Penyusup Tengah Malam
Rita adalah wanita keturunan Tionghoa, demikian pula suaminya. Kebetulan
malam itu Rita sedang sendiri di rumahnya. Suaminya yang bekerja di
perusahaan pertambangan asing, sedang ditugaskan keluar kota sejak dua
minggu yang lalu dan belum akan pulang untuk beberapa hari mendatang.
Sedangkan pembantunya, Bi Inah sedang ijin pulang ke kampungnya karena
anaknya sedang sakit. Jadi tampaknya Rita akan menghabiskan weekend
sendirian di rumahnya dan harus melakukan segala sesuatunya sendiri.
Waktu sudah menunjukkan pukul 19:30. Setelah pulang kerja, seperti
biasanya, Rita langsung mandi kemudian dilanjutkan dengan makan malam.
Lalu, untuk mengisi waktunya, Rita menonton acara TV dan membaca koran
yang baru dibelinya. Rita membaca koran terbaru edisi sore. Ketika
selesai membaca sebuah berita, matanya tertuju pada sebuah berita
mengenai 2 narapidana yang kabur dari LP Cipinang. Dalam berita
tersebut, disertai pula foto dan keterangan singkat mengenai kedua
narapidana tersebut. Disebutkan seorang bernama Titus alias Black, umur
53 tahun, terpidana kasus pembunuhan. Dan seorang lagi bernama Farid
alias Obenk, umur 31 tahun, terpidana kasus perampokan dan pemerkosaan.
Lalu Rita melanjutkan membaca berita-berita yang lain yang terdapat
dalam koran itu. Ketika sedang asyik membaca, telinganya menangkap
suara-suara yang mencurigakan dari arah dapur rumahnya. Sesaat timbul
rasa takut dalam dirinya, karena dia berpikir dia wanita dan sedang
seorang diri di rumahnya. Kemudian Rita berusaha untuk tidak
menghiraukannya, karena dia berpikir suara-suara itu hanya perasaannya
saja. Sesaat kemudian, muncul suara lain, tetapi kali ini seperti barang
pecah belah yang terjatuh. Merasa penasaran, Rita memberanikan diri
untuk memeriksa ke dapurnya. Dengan hati-hati dan perlahan-lahan Rita
berjalan menuju dapurnya. Sesampai di dapurnya yang masih dalam keadaan
gelap, tangan Rita meraba-raba dinding mencari saklar untuk menyalakan
lampu untuk memeriksa dapurnya. Di tengah kegelapan dapurnya, tiba-tiba
Rita merasakan sebuah logam pipih yang dingin menempel di lehernya dan
sebuah tangan kekar membekap mulutnya dari belakang. Panikpun menyerang
Rita, tapi suara dibelakangnya berbisik mengancam,
“Jangan teriak, kalo lu masih pengen hidup!”
Rita dengan gemetar mengangguk.
“Bagus! Kalo lu nggak macem-macem, gue dan temen gue nggak bakal ngebunuh lu, ok.”
Rita kembali mengangguk. Dia semakin takut, karena ternyata orang di belakangnya tidak sendiri.
Kemudian orang di belakangnya mulai melepaskan bekapan
di mulut dan menurunkan pisau dari leher Rita secara perlahan. Lalu
lampu dapur menyala, Rita dengan jelas dapat melihat orang yang tadi
membekapnya dari belakang dan juga temannya. Rita mengamati ‘tamu yang
tak diundang’ itu satu persatu. Seorang yang di belakang tadi tampak
seperti orang timur, mungkin dari suku Papua jika melihat dari fisiknya.
Tubuhnya gempal, berkulit hitam, umur sekitar 50 tahun-an, Rita
mengira-ngira dalam hati, karena rambut dan brewoknya yang keriting dan
agak beruban. Seorang lagi, Rita tidak begitu jelas dari suku mana, tapi
lebih muda, sekitar 30 tahun-an, tubuhnya agak kurus dan berkulit hitam
walaupun tidak sehitam temannya yang lebih tua, rambutnya lurus, dan
yang membuat Rita bergidik, kedua lengan dan tubuhnya dipenuhi dengan
tatoo.
