Gadis SMA Nakal
Hari sudah lewat pukul 12.00. Aku sedang bergegas untuk pergi makan
siang ketika handphoneku berbunyi. Kulihat di layar tampak sebuah nomor
yang tidak aku kenal.
"Ya hallo.." sapaku.
"Pagi Pak Robert.. Ini Dian.. Masih ingat khan "
"Oh Dian.. Ya masih donk.."
"Pak sudah terima surat lamarannya?"
"Iya sudah.. Sekarang sedang diproses. Kamu sabar saja ya sayang.." jawabku sambil berjalan keluar ruangan kantorku.
"Tolong Dian ya Pak supaya diterima" pinta Dian di seberang sana.
"Beres Dian. Asal kamu ingat saja.. Apa yang saya suka dari kamu"
"Pasti Pak.. Saya tidak akan mengecewakan bapak. Segala perintah Pak Robert akan saya penuhi" Dian menjawab dengan antusias.
Bagi
pembaca yang belum membaca kisahku sebelumnya, Dian ini adalah gadis
salon yang pernah aku kencani. Mendengar suaranya di telpon membuat
kenangan ketika aku menikmati tubuh mungilnya serta buah dadanya yang
ranum kembali terbayang. Ahh mungkin nanti sehabis pulang kantor aku
akan mampir di salonnya, pikirku.
Ketika aku hendak keluar
kantor, kulihat Noni resepsionisku di lobby. Tampak cantik sekali dia
hari itu, dengan blazer warna coklat dipadu dengan rok yang sewarna.
Mungkin karena aku sedang ereksi membayangkan persetubuhanku dengan
Dian, kuurungkan niatku untuk keluar kantor dan aku berbalik menuju
ruangan kantorku kembali.
"Noni sebentar ke sini" perintahku lewat telpon.
"Ada.. Apa pakk.." jawabnya agak gugup
"Pokoknya sebentar ke sini. Cepat!!" perintahku lagi dengan suara agak kutinggikan.
"Babbaikk. Pak"
Mungkin
dia sudah tahu apa yang akan terjadi pada dirinya sebentar lagi. Aku
memang kadang memanggilnya ke ruanganku sekedar untuk memuaskan hasrat
birahiku. Biasanya aku melakukannya sehabis jam kerja, ketika kantor
telah sepi. Tapi terkadang aku memanggilnya untuk sekedar seks kilat
agar dapat meredakan keteganganku, yang dapat membuat konsentrasi
kerjaku terganggu.
Nonipun tak lama telah muncul di ruanganku.
Setelah kusuruh mengunci pintu, aku perintahkan dia untuk duduk di sofa
tamu. Wajahnya yang cantik tampak pasrah dengan keadaan yang
mengharuskan dia untuk menjadi sarana pelampiasan nafsu kelelakianku.
Kuelus-elus pundaknya, dan kukecup pipinya.
"Kamu sudah berani kurang ajar ya.. Bikin saya terangsang.. Kamu harus tanggung jawab!" kataku sambil menjambak rambutnya gemas.
"Ehh.."
hanya itu erangan yang keluar dari mulut Noni ketika rambutnya kutarik,
sehingga aku dapat leluasa menciumi bibirnya yang indah.
Tangankupun
segera melucuti kancing bajunya. Kuturunkan ke bawah cup BHnya sehingga
buah dada Noni mencuat keluar. Kujilati dengan ganas buah dadanya yang
membusung itu, sambil terkadang kuisap-isap putingnya. Nonipun kembali
mengerang tertahan, seperti suara orang menangis.
Sementara
perutku sudah mulai keroncongan. Sambil terus menikmati buah dada
resepsionis cantikku ini, kulihat jam tangan Rolexku. Wah sudah jam
12.30, pantas aku sudah lapar, pikirku. Akupun ingin cepat-cepat
ejakulasi sehingga dapat segera pergi makan siang.
Segera aku
berdiri agak menyamping menghadap Noni yang masih duduk di sofa. Kubuka
celanaku berikut celana dalamnya, sehingga kemaluanku melonjak keluar
hampir mengenai wajahnya. Kurangkul kepala Noni dengan tangan kiriku,
sementara tangan kananku menyorongkan kemaluanku untuk dihisapnya. Rasa
hangat yang nikmat segera menjalar ditubuhku ketika kemaluanku menerobos
mulutnya. Nonipun menghisapi kemaluan bosnya seperti seorang budak seks
yang patuh.
