Gairah Liar Di Tengah Pendakian
Namaku Asep, umurku 30 tahun. Saya belum menikah alias masih lajang.
Pendidikanku hanya tamat SMP negeri di desaku di kawasan Puncak, Bogor.
Itu pun sudah 2 kali tidak naik kelas. Saya tidak mempunyai pekerjaan
yang tetap, pernah jadi satpam di sebuah villa, tetapi sudah berhenti,
karena pekerjaannya yang tidak jelas. Pekerjaan sebagai satpam, menurut
saya tidak ada tantangannya, setiap hari hanya jaga terus. Dan gajinya
juga tidak seberapa, hanya Rp 250.000,00. Setelah tidak lagi menjadi
satpam, saya bekerja serabutan. Pernah ikut bapak menjual sayur di pasar
Cipanas, tetapi tidak saya teruskan. Pernah jadi kuli borongan
bangunan, tetapi karena sepi, saya dikeluarkan. Pernah jadi supir angkot
sebentar lalu dikeluarkan, karena sering ditilang polisi. Tetapi
pekerjaan yang kini saya jalani sesuai dengan hobby saya. Saya senang
sekali naik gunung. Waktu masih SMP, seminggu sekali saya bersama
teman-teman mendaki gunung Puteri. Saya sudah hafal sekali akan jalan di
daerah itu. Saya mengerti persis mana jalan pintas menuju puncak gunung
itu dan mana jalan berkeloknya. Tempat air terjun pun saya mengerti,
ada yang letaknya begitu sepi dan menarik, atau yang agak ramai di
datangi pengunjung. Akhirnya, saya bekerja menjadi pemandu di gunung
Puteri. Para tamu menggunakan jasa saya untuk menemani mereka mendaki
gunung, karena mereka mendengar cerita dari rekan mereka yang pernah ke
puncak gunung Puteri dengan saya. Dalam sebulan, saya bisa 4 atau 5 kali
mendapat tamu yang minta di antar ke puncak gunung itu. Setelah, saya
mengantar mereka ke tempat menarik di sekitar gunung itu, mereka selalu
memberi upah yang lumayan, apalagi kalau tamunya orang asing atau bule,
minimal 100 dollar saya dapatkan dari mereka untuk sekali pendakian.
Saya memang tidak pernah memberi tarif, karena di lain pihak, saya juga
menikmati perjalanan ini dan saya pun bisa menyalurkan hobby saya.
Biasanya kami mulai start sekitar pukul 01.00 dini hari, sampai di
puncaknya sekitar pukul 5 pagi. Di sana kami bisa berhenti dan
duduk-duduk untuk menikmati sunrise yang indah. Bermacam ragam tamu yang
pernah saya antar, untuk mendaki gunung itu, ada murid-murid SMA,
mahasiswa/i, bahkan tamu asing pun sering pula saya antar ke puncak.
Biasanya setelah menikmati sunrise, saya mengajak mereka ke air terjun
untuk menikmati dinginnya air itu. Lama perjalanan ke air terjun dari
tempat kami menikmati sunrise sekitar 1 jam. Memang agak jauh, tetapi
amat menyenangkan. Karena suasana dan udara seperti ini tidak bisa
mereka alami di kota besar.
Sekali waktu pada pertengahan Juni 2009, saya mendapat tamu, yakni dua
orang wanita bule dari Australia yang meminta saya menemani mereka,
namanya Francesca dan Andrea. Meskipun bule, mereka lumayan fasih
berbahasa Indonesia. Bagi mereka, bahasa Indonesia termasuk bahasa yang
mudah dipelajari dan itu menjadi salah satu pelajaran ekstrakulikuler
sewaktu mereka dahulu di Senior High School (SMA). Dalam rangka mengisi
liburan kerja, mereka berencana untuk camping selama 3 hari 2 malam.
Keberadaan mereka di Indonesia, khususnya di Jawa Barat ini memang
cepat, karena keterbatasan ijin yang mereka dapatkan dari pimpinan di
mana mereka bekerja. Mereka hanya diperbolehkan mengambil libur seminggu
oleh pimpinan mereka. Karena mereka menjunjung tinggi nilai-nilai
kedisiplinan, maka mereka menggunakan waktu yang sempit ini
sebaik-baiknya untuk menikmati Gunung Puteri. Hari Senin sore sekitar
pukul 3, saya sudah menunggu mereka di restoran Simpang Raya. Ada
sekitar 30 menit saya menunggu mereka, tentu saja dengan sudah
mempersiapkan segala keperluan pribadi untuk camping. Sedang asyik
merokok saya melihat ada 2 turis perempuan dengan tas ranselnya
masing-masing turun dari sebuah mobil carteran. Saya mendekati mereka
lalu menyapa dengan bahasa Inggris yang amat pas-pasan dan ala kadarnya,
maklum nilai bahasa Inggris saya di raport kalau tidak 3 atau 4
"Francesca and Andrea? You..."
Kemudian mereka menjawab: "Yes, we are Cesca and Dhea. Are you bapak Asep?"
Menjawab pertanyaan itu, dalam bahasa Inggris yang ngawur, saya cuma
bisa bilang: "Yes.. I... Asep. Only call me Asep, no bapak. Still young.
Ok?"
Mereka tersenyum dan tertawa, lalu saya terkejut
"Oh, anda bapak...oh sorry Asep? Senang berjumpa anda yang meluangkan waktu untuk kami kemping dan mendaki gunung Puteri ini."
Hah...rupanya mereka mengerti bahasa Indonesia dengan logat bule mereka
yang kental. Kami saling berkenalan dan istirahat sebentar di sekitar
simpang Raya. Dari perkenalan itu, saya tau mana Francesca, yang
dipanggil Cesca. Dan mana Andrea, yang dipanggil Dhea. Kedua bule ini
masih muda, umurnya 24 tahun. Mereka bekerja di tempat yang sama di
bagian keuangan sebuah perusahaan bir. Cesca dan Dhea adalah bule yang
cantik dan menarik. Hidung mereka mancung sekali, matanya kebiru-biruan,
dan kalau mereka berdiri, saya hanya sepundaknya saja. Kulit mereka
tidak seperti kebiasaan kulit orang bule lainnya yang kasar, begitu
lembut dan halus kulit mereka yang berwarna putih agak kemerahan. Rambut
Cesca agak lebih panjang daripada Dhea, warnanya pirang, sedangkan
rambut Dhea agak merah. Yang menarik juga pada diri mereka adalah
payudaranya yang lumayan montok. Karena kaos yang mereka kenakan agak
rendah, beberapa kali saya bisa melihat belahan dadanya yang ranum itu.
Tampak payudara itu bergerak-gerak di balik kaos yang mereka pakai.