“Kita berdua lapar! Lu ada makanan ngak?” tanya yang tua.
Rita menggelengkan kepala,”Cuma tinggal mie instant.”
“Lu buatin buat kita berdua! Gue dua bungkus, lu berapa, Benk?” tanya yang tua kepada yang muda.
“Gue tiga bungkus.”jawab yang muda.
Tanpa banyak bicara, Rita kemudian memasak mie instant untuk kedua orang
tersebut. Tetapi ada yang mengganggu pikiran Rita, ia merasa pernah
melihat wajah kedua orang tersebut. Sambil memasak mie instant, otaknya
terus berpikir dimana dia pernah melihat wajah kedua orang ini. Sampai
suatu saat Rita teringat berita dan foto yang dia baca di koran barusan,
bahwa kedua orang ini adalah narapidana yang seingat Rita mempunyai
panggilan ‘Obenk’ dan yang tua mempunyai panggilan ‘Black’ telah
melarikan diri dari LP Cipinang. Terasa lemas tubuh Rita mengingat hal
itu, membuatnya hampir kehilangan keseimbangan.
“Kenapa?” Black bertanya kepada Rita.
“G-ga, ngak apa-apa.” Jawab Rita dengan gugup dan lansung membalikkan badan meneruskan memasak.
Tanpa Rita sadari,gaun tidur putihnya yang tipis tidak dapat menutupi
lekukan tubuhnya yang aduhai serta menampakkan secara samar BH dan
celana dalam yang dikenakan Rita, sehingga membuat Obenk bergairah.
“Bos, badan ini cewek satu montok juga. Boleh ya bos gue garap dulu,” bisik Obenk kepada Black.
“Itu bagian gue, jangan lu berani-berani masukin lu punya barang, gue
dulu yang merawanin dia!” tegas Black yang kemudian dijawab dengan raut
muka kecewa oleh Obenk.
Mie instant yang dimasak Rita akhirnya sudah jadi. Kemudian Rita
menyajikan mie instant tersebut kepada kedua orang itu seperti
menyajikan makanan kepada tamu.
Ketika menyajikan mie instant kepada Black dan Obenk, Rita tidak
menyadari, ketika dia agak membungkuk untuk meletakkan mangkuk mie,
belahan payudaranya yang masih terbungkus BH berwarna biru muda tampak
dari sela-sela gaun tidurnya. Pemandangan ini membuat Obenk tidak dapat
menahan diri, lalu dia berdiri lalu mencekal lengan Rita.
“Inget, Benk, awas!” gertak Black sambil menikmati mie instantnya,
tampak terlihat oleh Rita, Obenk takut dan patuh kepada Black.
Kemudian Rita ditarik Obenk menuju ruang tamu. Di situ Obenk membuka dan
memelorotkan celananya, lalu ia tanpa malu-malu memamerkan penisnya
kepada Rita. Baru kali ini ia melihat penis yang bukan milik suaminya.
Penisnya berwarna kehitaman, berurat dan panjang bahkan lebih panjang
dari milik suaminya, kira-kira 20-an cm, dengan diameter yang juga lebih
besar dari milik suaminya. Lalu Obenk menyuruh Rita berlutut di
depannya dan meletakkan penisnya di depan muka Rita.
“A-apa maksudnya ini? Tanya Rita.
“Jangan berlagak bego dah lu, jilat dan isep kontol gue!”
Sebenarnya Rita juga pernah melakukan oral seks dengan suaminya.Yang
membuat Rita ragu-ragu adalah penis Obenk mengeluarkan aroma yang tidak
sedap dan membuat Rita menjadi mual, mungkin disebabkan Obenk jarang
mandi selama di penjara. Keragu-raguan Rita membuat Obenk naik darah.
“Sini, buruan!” bentak Obenk sambil menjambak rambut Rita.