"Ya.. Begitu.. Pintar kamu.." kataku memujinya, saat kulihat kepalanya yang maju mundur mengulum kemaluanku.
"Mentang-mentang
cantik sudah berani merangsang ya.. Ayo isap terus.. Yeeah you little
slut.." racauku lagi sambil meremasi rambutnya.
Beberapa saat
kemudian kulihat lagi jam tanganku, sekarang sudah jam 12.45, sementara
entah mengapa belum ada tanda-tanda ejakulasi akan aku alami. Mungkin
karena terburu-buru, malah membuat ejakulasiku semakin lama. Sementara
perutkupun semakin keroncongan.
Tak sabar, kutepis tangan Noni
yang memegang kemaluanku. Lalu aku bergeser sedikit sehingga tepat
berada di hadapannya. Kupegang dengan erat kedua belah pipinya, dan
kugenjot kemaluanku ke dalam mulutnya. Semakin lama semakin cepat aku
pompa mulut resepsionis ABGku ini sampai diapun tersedak-sedak. Kucabut
keluar sebentar kemaluanku, sehingga Noni dapat mengambil nafas, lalu
kembali kuhujamkan ke dalam rongga mulut dan kerongkongannya. Tampak air
mata membasahi pipinya yang aku pegang erat.
"Hek.. Hek.." terdengar suara Noni mengerang menahan desakan kemaluanku di mulutnya.
"Ha..
Ha.. Dasar ABG.. Suka kontol kamu ya.. Enak khan kontol besar.. Pacarmu
sudah jelek, kontolnya kecil pula.. Kasihan deh kamu" kataku melihat
dia tersedak-sedak.
Kucabut kembali kemaluanku untuk memberinya
waktu untuk mengambil nafas, dan kemudian kupompa kembali ke dalam
mulutnya. Tak lama aku merasakan hampir mencapai orgasme. Kucabut
kembali kemaluanku.
"Ayo sekarang hisap perlahan.. Yang lembut" perintahku.
Nonipun
kembali dengan patuhnya menghisapi kemaluanku. Kali ini dia yang memaju
mundurkan kepalanya saat mulutnya disesaki oleh kemaluanku. Sementara
tangannya memegang pangkal batangnya.
"Jangan pakai tangan!!" kataku. Nonipun dengan cepat seperti ketakutan melepaskan pegangannya.
"Lihat
sini dong.. Gimana sih!!" tegurku ketika dia memejamkan matanya ketika
mengulum kemaluanku. Nonipun membuka matanya dan menatap ke atas, ke
arahku.
Rasa puas hinggap di sekujur tubuhku dapat mengerjai
karyawan cantik seperti Noni ini. Sambil berkacak pinggang kuperhatikan
Noni dengan lembut menghisapi kemaluanku. Beberapa saat kemudian,
ejakulasiku sudah tak tertahan lagi. Kupegang dengan erat kembali kepala
Noni, dan kuhujamkan kemaluanku ke dalam kerongkongannya. Aku tak mau
spermaku membasahi pakaianku.
Kulirik jam tanganku. Jam 1.05 siang. Akupun bergegas membenahi pakaianku.
"Ayo
cepat.. Cepat!!" perintahku pada Noni yang masih menyeka bibirnya
dengan tisu. Diapun segera membereskan BHnya dan menutup kancing
bajunya. Kamipun keluar ruangan kantorku.
*****
Kuparkir
mobil Mercy metalikku di basement sebuah mal yang tak begitu jauh dari
kantorku. Beberapa waktu yang lalu sebuah bom meledak di depan hotel tak
jauh dari mal tersebut. Semoga saja kali ini tak terjadi hal seperti
itu.
Kubergegas menuju restoran steak kesukaanku. Setelah makan
di restoran franchise dari Afrika Selatan itu, badankupun kembali segar.
Pikirankupun kembali cerah, terlebih setelah aku sempat memuaskan
dahaga seksualku tadi di kantor. Akupun memutuskan jalan-jalan sejenak
di mal sebelum kembali ke kantor, sekalian untuk membeli HP keluaran
terbaru.
