepada Udin.
Udin pun tersenyum senyum gembira. Diambilnya gunting yang ada dan kemudian memotong tali yang mengekang tangan Maia. Setelah terlepas Maia mencoba memijat pergelangan tangannya yang terasa pegal. Udin tidak membiarkan hal itu terlalu lama karena ia segera menarik tangan Maia dan direbahkannya di sebelah Meychan. Setelah itu Udin kembali menggenjot Maia tanpa mempedulikan tiga orang di sebelahnya.
Meychan sendiri tidak dilepaskan oleh Rudi dan Herman. Mereka malah berganti posisi, sekarang Rudi sedang menggenjot vagina Meychan sementara Herman menggenjot mulut Meychan, tangannya merambah dada dari Meychan, diremasnya dengan kuat sehingga Meychan meringis kesakitan.
‘Aaaaaaaaaahhhhhh…’ tiba-tiba terdengar jeritan Maia yang menandakan kalau ia kembali orgasme.
‘Wah dia keluar lagi..udah Din loe join sama kita aja sini..’ kata Rudi.
Rudi mencabut penisnya dan mendorong kaki Meychan ke arah payudaranya sendiri. Kakinya dibuat posisi mengangkang namun terangkat sehingga baik vagina maupun lubang anusnya terpampang jelas. Sehingga Meychan sekarang dalam posisi seperti orang ‘dilipat’.
‘Mmmmhhh.’ Penis Herman di mulutnya membuat ia tidak bisa protes.
‘Taliin lagi Din kakinya..’ kata Rudi.
Udin pun memberi satu utas tali untuk masing-masing kaki. Rudi memanfaatkan kesempatan ini untuk menggarap anus dari Meychan. Diludahinya jarinya sendiri kemudian ditusukan ke lubang anusnya Meychan. Mencoba untuk membuka lubang tersebut agar lebih lebar.
‘Eeeeemmmmhhhhhh..’ hanya itu yang keluar dari mulut mungilnya akibat Herman menahan kepalanya agar tetap mengulum penisnya.
Setelah dirasa cukup, Rudi pun mencoba memasukkan kepala penisnya sedikit demi sedikit. Terasa sekali sangat sempit sehingga perlu dilakukan penetrasi yang cukup sulit. Namun setelah beberapa kali percobaan Rudi pun menghentak dan akhirnya berhasil.
‘Mmmmmmmmmmhhhhhhhhh…’ kali ini erangan Meychan diiringi air mata karena sakit.
‘Tenang nanti juga enak kok..’ kata Rudi sambil menggerakan pinggulnya.
‘Arrrgggghhhhh…’ Herman ternyata sudah tidak kuat dan memuncratkan isi senjatanya di dalam mulut Meychan.
Melihat itu Udin pun mendekatkan senjatanya ke mulut Meychan, setelah selesai menelan semua sperma dari Herman, Meychan pun kembali melakukan oral untuk Udin. Maia tampak tertidur karena kelelahan, sementara pak Kuncoro sudah bersiap siap dan berpakaian lengkap.
‘Bayaran kalian semua..sudah saya transfer ya…’ kata pak Kuncoro.
Mereka pun mengangguk angguk.
‘O iya buat kamu Mey, jangan coba-coba lapor ke siapa pun kalau masih mau jadi artis…hehehehee..’ sambil tertawa pak Kuncoro pun berlalu keluar kamar.
‘Oooouuugghhhh’ sempitnya jepitan lubang anus Meychan membuat Rudi keluar disana. Spermanya sebagian meleleh keluar membasahi pantat Meychan. Herman dan Rudi sudah ambruk hingga tersisa Udin. Udin mengeluarkan penisnya dan berpindah ke arah anusnya Meychan. Karena tadi sudah digarap maka tidak terlalu sulit lagi bagi Udin untuk melakukan pencoblosan. Dengan beberapa kali percobaan, sudah tertelan semua penisnya.
