19. Diary Seorang Remaja
Lunatic Bule 2
Aku terhenyak melihat Mickey sedang membopong Anyssa dari depan di bawah shower yang menyala pelan sementara kedua tangan dan kaki Anyssa mengapit tubuh Mickey yang besar itu. Pandanganku lalu tertuju kepada batang kemaluan Mickey yang sudah bersarang didalam vagina kekasihku dan memompanya dengan penuh nafsu. Hal ini membuatku menjadi kembali horny. Batang kemaluanku kembali berdiri tegak melihat pemandangan tersebut.
Mickey sadar akan kehadiranku dan tersenyum sembari memberi kode agar masuk ke kamar mandi. Lalu dia mencabut batang kemaluannya dari liang senggama pacarku dan duduk di toilet duduk di kamar mandi tersebut semabari menarik tubuh Anyssa dari belakang. Kali ini tubuh Anyssa membelakanginya dan terduduk dipangkuannya. Tiba-tiba saja aku sadar tentang apa yang akan bule ini lakukan kepada Anyssa. “Now the next hole.” Serunya kepada Anyssa dan mendudukkan pantat Anyssa sehingga sekarang lubang anusnya tepat diatas ujung senjata Mickey yang masih tegang dan berkondom itu.
“Akhh…” jerit Anyssa. “Jangan disitu, sakittt…!” protesnya lagi tetapi tidak digubris oleh bule gila ini. Mickey malah mengoleskan lubricant (gel) ke kondom yang dia pakai sehingga licin. Lalu kembali dia menarik Anyssa yang mencoba meronta untuk menduduki penisnya. Dan dalam beberapa percobaan, batang kejantanan bule tersebut akhirnya berhasil masuk kedalam liang anus Anyssa walaupun hanya bagian kepala penisnya saja.
“Pacar kamu sudah orgasme lagi tadi sekali. Hahaha…maaf tidak membangunkan kamu, soalnya aku gemas dengan tubuh mungilnya yang seksi.” Kata Mickey sebelum akhirnya dia menarik dengan keras pinggang Anyssa sehingga sekarang batang kejantanan Mickey tenggelam seluruhnya kedalam liang kewanitaan gadis mungil kekasihku itu. “Ohh…awesome. Pacar kamu memang luar biasa.” Seru bule ini sembari memompa anus Anyssa dari bawah.
“Akhh…akhhh…sudah…sakit…akhhh….pelan…pelan…” Ucap Anyssa diantara desahannya. Tangan Mickey mempermainkan klitoris dan payudara Anyssa yang sudah mengacung kedepan putingnya itu. Leher Anyssa-pun tidak luput dari ciuman bibir Mickey. Mendengar protes Anyssa itu, Mickey memelankan sodokannya dan sekarang lebih bervariasi karena diselingi gerakan memutar sementara dari mulutnya keluar ucapan-ucapan menggoda Anyssa yang membuat kekasihku itu malu, risih tetapi juga membuatnya semakin bernafsu saja. Buktinya tak lama kemudian dia menyambut bibir Mickey yang menjelajahi tubuhnya dengan kecupan hangat.
“Ayo…”ucap Mickey kepadaku sembari membuka lebar paha Anyssa sehingga sekarang bibir vagina Anyssa terbuka lebar. Tanpa menunggu aba-aba lagi aku melesakkan batang kemaluanku menembus bibir vagina Anyssa. Anyssa mendesah pelan ketika merasakan bibir vaginanya kembali terkuak oleh penis pria.
“Kamu cantik sekali sayang. Seksi sekali.” Seruku kepada Anyssa yang kemudian menjawabnya dengan kecupan sayang kebibirku. Sekarang Anyssa merasakan ditubuhnya bercokol dua buah penis pria yang sedang mencari kenikmatan dengan membombardir kedua lubang-nya dengan penuh gairah. Sesekali buah pelirku bersentuhan dengan buah pelir Mickey yang besar berbulu itu karena dinding pemisah antara kedua lubang milik Anyssa seolah tergencet sehingga seolah menjadi semakin tipis saja. Belum lagi jika kami berdua memompanya dengan irama yang sama saat menarik dan mendorong kejantanan kami di liang vagina dan anus miliknya.
Diiringi dengan siraman shower air hangat aku dan Mickey berlomba memuaskan nafsu kami diatas tubuh mungil Anyssa yang beberapa saat lalu mengalami orgasmenya yang kedua. “Akhh….shit. I’m cummin’ damn it…akhh..” seru Mickey setelah memompa anus Anyssa selama kurang lebih 15 menit. Sementara itu aku sendiri mempercepat sodokan batang kejantananku dan selang beberapa menit kemudian, aku menyemprotkan seluruh cairan spermaku kedalam liang vagina Anyssa membasahi rongga rahim miliknya. Mickey menggelinjang hebat, ternyata dia mengalami klimaks lagi selang 3 menit setelah ejakulasinya barusan.
Dicabutnya kondom dari batang kemaluannya yang besar itu. Terlihat cairan sperma milik Mickey mengalir keluar dari kondomnya ketika dia memperlihatkan plastik pengaman itu kepada Anyssa sembari tersnyum, “Kamu benar-benar luar biasa.” Pujinya kepada kekasihku lalu membuang kondom tersebut kelantai dan kembali ke tempat tidur setelah membersihkan penisnya. Sementara aku sekarang terduduk di pinggiran bath tub besar merasakan sisa-sisa kenikmatan yang kuperoleh.