Sebelum beranjak dari tempat itu menuju tempat kemping yang memakan
waktu 1,5 jam perjalanan dengan menyewa angkot, kedua cewek bule itu
mengajak saya makan. Akhirnya mereka memutuskan untuk makan sate
kambing. Kami memesan 3 porsi sate kambing dan makan bersama di tempat
itu, bedanya kalau saya memakannya dengan nasi, mereka tanpa nasi.
Tampak ceria sekali mereka berdua, terkadang mereka bercanda dalam
bahasa Inggris, sehingga saya tidak mengerti apa yang mereka
perbincangkan. Yang saya lihat, bila Cesca mengambil sate itu dan
memasukkannya ke dalam mulut, Dhea menggodanya, seolah mau merebut sate
itu. Dan bila Dhea akan menggigit sate itu, maka Cesca akan menahan
tangan Dhea, sehingga Dhea agak terhambat memasukkan sate itu ke dalam
mulutnya. Melihat mereka yang sedang bercanda, saya hanya bisa
senyum-senyum saja, dan mereka juga ikut tersenyum. Saya yang tidak
mengerti akan apa yang menjadi bahan bercanda mereka, sepertinya
menangkap kalau mereka sedang bercanda yang jorok alias porno. Mungkin
mereka membayangkan, bahwa sate yang mereka pegang dan masukkan ke dalam
mulut itu ibarat kemaluan pria.
“Ah dasar bule”, saya hanya bergumam di dalam hati.
Setelah acara makan selesai, Cesca mau mengambil sesuatu dari tas
ranselnya, otomatis dia membungkukkan badannya. Pada saat itu, tanpa
disengaja, saya melihat gumpalan payudara Cesca yang putih montok itu.
Sesaat saja, saya melihat pemandangan itu. Untungnya Andrea sedang ke
wc, sehingga saya dengan leluasa melihat pemandangan indah itu tanpa
ragu. Kemudian Cesca mengeluarkan sebungkus rokok dari ranselnya itu.
Sebagai ungkapan ramah, saya menyodorkan korek api kepadanya dan setelah
rokok itu menyala, kelihatan sekali Cesca menikmati rokok itu. Setelah
Dhea kembali dari WC, ia pun ikut merokok. Rupanya Dhea lah yang
membayari makan sore kami itu. Setelah dirasa cukup istirahat, kami
akhirnya memutuskan untuk berangkat ke tempat kemping. Sekitar pk 5
sore, kami meninggalkan Simpang Raya menuju tempat kemping yang jaraknya
sekitar 1,5 jam perjalanan. Cuaca sore hari itu cerah, dan tepat pk
6.30 sore, kami sudah tiba di tempat itu. Tempat kemping kami begitu
sunyi dan sepi, jauh sekali dari rumah penduduk, hanya ada suara air dan
binatang. Tempat ini, sepertinya sudah menjadi tempat khusus bagi saya
untuk kemping. Masing-masing pemandu di sini sudah saling mengerti akan
tempatnya masing-masing, sehingga tidak main serobot saja. Di tempat itu
kami membuat 2 kemah, 1 kemah kecil yang cukup untuk saya pribadi, dan 1
kemah yang agak besar untuk Cesca dan Dhea. Setelah selesai mendirikan 2
kemah, Cesca dan Dhea hendak mandi di sungai. Letak sungai itu tidak
begitu jauh, hanya sekitar 50 m saja. Saya tidak berniat mandi malam
itu, karena td sudah mandi di rumah sebelum menjemput mereka. Sementara
mereka mandi, saya mengumpulkan beberapa batang kayu kering yang ada
disekitar sana untuk membuat perapian. Hal ini saya lakukan supaya ada
kehangatan di tengah udara dingin ini, dan membuat keadaan di sekitar
menjadi agak terang.
30 menit kemudian Cesca dan Dhea kembali dari mandinya di sungai, mereka
tampak segar. Memang cantik kedua cewek bule ini dan seksi, gumam saya
dalam hati. Mereka kini mengenakan hotpans yang memperlihatkan paha
mereka yang montok dan mulus. Saya juga menyaksikan di balik kaos yang
mereka kenakan, tampak tonjolan sepasang puting payudara mereka, yang
kelihatannya tidak dibungkus oleh bra. Sexy sekali mereka malam ini. Di
tempat kemping itu, kami ngobrol untuk rencana kegiatan selanjutnya.
Suasana menjadi nyaman dan kami bisa saling berkomunikasi. Saya pun
bilang kepada mereka, bahwa mereka adalah turis yang paling cantik yang
pernah saya temani, dan juga mengatakan bahwa mereka sexy sekali.
Mendengar pengakuan saya, mereka tertawa penuh bangga dan berterima
kasih atas pujian itu. Mereka terkadang menggunakan bahasa Inggris saat
bercanda, yang sepertinya merahasiakan sesuatu kepada saya. Dari
perbincangan kami malam itu, mereka memutuskan hendak menikmati sunrise
dari puncak gunung. Akhirnya kami sepakatmaka untuk berangkat dari
tempat kemah sekitar pukul 1 pagi. Saya mempersilahkan mereka membawa
barang secukupnya supaya tidak repot di jalan, tentu saja uang dan
barang berharga mereka harus dibawa, sedangkan yang lain dapat
ditinggalkan di dalam tenda. Saya menjamin, semuanya akan aman. Mereka
menyetujui usul saya. Setelah menjelaskan rute perjalanan dan
tempat-tempat yang akan dilewati, mereka bertanya tentang air terjun
yang indah itu. Saya pun menjelaskannya dalam bahasa Indonesia. Begitu
antusias Cesca dan Dhea, mendengar penjelasan saya, khususnya mengenai
air terjun itu yang airnya bukan saja menyegarkan tubuh, tetapi juga
bisa dipercaya membuat awet muda. Rupanya ke dua cewek bule yang cantik
dan seksi ini mau awet muda juga. Setelah menjelaskan itu semua, saya
menyarankan untuk istirahat. Waktu saat itu sudah menunjukkan pk 10.00
malam, berarti masih ada waktu sekitar 3 jam untuk istirahat. Cesca dan
Dhea menyetujui hal itu, dan malam itu mereka istirahat. Saya masih di
depan tenda, memikirkan rencana perjalanan besok. Sedang enak-enaknya
berpikir sambil merokok, saya bisa melihat apa yang di lakukan Cesca dan
Dhea di dalam tenda itu. Jelas kelihatan dari tempat duduk saya, bila
memandang ke tenda yang mereka tempati dengan hanya di terangi lampu
kecil di dalamnya, Cesca dan Dhea melepaskan kaosnya masing-masing.
Jelas sekali siluet tubuh mereka dengan tonjolan payudaranya yang indah
membayang seolah menembus tenda itu. Betapa cantik dan molek ke dua
cewek bule itu.
Pemandangan itu tentu saja membuat saya terangsang. Tetapi, saya tidak
berani bertindak sembarangan. Saya pun akhirnya masuk ketenda untuk
istirahat, supaya tubuh ini tetap sehat saat perjalanan sebentar pagi.