Karena takut, perlahan dan ragu ragu Rita mulai memegang penis itu yang
terasa penuh dalam genggamannya, lalu dengan gerakan pelan Rita mulai
mengocok-ngocok penis itu. Rita lalu mendekatkan penis itu ke mulutnya,
dan mulai menjilati ujung penisnya, terasa asin, dan terasa ada cairan
sedikit pada ujungnya, kemudian Rita menahan nafas dan langsung
memasukkan penis itu ke dalam mulutnya kemudian dihisap-hisapnya dengan
kuluman lembut, dan dikocok-kocok dengan tangan, meskipun tidak
pengalaman tapi naluri seksualnya sudah mengalahkan akal sehatnya dan
mulai dapat menyesuaikan diri. Susah payah Rita mulai menggerakkan
lidahnya mengitari penis itu, mulutnya terasa sesak sekali. Entah
mengapa, lama kelamaan Rita sepertinya sudah terbiasa dengan tugas oral
seksnya, ia makin terbiasa dengan bau penis Obenk yang tidak sedap,
memang karena faktor ancaman namun sebenarnya dirinya pun mulai
menikmatinya. Rita juga menjilati samping sampingnya hingga ke buah
pelirnya, Rita sedikit memberi ludah pada ujung penis itu dan memainkan
ludah itu di penisnya, kemudian diratakan dan dihisap dan dijilat
kembali, tampaknya Rita mulai menikmati penis Obenk.
“Ohhh.. Ahhh.. teruss..” Obenk mengerang, sampai akhirnya dia menjambak
rambut Rita lalu menekan wajah Rita ke selangkangannya dan dengan
gerakan kasar Obenk mendesakkan penisnya maju mundur di dalam mulut
Rita, sehingga membuatnya sampai tersedak dan kehabisan nafas, tapi
Obenk tidak memberinya kesempatan, dia terus menggoyangkan pantatnya
dengan liar.
Setelah beberapa saat, Rita mulai merasakan penis di dalam mulutnya
makin berdenyut-denyut dan pemiliknya makin mengerang nikmat. Obenk lalu
membenamkan penisnya sambil menahan kepala wanita itu. Mata Rita
membelalak merasakan cairan hangat dan kental memenuhi mulut dan
kerongkongannya. Cairan itu berbau tajam dan rasanya aneh, ingin rasanya
memuntahkan cairan menjijikkan itu tapi kepalanya dipegangi dengan kuat
sehingga mau tidak mau cairan itu harus ditelannya.
“Aaaaah…uuuhhh…uuhh!” desah Obenk.
Sperma yang disemburkan Obenk banyak sekali sehingga Rita tidak sanggup
menelan semuanya, sebagian meleleh keluar dari pinggir mulutnya. Rita
langsung terbatuk-batuk dan mengambil udara segar begitu dilepaskan. Dia
lansung berlari menuju kamar mandi yang berada di kamarnya, ia
mengambil air dari keran dan lansung berkumur-kumur. Aroma cairan
menjijikkan itu masih terasa di mulutnya dan membuatnya mual. Ketika
keluar dari kamar mandi, Rita mendapatkan Black sudah berada dalam kamar
tidurnya.Black dengan santai sedang melepaskan bajunya satu
persatu.Rita berusaha keluar dari kamar tidurnya tetapi pintu telah
terkunci, dan anak kuncinya tidak berada pada tempatnya.
“Mau lari ke mana,Ha?” tanya Black dengan santai sambil terus melepaskan
pakaiannya sendiri. Setelah melepaskan seluruh pakaiannya dan dalam
keadaan telanjang bulat, Black dengan santai duduk di sisi ranjang yang
biasa di pakai Rita dan suaminya tidur. Wajah Rita tidak dapat
menyembunyikan kengeriannya melihat Black yang sudah telanjang bulat
sambil secara perlahan-lahan dan gemetar bergeser menjauhi pintu. Rita
memperhatikan tubuh telanjang Black, wajah yang dihiasi brewok yang
lebat dapat dikatakan jauh dari tampan, tubuhnya yang gempal, berperut
agak gendut dan berkulit hitam seperti orang Papua pada umumnya, bulu
lebat tumbuh hampir di sekujur tubuhnya.