Di salah satu lantai mal itu, banyak terdapat counter
penjualan handphone. Akupun mampir ke salah satu counter, dan mencoba
salah satu HP terbaru. Salah satu kelebihan dari HP ini adalah video
recordernya yang dapat merekam hingga 4 menit. Sedangkan punyaku hanya
bisa standard saja, kurang lebih 10 detik. Kuputuskan untuk membeli HP
ini, dan sementara petugas counter telpon itu mengurus pembelianku,
kulihat di counter sebelah, duduk dua orang gadis berseragam SMA. Mereka
kadang melirik ke arahku, dan yang seorang tersenyum ketika mata kami
saling beradu pandang.
Kubalas senyum gadis tersebut. Dia
berparas tidak terlalu cantik, tetapi cukup manis. Berambut panjang,
dengan kulit sawo matang dan badan yang sexy. Badannya tampak sintal
dibalut seragam putih abu-abunya. Tampak buah dadanya yang membusung
menantang. Sementara
Temannya berparas cantik, berkulit putih,
dengan badan yang juga sexy walaupun buah dadanya tidak sebesar gadis
yang pertama. Sekilas wajahnya mirip dengan bintang sinetron remaja di
televisi.
Sebenarnya aku tidak begitu "in the mood" untuk
berkencan dengan kedua gadis tersebut. Maklum, baru saja aku mencapai
orgasme menggarap resepsionisku. Tapi ketika aku beranjak akan pulang
dan melewati mereka, tiba-tiba saja kudengar seseorang bicara.
"Hey.. Oom.. Beliin kita pulsa dong..". Kutengok ternyata si gadis berkulit sawo matang itu yang bicara.
"Pulsa kita sudah habis Oom.. Tolong dong.. Oom baik deh" sambungnya lagi.
"Hus.." temannya yang cantik berkulit putih tampak sungkan dengan perkataan temannya.
Roknya
yang agak mini memperlihatkan keindahan pahanya yang mulus berbulu
halus. Dari celah baju seragamnya terlihat sekilas buah dadanya yang
cukup besar terbungkus BH berwarna krem. Melihat pemandangan indah ini,
berubah pikiranku. Ingin rasanya aku berkencan dengan mereka, terutama
si cantik berkulit putih ini.
"Kenalan dulu dong.." jawabku.
Mereka
kemudian satu per satu memperkenalkan diri. Si gadis berkulit sawo
matang bernama Desi, sedangkan temannya bernama Putri. Memang cocok
dengan wajahnya yang cantik seperti seorang puteri. Akupun kemudian
membelikan mereka pulsa isi ulang seperlunya. Mereka tampak girang.
"Makasih ya Oom.. Si Putri sekarang bisa nelpon pacarnya lagi", kata Desi menggoda temannya.
"Iih.." Putri mencubit temannya itu sambil tertawa.
Memang
dunia remaja itu menyenangkan. Mereka sangat ceria menikmati masa
mudanya, belum terlalu memikirkan hal-hal yang terlalu serius. Just
having fun, mungkin itu motto mereka. Akupun membatalkan rencanaku untuk
kembali kekantor. Kuajak dua gadis SMA ini menemaniku jalan-jalan di
mal tersebut.
"Oom beliin kita baju donk.". Kembali Desi merengek.
Memang
si Desi ini lebih banyak omong, dan yang pasti lebih matre dibandingkan
dengan Putri. Tetapi karena tidak mungkin memisahkan mereka berdua, aku
ikuti saja kemauannya. Semakin berhutang budi mereka padaku, semakin
besar kesempatanku untuk menikmati tubuh belia mereka.
Selesai
shopping, kuajak mereka ke sebuah cafe di mal tersebut. Maksudku agar
kita dapat berbincang-bincang supaya lebih akrab. Kupesan coffee latte
buatku dan mereka memesan soft drink serta tiramisu. Kamipun
berbincang-bincang panjang lebar.
Mereka masing-masing berusia 18 tahun, dan kelas dua sebuah SMA negeri.
Dua-duanya adalah anggota cheerleader sekolah tersebut. Desi mengaku
sedang tidak punya pacar, sedangkan Putri sudah punya seseorang. Desi
sering menggoda kalau Putri adalah bunga SMAnya. Banyak yang
mengejar-ngejarnya untuk dijadikan pacar.