Sekitar pk 00.30 lewat, saya keluar tenda dengan baju yang tebal dan
berlapis-lapis untuk mengusir hawa dingin, lalu membereskan
barang-barang yang nanti akan saya bawa. Saya menunggu mereka di luar
tenda. Sekitar 20 menit menunggu akhirnya Cesca dan Dhea keluar dari
tendanya, rupanya mereka sudah menggenakan kaos yang semalam mereka
pakai, tetapi masih mengenakan hotpansnya. Setelah memakai sepatu,
mereka mengenakan jaket mereka masing-masing. Melihat hal itu, saya
berpikir dalam hati dan menilai bahwa mereka cukup nekad berhadapan
dengan hawa dingin, bukannya pakai celana panjang, tetapi pakai celana
hotpans yang bahannya dari kaos. Mungkin mereka sudah biasa di hawa
dingin, sehingga tahan dengan hawa seperti ini. Setelah dirasa siap
semua, kami pun berangkat. Dalam perjalanan, yang saya perhatikan,
mereka saling becanda dan menggoda. Terkadang mereka saling menyentuh
anggota tubuh mereka masing-masing, bahkan saya melihat kalau Dhea
dengan nakalnya meremas payudara Cesca. Tindakan itu, terkadang membuat
saya risih, apalagi saat Cesca mau membalas ke Dhea. Dhea seolah menjauh
dan berlindung di balik tubuh saya, akibatnya saya dijepit dua arah
oleh kedua cewek bule itu. Terkadang lengan saya, tanpa saya kehendaki,
bersentuhan dengan payudara Cesca dan Dhea yang ranum itu. Begitu empuk
payudara itu, saya pun jadi terangsang dengan tingkah becanda mereka
yang memberi keuntungan pada saya. Mereka tampil seperti anak kecil yang
sedang bercanda, dan sayalah yang menikmati enaknya. Dalam perjalanan
itu, hawa dingin dan sepi menyelimuti kami. Bagi saya yang mengenakan
baju hangat, tidak begitu terganggu dengan hawa dingin ini, begitu pula
Cesca dan Dhea, karena mereka terus bercanda, sehingga mereka merasa
hangat. Tak terasa, akhirnya kami sampai di puncak gunung, langit mulai
terang. Tak beberapa lama kemudian, kami menikmati terbitnya matahari
perlahan demi perlahan. Saya duduk di atas sebuah batu sambil menikmati
keceriaan mereka. Tak henti-hentinya mereka mengabadikan terbitnya
matahari dengan kameranya. Silih berganti pula, mereka saling foto,
sampai akhirnya saya pun diajak untuk berfoto bersama dengan mereka.
Saya merasakan, inilah pengalaman yang paling indah dan menyenangkan
selama saya menemani tamu.
Tak terasa, waktu sudah menunjukkan pukul 7 pagi, dan
kami memutuskan untuk menuju air terjun. Perjalanan menuju air terjun,
kami tempuh sekitar 1 jam lebih. Hawa dingin yang baru saja kami alami,
kini sudah berganti dengan teriknya sinar matahari. Karena hawa sudah
mulai hangat, saya melepas baju dingin dan jaket lalu memasukkannya ke
dalam tas ransel. Cesca dan Dhea pun melakukan yang sama, mereka
melepaskan jaketnya. Kembali pemandangan yang semalam saya lihat, muncul
lagi pada pagi ini. Sekali-sekali saya melirik tubuh mereka yang
terbuka, yakni paha dan belahan dada mereka. Saya bisa menerka, kalau
mereka saat ini tidak menggenakan bra. Sepertinya sudah menjadi
kebiasaan mereka dengan berpergian tanpa bra. Untung saja, jalan yang
kami lalui sepi sekali. Selama dalam perjalanan, kami tidak berjumpa
dengan orang lain. Kini saya bisa membayangkan betapa padatnya tubuh
mereka berdua, dengan payudara yang montok, dan paha yang mulus.
Keringat yang keluar dari ubun-ubun kepala mereka mengalir melewati
pipi, menambah betapa seksinya mereka saat itu. Beberapa kali saya
melihat Cesca dan Dhea mengelap keringat di kening mereka dengan
mengenakan ujung kaos mereka. Akibatnya, beberapa kali pula saya melihat
tubuh ramping mereka yang begitu putih saat mereka mengelap keringat di
dahinya dengan ujung kaos itu. Bahkan, saya bisa melihat payudara Cesca
yang putingnya berwarna kemerahan saat ia mengusap keringat di dahinya.
Mereka pun tetap becanda penuh gembira dihadapan saya, becanda yang
membangunkan kelelakian saya. Bayangkan saja, Cesca dengan begitu
nakalnya membantu Dhea mengusap dahinya yang berkeringat dengan
mengangkat ujung kaos Dhea tinggi-tinggi sehingga payudara Dhea yang
sekal dan berisi tanpa ditutup bh, kelihatan jelas di hadapan saya.
Betapa putingnya itu, menantang untuk dihisap. Dhea yang diperlakukan
spt itu, bersijap cuek saja. Bahkan, Dhea membalas perlakuan Cesca itu
dengan juga mengangkat ujung kaos itu, dan mengusap wajah Cesca. Itulah
becandanya cewek bule yang sangat sensasional, seolah membangkitkan
nafsu saya. Sesampainya di air terjun itu, suasana begitu sepi, hanya
kami bertiga yang ada di sana. Sejuk sekali air itu, sehingga saya ingin
mandi di sana. Tetapi saya sadar, lalu berpikir untuk menunda mandi.
Lebih baik, saya menunggu keinginan tamu saya itu. Rupanya Cesca dab
Dhea sudah melepas sepatu mereka, dan meletakkannya di atas bebatuan.
Mereka sedang asyik main siram-siraman air. Terkadang kenakalan mereka
keluar dengan menyiram tubuh saya dengan air. Karena suasana sudah
akrab, saya meletakkan ransel saya dan melepas sepatu gunung saya dan
ikut dalam keriangan mereka. Saya membalas perlakuan mereka yang
menyiram saya dengan perlakuan yang sama. Baju kami masing menjadi
basah. Dan akhirnya, suatu pemandangan yang indah sekali ada di hadapan
saya.
Saya begitu terkejut, ketika Cesca dan Dhea melepaskan kaosnya
masing-masing. Kini di hadapan saya, terpampanglah dua tubuh sexy yang
luar biasa indahnya, telanjang dada. Betapa indah, putih dan mulusnya
tubuh kedua wanita bule itu dengan sepasang payudaranya yang montok,
ranum dan indah itu. Tidak ada sedikit pun rasa malu yang saya lihat
pada wajah mereka. Bahkan lebih gila lagi, tiba-tiba Cesca menurunkan
celana hotpans Dhea, bersamaan dengan cdnya. Begitu pula sebaliknya,
Dhea menurunkan celana hotpant Cesca dan meloloskannya lewat kaki indah
itu. Luar biasa pemandangan indah yang saya saksikan di tempat itu.