“BUKA BAJUNYA!” perintah Black memecah suasana membuat Rita kaget. Rita
yang dalam keadaan kengerian luar biasa hanya terdiam gemetar.
Di tengah kengeriannya itu, Black menghampiri Rita. Tanpa banyak bicara,
ia mencekal daster Rita kemudian dengan sekali hentak daster Rita robek
menjadi beberapa bagian, sehingga kini Rita hanya mengenakan BH dan
celana dalam saja.
“Jangan sampai gue ngomong tiga kali, BUKA BAJUNYA!” bentak Black tidak sabar, kemudian dia kembali duduk di ranjang.
Rita tidak punya pilihan lain, dengan gemetar kedua tangannya bergerak
perlahan ke belakang punggungnya berusaha untuk meraih kait BH yang
terdapat di belakang punggungnya. Kemudian kedua tanganya mulai
meloloskan tali BH dari kedua pundaknya yang mulus, lalu perlahan BH
biru muda yang berukuran 34C itu merosot dari tempatnya. Seketika
sepasang payudara yang putih mulus mencuat telanjang, payudara yang
sangat indah, bulat padat dan kenyal dengan puting berwarna coklat muda
segar. Rita membungkuk dan tangannya gemetaran melepas lembaran terakhir
yang melekat di tubuhnya,lalu kedua jari-jarinya bergerak secara
perlahan ke samping kiri dan kanan pinggulnya, jari-jarinya diselipkan
disamping Cd yang berwarna senada dengan BHnya. Kemudian secara perlahan
memelorotkan ke bawah. Pemandangan erotik itu membuat birahi Black yang
selama ini tertahan mulai bangkit kembali. Kini Rita sudah bediri
telanjang bulat tanpa sehelai benangpun kecuali cincin perkawinan yang
melingkar di jarinya. Dengan kedua belah tangannya Rita berusaha untuk
menutupi bagian-bagian vital dari tubuhnya. Dia berusaha menutupi
ketelanjangannya di hadapan penjahat itu. Black yang sudah telanjang
bulat bangkit dari ranjang tempat duduknya dan bergerak mendekat ke arah
Rita yang berdiri telanjang. Rita menggeser mundur tubuhnya sambil
terus menutupi tubuhnya, sampai akhirnya ia terdesak diujung kamar. Rita
memandang ngeri pada penis Black yang sudah berdiri tegang ke atas,
panjang dan diameternya melebihi milik Obenk, bewarna hitam pekat dan
dipenuhi dengan urat-urat yang menonjol. Rita tahu dia akan diperkosa
oleh penjahat ini, Rita tidak dapat membayangkan benda sebesar dan
sepanjang itu masuk ke dalam liang kewanitaannya. Black kini sudah di
hadapan Rita, kedua tangannya yang kekar menyingkirkan tangan Rita yang
digunakan untuk menutup ketelanjangannya. Sesaat Black menikmati
kemolekan tubuh telanjang Rita yang ada di hadapannya. Wajah oriental
yang cantik dihiasi dengan rambut panjang sebahu, payudara yang kencang
dan montok, perut yang rata tanpa lipatan, pinggang yang lansing.
Kemudian perhatian Black tertuju ke bagian kewanitaan Rita yang dihiasi
bulu kemaluan yang lebat. Setelah puas memandangi tubuh Rita, Black
mendekat lebih rapat.
“Jangan .. Jangan Bang..” Rita merintih ketakutan, dari sudut matanya
mulai menetes air mata. “Ambil saja uang saya, tapi jangan perkosa
saya..”
Permohonan Rita agar Black menghentikan niatnya agaknya tidak membuatnya tergerak, malah membuatnya semakin bernafsu.
“Sekarang gue lagi ga butuh duit! Gue cuma minta elu ngelayani gue. Gue sudah lama ga ngerasain cewek.”
“Jangan bang.......jangan..........jagan sakiti saya.......,”Rita memohon dan mulai menangis ketakutan.