Anyssa mendekatiku dan menciumi bibirku. “Kamu benar-benar hebat malam ini. Aku kasih kamu sesuatu yang nggak aku kasih ke Mickey.” Katanya sembari berjongkok lalu dengan liar dia mengoral batang penisku yang masih belepotan sperma. Dengan telaten dia membersihkan sperma dari batang kejantananku.
“Memangnya kamu nggak melakukan oral dengan dirinya?” kataku penasaran dan dia hanya menggeleng lalu kembali menjilati penisku yang masih tegak tersebut.
“Ada banyak alasan mengapa aku nggak mau. Diantaranya karena terlalu besar, berbulu terlalu lebat dan khan dia orang asing. Aku masih jijik dibuatnya. Hehehe…” canda kekasihku ini sembari kembali membersihkan spermaku dengan mulutnya.
Paginya ketika Mickey pamit pagi-pagi sekali untuk mengurus dokumen ekspor, aku, Anyssa dan Viola kembali melakukan permainan panas seusai sarapan di restaurant hotel.
Viola dan Anyssa berebut saling mengoral batang kemaluanku yang kemudian dilanjutkan dengan persetubuhan. Dengan tubuh Viola dalam posisi merangkak, aku merangsekkan batang kejantananku kedalam liang senggamanya sekali lagi. Dalam posisi doggy style ini aku memuaskan nafsu liarku dengan memompa vagina Viola dengan brutal. Karena Mickey tidak ada disini sehingga tidak mungkin membalasnya kepada Anyssa, aku leluasa mengerjai bule perempuan ini sehingga dia kewalahan melayani sodokan-sodokan penisku yang membabi buta. Sementara itu Anyssa dengan menggunakan sabuk dildo bergerigi yang sudah diberi kondom berpelumas mengangkang dibagian depan atasku lalu menyodokkan dildo besar tersebut ke anus Viola.
“Akhh…what you doing? Don’t…” serunya ketika sadar apa yang akan dilakukan oleh Anyssa. Tetapi Anyssa berkeras dan menjawab, “Your lovers do me this way last night. Now this is the return hahaha… C’mon its not as hurt as you think.” Tambahnya lagi sebelum akhirnya dildo berkondom itu melesak masuk seluruhnya kedalam liang anus Viola. “But Mickey never does that with me. Akhh that’s hurt me ..soooo…much…arghh…” jerit Viola namun tertahan dengan desahan nafsunya karena disaat yang sama vaginanya juga sedang kukerjai habis-habisan.
Lima belas menit dengan posisi itu sebelum akhirnya kami berganti posisi. Aku telentang dan menempatkan Viola menghadapku dari atas sementara dari belakang Viola, Anyssa sudah siap dengan dildo besar nya.
Viola yang terjepit ditengah-tengah tidak dapat berbuat apa-apa selain pasrah ketika kedua lubangnya dieksekusi oleh penisku dan dildo besar yang menempel pada sabuk yang dipakai Anyssa. Sesekali aku menukarkan posisiku denan dildo besar itu dengan mengenakan kondom terlebih dahulu untuk memperlancar penetrasi. Bergantian batang kejantananku menembusi liang vagina dan anus Viola tanpa ampun. Entah berapa kali gadis ini orgasme karena satu jam kemudian dia nampak lemas dan tak lagi mampu mendesah.
Tubuh Viola ambruk ketubuhku yang terlentang dibawahnya. Aku merasakan payudara besarnya sekarang sudah menempel di dadaku. Tak selang lama kemudian aku merasa akan mencapai ejakulasiku. Aku copot kondom yang kupakai dan kuarahkan batang kejantananku kearah bibir seksi Viola dan muncratlah spermaku membasahi bibir dan wajahnya. Sementara Anyssa mencopot sabuk dildonya sambil cengar-cengir kegirangan karena berhasil membalas perlakuan Mickey kepada kekasihnya sekarang. Aku merengut sabuk dildo itu dari tangannya dan melihat ukuran dildo hitam itu. Ternyata ukurannya lebih besar dari pada dildo yang dipakai Anyssa untuk mengerjai Lina, adiknya tempo hari.
“Hmmm…nakal kamu yah. Pantas saja Viola kesakitan tadi. Ini sih ukurannya lebih besar daripada penisku yang sudah membengkak ini. Dapat dari mana?” tanyaku kepada pacarku itu.
“Punyanya Kurnia waktu kami bercinta di Villa. Bukannya kamu tahu?” balasnya. Aku jadi teringat kalau waktu itu ada sebuah dildo besar yang tergeletak disamping kasur tempat Anyssa dan Kurnia bercinta. Membuatku kembali kemasa lalu saja nih, pikirku dalam hati. Sebelum aku menuju ke kamar mandi untuk membersihkan diri lagi, Anyssa memelukku dari belakang, “Jangan tinggalin aku yah. Aku sudah terlanjur basah sekarang. Aku janji nggak akan selingkuh lagi.” Kata Anyssa pelan saat aku mencoba berpaling kearahnya.
Setelah mandi aku dan Anyssa keluar dari kamar hotel, sementara itu Viola masih lemas tertidur. Aku melihat wajahnya bermandikan sperma sementara dari liang anusnya mengalir darah segar walaupun sedikit. Sepertinya ada bagian yang luka akibat dari sodomi yang dilakukan Anyssa kepada Viola dengan dildo tadi.
“Ah sebodo amat. Toh yang mulai duluan juga si Mickey.” Kataku kepada Anyssa sembari menutup pintu kamar 215 itu.