Tubuh Cesca dan Dhea, bugil polos tanpa tertutup benang sehelaipun
terlihat bebas di hadapan saya. Sepasang tubuh yang mulus, tubuh wanita
bule dalam keadaan telanjang bulat. Tidak ada rasa malu atau risih dari
mereka, justru saya yang terbengong menatap tubuh bugil mereka. Bahkan,
dengan menggunakan bahasa Indonesia yang sudah dikuasai, mereka mengajak
saya untuk terlibat dalam keriangan itu sambil mandi bersama. Dengan
berlagak malu, kulepaskan kaos dan celana panjangku. Meskipun aku paham
sekali kalau jam segini, lokasi ini pasti sepi, aku tetap tidak berani
membuka cd ku, penutup terahir yang menempel menutup penisku. Saya
mengagumi keberanian kedua cewek bule ini yang sangat berani tampil
bugil. Perlahan-lahan saya dekati mereka, dan mereka menyambut ke
datangan saya dengan tepuk tangan. Nikmat rasanya mandi bersama ke dua
wanita bule yang sudah bugil itu. Tiba-tiba aku terkejut dan bingung
juga ketika Cesca memasukkan tangannya yang lembut ke dalam cdku dan
meremas batang penisku yang sudah menegang. Dari beberapa wanita yang
pernah main sama aku, mereka selalu mengatakan kalau penisku ini besar
dan panjang. Mereka sangat puas bersetubuh denganku. Misalkan saja ce
Maya, istri simpanan juragan angkot yang bahenol itu yang pernah
mengajakku main gila, begitu nafsu sekali saat aku setubuhi. Ce Maya
memuji keperkasaan penisku yang mendatangkan kenikmatan itu. Gilanya
lagi, perlakuan Cesca padaku, membuat saya menikmati remasan jemarinya
yang lentik di penisku. Saya pun membalasnya dengan meremas payudara
Cesca dan memainkan putingnya. Dia diam saja dan membiarkan tubuh
telanjangnya yang indah itu diraba dan diremas oleh tangan saya. Dhea
yang berada dekat dengan kami, tidak tinggal diam, dia pun dengan
menempelkan payudaranya yang sekal dan bening itu, menarik turun cd yang
saya pakai sampai lepas dari tubuh saya. Akhirnya, kini kami bertiga
telanjang bulat, bugil polos. Aku kagum akan tubuh Cesca dan Dhea yang
putih mulus, payudara yang mengantung indah dihiasi putingnya yang
menawan, dan vagina yang menantang dengan dihiasi bulu kemaluan yang
juga pirang itu. Sungguh suatu pemandangan indah yang menarik untuk
disantap, sudah tersedia di hadapanku. Rupanya mereka kagum dengan
batang penisku yang sudah membengkak itu, begitu kencang, besar dan
panjang.
Tak henti-hentinya mereka meremas penisku yang sudah tegang itu dan
mengelus biji pelirku. Aku pun membalas perlakuan mereka dengan
melingkarkan tanganku pada pundak mereka dan mencomot payudara mereka
serta meremasnya lembut. Memang kontras sekali antara tubuh mereka yang
begitu halus, indah, bening bagai pualam, dibandingkan dengan tubuhku
yang kurus, kasar dan hitam ini. Kalau di film bokep, ibarat bule dan
negro. Kuraba tubuh ke dua wanita bule itu, tanganku meliar menyusuri
lekukan tubuh indah itu. Ketika Cesca menciumku, kubalas ciuman itu
dengan nafsu yang menggelora. Kuremas bongkahan pantat Cesca yang empuk
itu, kupeluk dia begitu rapat dan kucium bibirnya dengan penuh nafsu.
Tubuhku dan Cesca berhimpitan saling berhadapan. Dhea pun tidak mau
kalah, dia merapatkan tubuh bugilnya yang mulus itu dan memelukku dari
belakang. Hangat sekali diriku dihimpit oleh kedua tubuh telanjang cewek
bule yang cantik itu. Silih berganti Cesca dan Dhea meremas-remas
penisku. Ciumanku pun beralih, bukan saja ke bibir Cesca, tetapi juga ke
mulut Dhea. Cesca lalu merendahkan tubuhnya, dan oogghhh...dia menciumi
dan menggelitik batang penisku dengan lidahnya. Nikmat sekali emutan
mulut Cesca mempermainkan penisku di dalam mulutnya itu. Sedotannya yang
liar membuat aku mengelinjang penuh nikmat. Aku pun tidak tinggal diam,
kini payudara Dhea menjadi sasaran mulutuku. Kuciumi sepasang payudara
indah itu, kujilati kulitnya yang putih bersih dan kusedot pentilnya
yang sudah menegang itu...eeegggssshhhh... Dhea mulai melenguh penuh
nikmat. Lenguhan Dhea berubah menjadi keras, ketika jemari tanganku
mulai mengerjai vaginanya yang dihiasi bulu-bulu halus itu. Kusentuh
vagina Dhea dan kumasukkan jari tengahku, mengobok liang vaginanya,
sambil mulutku menyedot puting susunya. Dia melenguh hebat dengan
mendongakkan kepalanya dan membuka mulutnya
“Eeeesssshhh...ooouuugghhhh...aahhhsss!!” erangnya
Kukerjai habis tubuh Dhea yang indah itu, sampai dia orgasme dengan
jemariku di liang vaginanya. Tubuh Dhea melemas dalam pelukanku, dan dia
kembali menciumku dan memelukku sebagai ungkapan terima kasih atas
kepuasan yang sudah dia dapatkan dariku. Setelah itu, Dhea berbaring,
memposisikan tubuh bugilnya di atas batu itu, tampak kakinya terjuntai
ke bawah bersentuhan dengan air.
Sementara itu, Cesca masih terus mengulum batang penisku yang hitam itu.
Nikmat tak terkira kurasakan saat ia dengan begitu nafsu menyedot
penisku yang disunat dan lidahnya menjilati lubang pipisku. Aku
mengerang penuh nikmat, dan kuiringi permainan liar Cesca dengan
menggenjot penisku masuk lebih dalam lagi ke dalam mulutnya sampai
menyentu tenggorokkannya. Luar biasa sepongan Cesca, penisku mulai
berkedut-kedut menandakan ada sesuatu yang mau keluar. Kupegang kepala
Cesca dan kutekan penisku di dalam mulutnya
dan....aahhhggsss...crrooottt...crrrooooottttt. Kutembak mulutnya dengan
cairan spermaku. Cesca pun menerimanya dengan sepenuh hati dan menelan
habis spermaku. Ah betapa nikmatnya hidup ini, bila bisa begini terus,
apalagi dengan wanita cantik. Badanku pun mulai melemas, dan terus
kuperhatikan tindakan Cesca yang masih menjilati kepala penisku,
nampaknya dia sedang membersihkan sisa-sisa spermaku dengan lidahnya.