"Bohong tuh Oom.. Jangan percaya.." kata Putri sambil merengut lucu ke arah Desi.
"Oom sih percaya.. Habis kamu cantik sih.." jawabku.
"Mirip ini lho.. Siapa sih yang di TV itu.. Oom pernah nonton sinetronnya."
"Oh.. Masayu Anastasia.. Memang mirip kok Oom.." jawab Desi.
"Mungkin kembar.. Cuma yang satu jadi bintang sinetron.. Yang ini jadi bintang mal.."
Kamipun
tertawa mendengar celetukkan Desi. Sampai-sampai beberapa orang di cafe
tersebut menengok ke arah kami. Beberapa pria tampak melihat dengan
bernafsu kepada kedua gadis ini, terutama pada Putri. Sesudah bosan
berada di cafe tersebut, kuajak mereka jalan-jalan keluar. Kamipun
berjalan menuju tempat parkir di basement.
"Wow.., mobilnya keren banget Oom.. Sama kaya orangnya" kata Desi setelah kami sampai di mobilku.
Kubuka
pintu mobilku dan Desipun duduk di kursi depan di sebelahku. Aku agak
kecewa karena sebenarnya aku ingin Putri yang duduk di situ. Tak lama
kamipun meluncur meninggalkan mal tersebut. Sesekali kulirik lewat kaca
spionku, Putri yang sedang duduk dibelakang. Tampak dia menyadari kalau
aku perhatikan, dan dia hanya tersenyum tersipu.
"Mau kemana nih?" tanyaku membuka percakapan setelah suasana hening sejenak.
"Terserah Oom aja deh" sahut Desi. Memang Desi ini kelihatannya lebih bandel dan berani.
"Oom capek nih.. Gimana kalau kita istirahat dulu di motel?"
"Desi sih Ok aja. Put, gimana loe?"
"Nggak ah.. Putri ada janji sama cowok Putri nih"
Aku sangat kecewa mendengarnya. Yang aku incar Putri, malah dapatnya Desi.
"Sebentar aja deh.. Kasihan khan Desi sendirian" kataku.
"Iya Put.. Gimana sih loe.. Gampang deh loe cari alasan aja" tukas Desi lebih lanjut.
Karena
tidak ada jawaban dari Putri, kuanggap saja dia setuju untuk menemani
Desi dan aku beristirahat di motel. Tak lama kami sudah sampai di motel
langgananku. Desi dan aku turun di garasi dan menuju kamar.
"Gue tunggu di mobil aja ya Des"
"Duh gimana sih.. Udah deh loe ikut aja. Di dalam loe diam aja juga nggak apa kok" jawab Desi.
Akhirnya
kami bertiga masuk ke dalam kamar motel itu. Seperti biasa, petugas
motel datang untuk menarik pembayaran. Aku membook untuk 6 jam seperti
biasa.
Setelah petugas motel pergi aku merebahkan diriku di atas
ranjang. Putri tampak duduk di kursi yang tersedia di pojok kamar.
Sementara Desi pergi ke kamar kecil.
Setelah muncul kembali, Desi
kemudian ikut rebahan di ranjang bersamaku. Kulingkarkan tanganku pada
pundaknya dan kuelus-elus dia. Tak ada rotan akarpun jadi, pikirku. Toh
Desi juga lumayan manis dan badannyapun sexy. Tak lama akupun sudah
menciumi bibirnya sambil tanganku meraba-raba dadanya.
"Put.. Sini donk.. Nggak apa cowok loe nggak bakal tau " ajak Desi.
"Nggak ah.. Des.. Gimana sih gue ditungguin cowok gue nih" jawabnya sambil mengambil HP dari tas sekolahnya.
"Udah deh loe telpon aja.. Cari alasan apa kek"
Putri
kemudian tampak menelpon pacarnya. Sayup-sayup kudengar suaranya
mengatakan kalau dia sedang ada tugas sekolah. Tak kudengar percakapan
selebihnya karena Desi sudah menciumiku penuh gairah.
Kubuka baju
sekolah Desi dan sekalian kubuka pengait BHnya. Begitu kuloloskan
penutup dadanya, gumpalan daging kenyal Desi tampak begitu menggoda.
Langsung kuciumi dan kujilati buah dada itu dengan rakus. Kuhisap-hisap
putingnya sambil mataku menatap Putri yang tampak termangu menyaksikan
sahabatnya sedang aku gumuli.