“Jangan nangis!Gue ga bakalan nyakitin elu,” kata Black.”Asal elu
menurut apa yang gue suruh, gue bakalan muasin elu,”sambungnya.”Malah
mungkin elu yang ntar ketagihan,” kata Black setengah berbisik kepada
Rita.
Tangan kekar Black mulai meremasi payudara Rita, sementara tangannya
yang lainnya mulai mengelus-elus paha Rita yang putih mulus. Black
kemudian berjalan memutari tubuh Rita dan memeluknya dari belakang.
Black menyibakkan rambut Rita sehingga bagian punggung sampai ke
tengkuknya bebas tanpa penghalang. Lalu bibirnya yang tebal menjatuhkan
ciumannya ke tengkuk Rita. Lidahnya menjelajah di sekitar leher, tengkuk
kemudian naik ke kuping dan menggelitik di sana. Kedua tangannya yang
kekar dan berbulu mulai merayap naik dan mulai meremas-remas kedua belah
payudara Rita yang montok dengan gemas. Kemudian tangannya yang lain
mulai merayap ke bagian selangkangannya. Jari-jari besar itu mulai
bergerak perlahan-lahan diantara kerimbunan bulu-bulu kemaluan Rita.
Perasaan tidak berdaya begitu menyelubungi Rita, karena hampir semua
daerah sensitifnya diserang oleh Black. Dengan sapuan lidahnya pada
tengkuk, remasan tangannya pada payudara, dan permainan jarinya pada
vagina, serangan-serangan itu sungguh membuat Rita terbuai. Tetapi Rita
berusaha dengan keras untuk tidak menikmatinya, dan memilih bersikap
diam.
Black rupanya tidak begitu suka Rita bersikap pasif, Black bergerak
kembali ke hadapan Rita. Black lalu mencium pipi Rita, antara geli dan
jijik Rita memajamkan mata. Lalu Black mulai menelusuri bibir Rita yang
merah dan mulai melumatnya dengan gerakan lembut. Black terus berusaha
mendesakkan bibirnya mengulum bibir Rita, lidahnya mencoba menerobos
masuk ke mulut Rita, sementara tangannya juga bergerilya meraba-raba dan
meremas payudara Rita. Rita menggelinjang mendapat perlakuan itu.
Sambil bibirnya terus mengulum bibir Rita, tangan Black juga
memelintir-melintir puting payudara Rita dengan gerakan kasar. Rita
meringis kesakitan tapi perlahan perlakuan Black justru menimbulkan
sensasi aneh dalam dirinya, tubuh Rita menegang saat sensasi itu
melandanya, tanpa sadar Rita mulai mendesah. Black kembali menggerayangi
vaginanya. Black menggesek-gesekkan jarinya di bibir vagina Rita,
sementara mulutnya sibuk menciumi dan menjilati payudara Rita dan
tangannya yang lain membelai-belai perut Rita yang rata.
“Ohh........,” Rita menjerit kecil saat Black mencoba memasukkan jari-jarinya ke vagina Rita..
”Jangan Bang...,”Rita merintih, tapi rintihan Rita ibarat perangsang
bagi Black, dia makin liar menggesekkan jarinya ke selangkangan Rita
bahkan dia juga meremas-remas gundukan vagina Rita. Rita merintih.
Tubuhnya mengejang mendapat perlakuan itu.
Merasa sudah menguasai diri Rita, Black kemudian menarik tangan Rita dan
membaringkannya telentang di atas ranjang. Black perlahan-lahan
mendekati Rita yang tergolek lemas ditempat tidurnya. Black kembali
memainkan payudara Rita.
“Ahh…”, Rita mendesis merasakan perasaan aneh karena belaian pada
payudaranya, jari-jari pria itu juga memencet putingnya sehingga seperti
bulu kuduknya berdiri semua.
“Eengghh..!”, desisnya lebih keras ketika tangan Black meremas payudaranya.