Aku pun tersenyum puas padanya, kuangkat tubuh Cesca, kupeluk tubuh
bugil itu dan kucium dia. Dia pun memelukku dengan melingkarkan tangan
dipinggangku dan membuka mulutnya, supaya kami dapat berciuman dengan
begitu mesra. Sambil berciuman mesra, kuelus bibir vaginanya, kumainkan
jari tanganku di sana.
“Eeessshhh....” Cesca mengerang penuh nafsu
Lalu kumasukkan pelan-pelan jemariku ke liang senggamanya. Jemariku yang
kasar seperti terjepit daging yang penuh kenikmatan. Kumainkan jariku
di dalam vaginanya dan kusentuh lembut klitorisnya
“eeeggghhhsssss... agghhhh!” erangan penuh kenikmatan kembali terdengar.
Kukocok vaginanya dengan jariku, dan tidak lama
kemudian....eeesssshhh....aaaa...ggghhh...eeehhhm. Kurasakan jemari
tanganku menjadi basah, karena disemprot oleh cairan nikmat yang keluar
dari vagina Cesca. Kucium dia dengan begitu mesra, keremas payudaranya
yang montok dengan jemariku yang basah karena cairan nikmatnya dan
kueluskan ke payudaranya yang montok. Kuremas payudaranya yang sebelah
kanan dengan penuh perasaan dan kujilati terus puting susu sebelah
kirinya yang merekah itu. Cesca diliputi kepuasan yang indah saat itu.
Badannya mulai lemas dan bersender di bebatuan itu. Cesca mengangkat
tangannya dan memberi acungan jempol, dan memerlihatkannya ke Dhea. Dhea
pun sama, ia pun mengacungkan jempolnya. Mereka memuji pelayananku yang
mampu memberi kepuasan pada mereka, terutama atas rangsanganku pada
payudara dan vagina mereka.
Setelah dirasa cukup istirahat, Cesca dan Dhea melanjuntukan mandinya.
Sedangkan aku istirahat sebentar dengan merokok. Sedang enak-enaknya
merokok, saya melihat sekelebatan dari balik semak, ada bayangan
seseorang. Cepat-cepat kuambil celana panjangku dan mengenakannya. Lalu
saya berjalan ke tempat yang mencurigakan itu. Kubiarkan Cesca dan Dhea
meneruskan mandinya sambil telanjang bulat di alam terbuka ini. Ketika
aku sampai, ke arah yang mencurigakan itu, akhirnya saya memergoki
seorang bapak yang sudah lama saya kenal. Namanya mang Kabir yang
usianya sekitar 50 tahunan, yang sering mencari kayu kering untuk
memasak atau dijual sebagai api unggun. Rupanya mang Kabir sudah lama
mengintip kami.
"Maaf Sep, tadi mamang mau cari kayu kering, lalu mamang ngelihat
pemandangan tadi. Mamang jadi pengen ikut nih! Kan ceweknya ada dua.
Jangan di sikat semua dong" demikian kata mang Kabir.
"Hehehe si mamang ini bisa aja. Iya tuh, ceweknya juga nafsu banget.
Kelihatannya habis ini, saya bisa ngewe sama mereka lagi. Mau ikut mang?
Ayo deh telanjang" kataku kepadanya.
"Iya dong, mamang udah kepengen dari tadi....duh anak kasep. Terima
kasih yah Sep" kata mang Kabir sambil melepaskan pakaiannya sampai
bugil.
Tampak tubuh mang Kabir yang kurus kering, dekil dan hitam legam, dengan
kepala yang hampir botak dan ubanan, namun penis yang mengantung di
selangkangannya. Lumayan besar penis hitam yang berurat itu, pasti bisa
memberi kenikmatan untuk kedua cewek bule itu. Saya pun melepas celana
panjang saya, dan bugil.
"Wah...kontolmu gede juga Sep. Yuk dah kita entot tuh bule. Sana kamu jalan dulu ngenalin aku".
Kami berjalan mendekati Cesca dan Dhea, mereka terkejut melihat saya
yang datang membawa mang Kabir dalam keadaan telanjang juga. Akhirnya
mereka berdua menerima kehadiran mang Kabir setelah mendengar
penjelasanku. Lalu kedua cewek bule itu bersalaman dengannya. Tampak
Cesca mulai berbisik ke Dhea, dan mereka pun tersenyum. Tiba-tiba....
Dhea memegang dan meremas penis mang Kabir.
"Wooiii Sep, nih cewek pegang kontol mamang. Heheheehe enak euuyy, mantap!" sahut Mang Kabir
Dhea terkagum-kagum akan penis besar mang Kabir, lalu diciumnya penis
itu dan dimasukkannya ke dalam mulut Dhea. Mang Kabir tampak melonjakkan
tubuhnya, saat penis hitam bersunat itu dicium dan disedot oleh mulut
Dhea. Dhea yang cantik dan menawan itu seolah berubah menjadi wanita
liar yang haus akan penis keras mang Kabir.
Sedang enak-enaknya menonton kegiatan Dhea dan mang
Kabir, Cesca memeluk saya dari belakang dan meremas penis saya yang
sudah tegang itu. Tubuhnya yang indah dengan payudaranya yang montok
bersentuhan menyentuh punggung saya. Betapa nikmatnya dipeluk dari
belakang oleh wanita bule ini. Kubalikkan tubuhku dan kupeluk erat tubuh
putihnya, kami kembali ciuman dengan sangat bergairah, lidah kami
saling belit satu sama lain. Kami lalu beranjak sedikit ke tempat dimana
tadi Cesca berbaring. Di atas batu yang agak besar itu Cesca berbaring,
lalu membentangkan pahanya lebar-lebar memperlihatkan liang
senggamanya. Tanpa malu-malu, Cesca memamerkan vaginanya yang indah
merekah kepada saya. Tadinya saya mau langsung membenamkan penis saya ke
liang vaginanya, tetapi saya mengurungkan dahulu niat itu. Saya ingin
terlebih dahulu menikmati vagina yang menggiurkan itu dan merangsangnya
dahulu. Kuciumi vagina itu dengan lembut, dan kujilati bibir vaginanya.
“Eehhh...eshhh...aaaggghh” Cesca mulai mengerang ketika lidahku menciumi
vaginanya, apalagi saat lidahku bermain di dalam liang vagina itu.
Lidahku bergerak liar dan menyentil itilnya. Kusikat habis vagina itu
dengan mulut dan lidahku. Luar biasa nikmatnya vagina itu, rupanya masih
sempit liangnya. Setelah puas menikmati vagina itu, saya pun berdiri
dan memandang wajah Cesca yang meredupkan matanya dan berkata lirih
"Sep, fuck me pleaseeee!" Itulah ungkapan mesra yang diliputi birahi luar biasa yang keluar dari mulut cewek bule itu.
"Ok Cesca, I fuck you.."