Kubuka juga rok abu-abu Desi
sehingga tampak celana dalamnya yang berwarna hitam berenda. Kusibakkan
celana dalam itu, sehingga jariku dapat meraba bibir vaginanya. Desipun
melenguh nikmat ketika jariku menemukan klitorisnya. Sementara itu,
mulutku masih dengan rakus menikmati buah dada gadis SMA ini.
Desi
yang sudah sangat bernafsu kemudian berbalik menindih tubuhku. Dengan
cepat dia melucuti kancing kemejaku. Dihisapnya puting dadaku satu
persatu, sementara tangannya melucuti celanaku.
"Desi buka dulu ya Oom" katanya sambil bangkit duduk dan membuka seluruh pakaianku.
Tak lama akupun tinggal bercelana dalam, dan tampak kepala kemaluanku mencuat keluar tak mampu tertampung di dalamnya.
"Ihh..
Besar sekali Oom.. Put.. Sini deh loe lihat.. Punya si Oom gede banget"
kata Desi sambil mengelus-elus kemaluan dari balik celana dalamku.
Desipun
kemudian membuka celana dalamku, dan kemaluanku yang sudah berontak
tampak berdiri tegak menjulang dengan gagahnya dihadapan mata kedua
gadis remaja ini.
"Gila.. Gede banget.. Bikin Desi nafsu.." kata Desi sambil menundukkan kepalanya mulai menjilati kemaluanku.
Desi
menjilati kemudian mengulum kemaluanku. Kulirik tampak Putri melihat
adegan ini dengan muka yang memerah, dan tangannya tampak meraba-raba
dadanya tanda dia mulai terangsang.
"Put.. Bantuin gue dong.."
kata Desi sambil terus menghisapi kemaluanku. Kuelus-elus rambutnya yang
panjang itu. Kadang tanganku berpindah ke dadanya yang sekal dan
kupermainkan puting susunya.
"Put.. Enak banget Put.." desah Desi
lebih lanjut sambil dia menjilati kemaluanku. Putri tampak sudah tak
bisa lagi menahan nafsunya melihat sahabatnya sedang mengulum
kemaluanku. Dia bangkit dari kursinya dan berjalan ke arahku.
Putri
merebahkan badannya di sampingku. Langsung kurengkuh wajahnya yang
cantik dan kuciumi dengan penuh gairah. Tangankupun bergerilya membuka
kancing baju seragamnya. Dadanya yang putih bersih terbalut BH warna
krem sangat mengundang hasrat siapapun yang melihatnya. Tanpa tunggu
lebih lama lagi, aku langsung membuka BHnya. Buah dada Putripun tampak
jelas di depan wajahku. Bentuknya yang padat dibalut oleh kulitnya yang
putih mulus membuatku gemas. Kuciumi dan kuhisap buah dadanya sambil
sesekali kujilat puting susunya yang berwarna merah muda.
"Sstt.. Hah.. Sstt.. Hah " Putri mendesis ketika buah dadanya yang ranum itu sedang kunikmati sepuas hati.
Sementara
itu, Desi masih sibuk menjilati dan mengulum kemaluanku. Terkadang
dihisapnya juga buah zakarku. Tatkala mulutnya memberikan kepuasan
padaku, tangannya tampak sibuk meremas-remas buah dadanya sendiri.
Setelah aku puas menikmati buah dada Putri, kudorong sedikit tubuhnya ke
arah selangkanganku.
"Ayo isap punya Oom ya"
Tanpa menjawab, dia langsung menciumi dan menjilati pahaku.
"Nih Put.." kata Desi sambil mengeluarkan kemaluanku dari mulutnya.
Tangan
Putri yang halus memegang batang kemaluanku. Dipandangnya dengan gemas
kemaluanku, kemudian dia menurunkan kepalanya dan mulai menjilati kepala
kemaluanku. Tak lama, dia sudah mengulum kemaluanku di dalam mulutnya
yang memberikan kenikmatan luar biasa padaku. Sementara mulutnya
mengulum, tangannya mengocok-ngocok batang kemaluanku.