‘Aaahhh..ahhh..’ Meychan hanya bisa mendesah. Dirasakan vaginanya pun ditusuk oleh jari Udin.
‘Din..le-lepasin iketannya donk…ssshhh.. nan-nanti gue yang pu-puasin loe deh..’ kata Meychan sambil terbata-bata.
Udin merenungkan sejenak dan kemudian mengambil gunting di dekatnya. Dengan beberapa kali gunting maka Meychan pun terbebas. Ia pun mendorong Udin hingga terlentang, naik ke atasnya dan memasukan penisnya ke dalam vaginanya sendiri. Woman on top adalah posisi yang sangat disukai Udin. Naik turun, Meychan bergerak dengan cepat, berharap cepat selesai. Stamina Udin tampaknya lebih besar dari yang lain. Udin memencet kedua puting Meychan kemudian menariknya hingga badan Meychan jatuh ke depan dan sekarang Udin bisa berpagutan dengan Meychan. Mereka berpagutan dengan begitu liar bahkan terkadang Udin menjilat wajah dan ketiak Meychan. Mereka melakukan sambil Meychan tetap menggoyangkan pinggulnya sendiri.
‘Din..gu-gue ga tahan lagi…ssshhhhh…aaaaaaaaaahhhhhhhhhhhhh’ Meychan pun mengalami orgasme kembali hingga akhirnya ambruk di atas Udin.
Udin pun sudah merasa hendak sampai puncaknya. Dicabutnya penis itu kemudian dia kocok-kocok sendiri dan dimuntahkan lah isinya di perut, dada dan wajah Meychan. Udin lalu memegang tangan Meychan dan membimbingnya untuk meratakan sperma tersebut. Meychan yang sudah mulai hilang kesadarannya meratakan sperma itu pada seluruh tubuhnya dan kemudian tertidur.
###############################
Pukul 15.00..di kamar hotel…
‘Mey..bangun Mey..’ kata Maia membangunkan Meychan. Maia sudah berpakaian lengkap.
‘Jam berapa nih bunda?’ tanya Meychan yang merasa sekujur tubuhnya pegal apalagi pada bagian anus terasa perih.
‘Jam 3′ kata Maia.
‘Loh bukannya kita mustinya uda check-out ya?’
‘Kata Herman, pak Kuncoro udah perpanjang waktu kita sampe besok siang.’ Maia menjawab.
‘Oh gitu..’ Meychan menjawab sambil merebahkan dirinya kembali.
Maia pun menceritakan cerita keseluruhannya yang ia dapat setelah mengorek informasi dari Udin si tukang bersih-bersih kamar.
‘Ini semua emang kerjaannya si Kuncoro tua bangka itu…’ kata Maia dengan kesal. ‘Dari awal dia yang bikin rencana dan ngejebak kita…’ tambah Maia lagi.
‘Brengsek..kita lapor aja !!!’ Meychan merasa sangat marah karena sudah dijebak.
‘Ga bisa Mey, Kuncoro udah punya rekaman kita..mau reputasi ancur?’ tanya Maia.
Meychan pun diam dan air mata mulai mengalir. Maia sebenarnya masih punya 1 berita buruk lagi.
‘Mmmmm Mey..yang jadi masalah sekarang…gini loh…mmmm’ Maia enggan menyelesaikan kata-katanya karena tidak tega melihat kondisi Meychan.
‘Tapi apa ?’ tanya Meychan penasaran. ‘Aku gapapa kok bunda..’ kata Meychan sambil menyeka air matanya dan mencoba tersenyum karena tahu pasti berita yang disampaikan adalah berita buruk.
‘Kita emang check-outnya diperpanjang sampe besok siang..tapi kata Udin..mereka berempat mau kesini lagi malem ini..’
Meychan pun memasang muka kaget dan seolah-olah tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. Tapi toh mereka sekarang memang tidak punya pilihan lain lagi selain melayani makhluk-makhluk bejat tersebut.