Aku kemudian berdiri, kupegang penisku yang sudah kencang itu dan
kurahkan ke liang vagina Cesca. Kutempelkan kepala penisku di bibir
vaginanya, dan pelan-pelan kumasukkan batang penisku ke dalam vaginanya.
“Eeesssshhhha....oh my God, uuuhh!!” Cesca merintih penuh nikmat ketika
kepala penisku yang besar membelah bibir vaginanya dan mulai masuk
perlahan-lahan, "Ooouugghh slow...ly... Pee...llaannn Sseeeppphhh....
Eeeghh" rintihnya menahan ngilu.
Wah luar biasa sempitnya vagina Cesca, baru masuk sepertiganya saja,
sudah terasa. Begitu nikmat remasan liang vagina Cesca, membungkus
batang penisku. Kutekan sedikit demi sedikit, sehingga penisku mulai
masuk perlahan-lahan.
“Ooouugghhh...Asepphhh...push!!” Cesca kembali mengerang penuh birahi ketika penisku mulai masuk perlahan.
Dan....blleessss, masuklah seluruh penisku sepenuhnya, mentok, ke dalam
vagina Cesca. Cesca mengerang lebih panjang dengan tubuh menggeliat
ketika akhirnya seluruh penisku yang besar bersatu di dalam liang vagina
sempit. Aahhhh, aku pun mulai mendesih. Kunikmati proses masuknya
penisku ke dalam liang vaginanya. Luar biasa nikmat dan hangat vagina
Cesca. Pelan-pelan kutarik penisku dan kutekan lagi perlahan-lahan.
“Eegghhh...ahhhh..eeeessshhh” Cesca mengerang penuh nikmat.
Gerakanku yang awalnya pelan, makin lama makin kencang dan keras.
Kurasakan betapa sempitnya vagina Cesca yang begitu kuat meremas penisku
yang besar dan panjang, tetapi ini semakin membuat kami tambah nikmat
dalam persetubuhan itu. Kupompa vagina itu dengan desakan
memaju-mundurkan penisku yang besar di dalam vaginanya. Dengan bertambah
cepatnya saya mengenjot vagina itu, tambah kencang pula Cesca mengerang
menikmati persetubuhan ini. Erangan itu mengungkapan perasaan puas yang
ada di dalam diri Cesca. Rupanya Cesca sudah tidak kuat lagi, karena
terus digenjot akhirnya ia melesakkan tubuhnya ke atas, memejamkan
matanya hingga akhirnya
“I’m coming...oooohh....eehhhh!!” ia mendesah panjang mencapai puncak
Nampaknya ia sudah keluar duluan. Kurasakan tubuhnya yang mulai melemas,
berbaring di atas bebatuan yang dialiri air. Kubenamkan dalam-dalam
penisku mengorek vaginanya. Terukir senyuman puas di bibirnya.
"Ohh yesss Asep. Luar biasa!" Cesca memujiku.
Kulumat bibir itu dan kuciumi dengan penuh nafsu. Sementara itu, tidak
jauh dari tempatku, di daerah air dangkal, saya melihat mang Kabir yang
sedang menggenjot vagina Dhea dengan penisnya. Kontras sekali
pemandangan yang kulihat, sama dengan pemandangan dimana aku menggenjot
Cesca. Mang Kabir rupanya tidak mau melepaskan kesempatan emasnya itu,
sambil memegang betis Dhea, dibentangkannya selangkangan Dhea dan
dipompanya vagina Dhea yang juga masih sempit itu dengan penuh nafsu.
Hal itu membuat Dhea terengah-engah dan mendesis dilanda birahi yang
amat nikmat. Tua-tua gitu, Mang Kabir ternyata masih sanggup membuat
wanita seperti Dhea menggelinjang nikmat. Sambil menggenjot kulihat si
pencari kayu tua itu tangannya tidak pernah lepas dari payudara montok
cewek bule itu. Mulut Dhea menceracau tidak karuan dalam bahasa Inggris.
“Fuck me...aaahh...fuck me harder...you dirty old man, eeeennggghh!”
Kini kuminta Cesca untuk berdiri dan memintanya menungging, dia
mengikuti perintahku. Lalu kuarahkan penisku ke liang vaginanya...dan
bleesss, masuklah penisku menembus bibir vaginanya sampai mentok.
Kembali rintihan Cesca terdengar saat saya memajukan dan menekan penis
saya dalam-dalam ke liang vaginanya. Kepalanya mendongak ke atas saat
penis saya tertanam sepenuhnya di dalam kemaluannya.
Kugerakan dan kupacu erat-erat penisku yang besar menerobos vaginanya,
sambil sesekali kuremas pantatnya yang seksi itu. Saat aku memutar
pantat, Cesca mengerang penuh nikmat. Di satu pihak, aku merasa penisku
seperti diremas-remas di dalam rongga senggamanya. Di lain pihak Cesca
merasa, vaginanya yang masih rapat itu diobrak-abrik oleh penisku yang
besar. Sungguh perpaduan yang luar biasa menimbulkan kenikmatan pada
kelamin kami masing-masing. Setelah berkali-kali memompa vagina Cesca
dengan penisku, saya merasakan sudah sampai waktunya menembakkan
spermaku, kupercepat enjotan penisku dan kutekan sedalam mungkin penisku
sampai mentok menyentuh dinding rahimnya. Sambil kuremas payudaranya
yang montok itu dan....eesshhh croott crrooott crrrooottt, kulepaskan
cairan spermaku yang pasti kental dan banyak itu memenuhi liang
vaginanya. Dan pada saat yang sama, kurasakan Cesca juga mencapai
orgasmenya...eehhh..aagghhhh... Ada sekitar 6 kali muncratan spermaku di
dalam vagina cewek bule itu. Kami diam sejenak, menikmati dahsyatnya
persetubuhan antar ras ini. Luar biasa nikmat bersetubuh di alam terbuka
ini. Tidak jauh dari tempat kami, kulihat juga mang Kabir sedang
berdogie-style ria dengan Dhea, pria tua itu menghela pantatnya dengan
cepat sehingga seluruh penisnya yang besar dan hitam itu tertelan di
dalam rongga vagina Dhea
"Aaahhh ma....mang ke...lluuaaarrr nneeennngg...ahhh." Dhea mendesah nikmat tak lama kemudian.
Crooott...crrootttt.....croooottt. Mang Kabir melepaskan spermanya di
dalam liang vagina dara Australia itu. Hal itu membuat Dhea kembali
sampai pada orgasme untuk yang ke sekian kalinya, mulutnya terbuka
lebar, matanya terpejam. Pak Kabir mengangkat tubuh Dhea hingga
posisinya berlutut membelakanginya. Tangan Dhea melingkari leher Pak
Kabir, ia menengokkan wajahnya ke belakang dan langsung disambut Pak
Kabir dengan melumat bibirnya.