Setelah
beberapa lama, diberikannya kembali kemaluanku pada Desi. Dengan sigap,
Desipun kembali menghisapi kemaluanku lagi. Demikian berlangsung terus
menerus. Secara bergantian Putri dan Desi menghisap kemaluanku. Tampak
kemaluanku yang besar menyesaki mulut kedua gadis pelajar belia ini.
Putri
kemudian berdiri dan melepas pakaiannya. Tampak vaginanya bersih tak
ditutupi rambut selembarpun. Dinaikinya tubuhku dan tangannya
mengarahkan kemaluanku pada liang vaginanya. Diturunkannya tubuhnya dan
kemaluankupun mulai menerobos liang vaginanya yang sempit.
"Ooh..
Des.. Besar banget nih si Oom.. Ahh.." desah Putri ketika kemaluanku
telah berhasil memasuki liang kemaluan gadis remaja ini.
"Tapi enak khan.." tanya Desi menggoda
"Iya
sih.. Aduh.. Oh.. Sstt.. Hah.. Hah.." erangnya lagi ketika aku mulai
menggenjot vaginanya. Tanganku memegang pinggangnya sambil terus kupompa
liang nikmat gadis cantik pelajar SMA ini.
Sementara Desi
berpindah ke sampingku dan menyodorkan buah dadanya ke mulutku. Dengan
senang hati kunikmati buah dadanya yang besar itu.
"Oom.. Gimana Oom.. Enak khan ngentotin Putri?" tanya Desi menggoda.
"Dia jarang lho mau begini.. Oom beruntung banget" katanya lebih lanjut.
Putri
masih meliuk-liukan tubuhnya. Akupun terus menggenjot vaginanya dari
bawah, sambil sesekali tanganku meremasi buah dadanya yang berayun-ayun
menggemaskan. Setelah bosan dengan posisi itu, aku membalikkan tubuh
Putri sehingga kami berada pada posisi missionary. Kugenjot kemaluanku
dalam vagina gadis belia ini, sambil mulutku menciumi wajahnya.
"Ehmm.. Sstt.. Oom.. Enak.. Ohh" racau Putri ketika aku menyetubuhi tubuh mulusnya.
"Ayo isap puting Oom" perintahku. Putripun kemudian menghisap puting dadaku sementara aku terus memompa kemaluannya.
Tak
lama tubuh Putripun mengejang, dan dia mengerang dan menggelinjang
mendapatkan orgasmenya. Kutarik kemaluanku dari vaginanya, dan kuciumi
Desi yang berada di sebelahku. Kulepas celana dalamnya, lalu kuminta dia
menungging membelakangiku. Dengan gaya doggy style kusetubuhi Desi dari
belakang.
"Aduh.. Oom.. Kuat banget.. Ohh.." erang Desi ketika aku memompa kemaluannya.
Kulihat Putri tampak lemas berbaring di ranjang menyaksikan persetubuhanku dengan Desi, sahabatnya.
"Oom.. Desi hampir sampai Oom.. Eh.. Eh.."
Tak
lama tubuh Desipun menggelinjang mendapatkan orgasmenya. Masih kugenjot
kemaluan gadis SMA ini, sambil sesekali kuremas buah dadanya yang
bergoyang-goyang menantang. Aku merasakan sebentar lagi akan ejakulasi.
Tak lama akupun menarik kemaluanku dan menyemburkan spermaku di
bongkahan pantat Desi yang bundar.
*****
"Makasih ya Oom"
kata mereka ketika aku turunkan di halte bus terdekat. Sebelumnya tak
lupa kami bertukar no HP sehingga dapat kontak sewaktu-waktu.
Dengan
perasaan puas dan bertambah muda, kubalikkan arah mobilku di putaran
jalan. Karena hati sedang senang sehabis menyetubuhi dua gadis ABG,
kuberikan uang lima ribuan pada Mr. Cepek yang sedang mengatur jalan.
"Makasih banyak bos" serunya senang.
Kukebut
mobilku pulang menuju apartemenku. Tiba-tiba kuingat kalau aku baru
saja membeli HP baru. Mengapa tidak kupakai tadi untuk merekam adegan
persetubuhanku. Well.. There is always next time, pikirku.
Lagu
"So Good" nya Al Jarreau mendayu-dayu dalam mobilku. Lagu itu tepat
sekali menggambarkan perasaanku saat itu. It is so damn good..
TAMAT.