"Eeeaaahhh...mmmm...I...am....cooo...mmiiinnggg. Eshhh." Dhea mendesah tertahan di tengah percumbuannya dengan Mang Kabir.
Mereka pun sudah sampai pada klimaksnya. Kini tampak di hadapan saya,
Dhea sedang berpelukan mesra dengan mang Kabir dan saling beciuman penuh
nafsu, penis mang Kabir masih terbenam utuh di dalam vagina Dhea.
Persenggamaan ini, membuat kami lelah, sekaligus puas. Tak lama
kemudian, saya cabut penisku dari liang senggama Cesca...plookk. Dan
kupeluk Cesca dengan penuh mesra, bagaikan sepasang kekasih. Cesca pun
menyambutnya dengan memelukku manja dan menciumku. Kemudian aku dan
Cesca beranjak mencari tempat yang agak dalam untuk merendam tubuh kami
masing-masing yang sudah basah oleh keringat. Sejuk sekali udara saat
itu, air pegunungan sungguh memberi kesegaran pada tubuh terutama
selepas bersenggama. Kami duduk berendam di tengah kolam merendam tubuh
kami hingga sedada. Kembali kami saling berciumanan dan berpelukkan,
merapatkan tubuh kami masing-masing dengan begitu erat. Beberapa saat
kemudian, datanglah mang Kabir dan Dhea menghampiri kami untuk juga ikut
berendam. Kami membersihkan tubuh kami masing-masing di dalam air itu.
Belum juga sepuluh menit berendam, kegatelan mang Kabir kumat lagi,
tiba-tiba dia mendekati Cesca lalu memeluknya erat dan menciumnya.
Anehnya, Cesca membiarkan perlakuan mang Kabir atas dirinya itu, tidak
nampak penolakan sedikitpun. Melihat pemandangan fantastis itu, aku pun
tidak tinggal diam. Kutarik Dhea mendekat padaku. Kami kembali
berpelukan mesra dan berciuman dalam keadaan telanjang bulat, saling
menyerang dalam kenikmatan. Dhea meremas batang kemaluanku yang kembali
tegang. Saya pun tidak tinggal diam, tanganku mengelus dan meremas
sekujur tubuh indah itu. Kuciumi payudara yang indah itu dan kusedot
dengan penuh nafsu puting yang sudah tegang itu. Payudaranya masih
tampak merah-merah bekas cupangan dan remasan Mang Kabir. Nafsunya gede
juga tuh pak tua, pikirku. Kembali Dhea mendesah penuh nikmat.
Desahannya itu begitu seksi dan menggoda, sehingga menuntunku untuk
bertindak lebih jauh lagi. Di dalam air,kuelus bulu jembutnya yang lebat
itu dan kumainkan jari tanganku di bibir kemaluannya. Tindakanku
dibalas oleh Dhea dengan meremas batang penisku dan mengelus bijinya.
Aku pun mendapat kenikmatan yang luar biasa. Sementara saya melihat mang
Kabir sudah memasukkan penisnya ke dalam vagina Cesca. Dengan penuh
nafsu yang meledak-ledak, Cesca menaik-turunkan tubuhnya yang dipangku
oleh Mang Kabir sampai air di sekeliling mereka beriak dahsyat. Betapa
nikmatnya kedua mahluk itu menikmati persetubuhan yang sensasional.
Setelah dirasa, nafsu dalam diriku sudah menuntut pelampiasan, batang
penisku yang sudah tegang luar biasa dan Dhea yang sudah duduk di dasar
kolam sambil membentangkan pahanya lebar-lebar, kuarahkan batang penisku
ke bibir vagina Dhea yang mungil itu. Perlahan-lahan kumasukkan penisku
ke dalam liang senggamanya, membuat Dhea mengerang penuh nikmat. Proses
masuknya penisku ke dalam liang vaginanya di dalam air begitu
kunikmati, sensasi dinginnya air gunung perlahan berubah menjadi sensasi
hangat begitu memasuki liang senggamanya, sungguh nikmat tak
terlukiskan. Cantik sekali wajah Dhea saat dia terangsang dan basah
kuyup seperti itu, sepertinya dia meminta dan memberikan tubuhnya untuk
kusetubuhi.
Aku memajukan pinggulku dan...blleeesss, masuklah kini seluruh batang
kemaluanku yang sudah tegang ke dalam vaginanya yang sempit. Kunikmati
remasan hangatnya membungkus penisku. Luar biasa nikmatnya kejadian hari
ini, dimana aku bisa menikmati dua tubuh cewek bule yang cantik, seksi
dan menawan ini. Dengan penuh nafsu, kegenjot vagina itu dengan penisku.
Permainanku yang awalnya lembut, berubah menjadi cepat dan liar. Hal
ini membuatnya mendesah dan mengerang penuh nikmat
“Yess...agghhh...eeesssshhh...ahhgghh!!”
Suara desahan itu menambah semangatku untuk terus menggenjot vaginanya.
Baru sekitar 20 menit aku menggenjot vaginanya, Dhea sudah mengerang
sebagai tanda bahwa ia akan mengeluarkan cairan nikmatnya. Kupompa
vaginanya dan kudesakkan dalam-dalam penisku serta kuputar pinggulku
sehingga penisku seperti mengaduk-aduk vaginanya. Rasanya aku pun
mengalami yang sama, akhirnya kutindih tubuh telanjang itu sambil
membenamkan penisku lebih dalam. Byur...tubuh kami pun masuk ke ke air,
tak lama kemudian,....croot...crrrooottt. Kutumpahkan semua spermaku di
dalam liang senggamanya. Dhea pun mengalami yang sama, untuk kesekian
kalinya ia sampai pada klimaks persetubuhan ini. Kurasakan vagina Dhea
yang sepertinya meremas penisku, dan kucium dia dengan mesra, gelembung
udara melayang ke atas dari mulut kami yang sedang berpagutan. Kami
akhirnya mengangkat tubuh kami hingga terduduk di dasar kolam setelah
merasa sudah membutuhkan udara segar. Aku dan Dhea sungguh mengalami
kepuasan yang tak terbayangkan saat itu, sensasi orgasme di dalam air
yang sungguh luar biasa.
“Wonderful Asep!” pujinya sambil tersenyum padaku.
Dan kulihat juga mang Kabir dan Cesca yang baru saja menuntaskan
syahwatnya. Cesca berlutut di air sementara Pak Kabir berdiri dan
menyemprotkan isi penisnya ke wajah si rambut merah yang cantik itu.
Cesca membuka mulutnya menerima cipratan cairan putih kental itu dan
menelannya, tangannya juga menggenggam batang penis pria itu dan
mengocokinya hingga benda itu kembali melemas. Setelahnya Cesca masih
memberi cleaning service dengan menjilati penis itu hingga bersih.
Betapa beruntung mang Kabir hari ini, dia bisa menikmati dua tubuh
wanita bule yang cantik ini. Setelah kami menuntaskan birahi kami,
akhirnya kami mandi bersamaan. Setelah mandi, kami hendak melanjuntukan
perjalanan kami. Mang Kabir menyampaikan ucapan terima kasih dan
berpesan, bahwa sekali waktu ia ingin menyetubuhi kembali Cesca dan Dhea
yang cantik menawan itu. Bagiku tidak jadi masalah, dan mempersilahkan
mang Kabir datang ke tempat di mana kami berkemah. Cesca dan Dhea pun
setuju untuk kembali melakukan aktivitas sex dengan saya dan Mang Kabir,
tapi mereka juga berpesan padanya agar jangan memberi tahu siapapun
mengenai persetubuhan tadi, cukup mereka berempat saja yang
mengetahuinya.
Akhirnya kami sepakat, akan kembali melakukan persetubuhan nanti malam
dan mang Kabir diminta untuk datang sekitar pukul sembilan malam. Karena
nanti malam adalah malam terakhir bagi Cesca dan Dhea berada di tempat
ini. Dan besok, mereka akan kembali ke Jakarta. Perjalan kami kembali ke
tenda, dipenuhi dengan kegembiraan dan kepuasan. Tak henti-hentinya
kami saling bercanda, saling pelukan, ciuman, saling raba dan remas
anggota tubuh kami masing-masing. Sekitar pukul 4 sore, kami sudah tiba
di tempat kemah kami dan kami mau istirahat dulu di tenda masing-masing.
Ketika saya berjalan menuju tenda milik saya, Cesca melarang saya ke
tenda itu, tetapi ia mengajak saya untuk istirahat di tendanya. Saya
tidak menolak ajakan itu, saya hanya meletakkan ransel yang saya bawa
dan melepas sepatu untuk diganti sendal di tenda saya itu, lalu saya
menuju tenda di mana ke dua gadis bule itu istirahat. Saya akan
istirahat bersama mereka. Aku masuk ke dalam tenda itu, dan...suatu
pemandangan yang indah, karena mereka berdua sudah melepas kaosnya
masing-masing sehingga badan telanjang mereka dan payudara yang
tergantung bebas, kembali saya nikmati. Saya pun tidur di dalam tenda
itu dengan ditemani 2 dara Australia yang cantik. Sekitar pk 6.30an
sore, kami sudah bangun. Saya yang sudah bangun lebih dahulu, sengaja
membuatkan mie goreng untuk mereka. Dan benar saja, saat mereka sudah
bangun, mereka langsung menyantap mie goreng buatan saya. Tentu saja
Cesca dan Dhea sudah mengenakan kaos mereka masing-masing. Setelah mie
goreng itu habis, kami merokok dan kembali berbincang-bincang. Setelah
itu, kami memutuskan untuk mandi di sungai di dekat kami kemping, yang
jaraknya hanya 50 m. Karena hari sudah gelap, kami mandi bersama di
sungai itu. Karena suasana sepi, maka kami mandi bertiga dalam keadaan
telanjang bulat, di sungai itu kami saling menyabuni tubuh kami. Tentu
saja suasana mandi itu diwarnai dengan tindakan saling raba dan remas.
Setelah 30 menit mandi, kami kembali ke tenda. Cesca dan Dhea hanya
melilitkan handuk ditubuh mereka, aku hanya mengenakan celana pendek
saja tanpa kaos, dan kami berjalan menuju tempat kemah kami. Sesampainya
di sana, kembali Dhea dan Cesca menarik tangan saya untuk masuk ke
dalam tendanya. Di dalam tenda itu, mereka melepas handuknya, sehingga
tubuh mereka menjadi telanjang bulat. Mereka memeluk saya sambil
menurunkan dan melepas celana pendek saya, sehingga akhirnya, saya juga
turut bugil bersama mereka. Kami kembali melakukan persetubuhan di dalam
tenda itu. Kenikmatan yang tadi pagi sampai siang kami arungi, kini
kembali terulang.
Dalam ketelanjangan ini, kami saling raba. Saya mencomot payudara Cesca
dan Dhea bergantian dan menciuminya penuh nafsu. Tangan kiri saya
mengelus vagina Cesca yang sudah terbuka dan tangan kanan saya merabai
vagina Dhea, mereka kembali terengah-engah menikmati service dari jemari
tangan saya. Kujejerkan tubuh Cesca dan Dhea, dan kejilati kedua vagina
itu bergantian, sampai mereka merasa nikmat. Setelah saya menjilati
kedua vagina itu, kini kusiapkan penis yang sudah tegang ini untuk
bersatu dengan vagina indah dan sempit ke dua cewek bule itu. Mereka
berdua rebutan untuk menjadi orang pertama yang ditusuk dengan penis
saya. Supaya adil, lalu mereka saya undi dengan sekeping uang logam. Dan
akhirnya, yang pertama kali akan saya setubuhi adalah Cesca. Betapa
senangnya Cesca, mengetahui kalau dia akan menjadi orang pertama yang
saya setubuhi. Dia membentangkan pahanya lebar-lebar. Dan akhirnya, saya
mengarahkan penis ini ke dalam vagina Cesca. Dan eeeeggghhh...masuklah
kini seluruh batang penis saya ke dalam kemaluan Cesca. Genjotanku yang
tadinya perlahan, kini berubah menjadi kencang. Tanganku pun, tidak
tinggal diam untuk meraba dan menikmati payudara indah itu. Dhea
berlutut di sebelah kananku meminta saya untuk mengobok-obok vaginanya
dengan jari tangan saya. Sehingga di dalam tenda itu, selain saya
melakukan persetubuhan dengan Cesca, saya pun meraba dan mengocok liang
vagina Dhea dengan jemari saya sampai ia menemukan kepuasan. Sedang
asyik-asyiknya berthreesome, tiba-tiba terlihat sesosok bayangan dari
luar tenda lalu terdengar suara mang Kabir dari luar memanggil kami,
rupanya ia mau saja berjalan lumayan jauh dari desa hanya untuk ikut
bergabung melakukan persetubuhan lagi. Mang Kabir mengatakan bahwa ia
membawa kejutan yang asyik, khususnya untuk kedua cewek bule itu. Dalam
keadaan telanjang bulat, aku membuka resleting tenda dan bertiga keluar
dari tenda. Kami langsung terhenyak kaget begitu mendapati kejutan yang
dimaksud Mang Kabir di luar sana. Ternyata di luar tenda itu, sudah
menunggu sekitar 20an pria dari pemuda tanggung hingga yang rambutnya
sudah memutih dari desanya mang Kabir yang sengaja diajaknya untuk
menikmati tubuh mulus dan vagina sempit kedua bule yang masih muda dan
cantik itu. Cesca dan Dhea saling pandang dengan wajah
terbengong-bengong menyaksikan kehadiran mereka.
“Oh Jezz...it’s not good!” sahut Cesca
Wajah-wajah dengan seringai mesum yang telah mengepung kami pun mulai berjalan mendekat.