Ditekan-tekannya sepasang payudara mulus itu sambil sesekali membetot
payudara itu dengan lembut. Rita merasakan sentuhan tangan itu seperti
membangkitkan monster birahi yang tidur di dalam tubuhnya.. Black
kemudian kembali menjilati puting payudara Rita dengan lidahnya. Ujung
lidahnya kadang menyentil-nyentil ujung puting payudara itu, sesekali
Black mengulum dan mengenyot payudara Rita.. Seketika Rita merasa
tubuhnya seperti meremang, dia bergerak dengan gelisah dan megelinjang
tak terkendali. Sesekali kakinya menggeliat kecil seperti menahan
sesuatu yang akan keluar dari dalam tubuhnya.
“Ahhhh… Ohhhhh…”, Rita mulai mengeluarkan desahan-desahan tertahan, dia
berusaha sekuat tenaga untuk tidak terhanyut dalam dorongan birahinya,
tapi pada saat yang bersamaan, dorongan itu begitu kuat membetot setiap
simpul syarafnya membuatnya terlena.
Black tahu Rita sudah mulai terangsang karena itu dia makin gencar
melakukan serangan di setiap jengkal kemulusan tubuh Rita. Kemudian
lidah Black menyusuri perut Rita yang rata, terus ke bawah dan ketika
sampai di daerah selangkangan, Black lalu merangkul pinggang ramping itu
membawa tubuhnya lebih mendekat. Paha mulus itu lalu dia ciumi inci
demi inci sementara tangannya mengelusi paha yang lain. Rita merinding
merasakan sapuan lidah dan dengusan nafas pria itu pada kulit pahanya
membuat gejolak birahinya makin naik.
“Ssssshhhh........”, sebuah desisan keluar dari mulut Rita ketika jari Black menyentuh bagian vaginanya.
“Tidak....jangan.... bang, jangan!” ucap Rita memelas sambil merapatkan
kedua belah paha ketika Black mau menjilati vaginanya. Black hanya
menyeringai lalu membuka paha Rita dengan setengah paksa lalu
membenamkan wajahnya pada vagina wanita itu. Tubuh Rita menggelinjang
begitu lidah Black yang panas dan kasar itu menyapu bibir kemaluannya,
tubuhnya menggelinjang dan darahnya berdesir merasakan sensasinya. Black
berlutut di ranjang dan menaikkan kedua paha Rita ke bahu kanan dan
kirinya sehingga badan gadis itu setengah terangkat dari ranjang, dengan
begitu dia melumat vaginanya.
“Aahhh… aahhh… jangan!”, Rita mendesah antara menolak dan menikmati saat lidah Black menelusuri gundukan bukit kemaluannya.
Tanpa disadari kakinya melebar sehingga memberi ruang lebih luas bagi
Black untuk menjilatinya. Tubuh Rita seperti kesetrum ketika lidah Black
yang hangat membelah bibir kemaluannya memasuki liangnya serta
menari-nari di dalamnya. Rita semakin tak kuasa menahan kenikmatan itu,
tubuhnya bergerak tak karuan sehingga Black harus memegangi tubuhnya.
“Aahhh...aaahh...oohh,”desahnya dengan tubuh bergetar merasakan lidah Black memainkan klitorisnya.
“Sudahhh baaanggh!” desah Rita memelas saat lidah Black masuk mengaduk-aduk bagian dalam vaginanya.
Sekalipun hatinya menolak, tubuhnya tidak bisa menolak rangsangan yang
datangnya bertubi-tubi itu. Harga diri dan perasaan ngerinya bercampur
baur dengan birahi dan naluri seksual. Sekitar seperempat jam Black
menikmati vagina Rita sedemikian rupa, dengan lihainya dia menyedot dan
menjilati klitoris wanita itu menghanyutkannya dalam permainan liar ini.
“Eenngghhaaahh!” Rita pun akhirnya mendesah panjang dengan tubuh mengejang.
Black terus menyedoti bibir vagina Rita sehingga tubuhnya makin
menggelinjang. Orgasme pertama begitu dahsyat baginya sehingga
membuatnya takluk pada pria itu.
“Hehehehehe...ternyata suka juga lu, dasar lonte, tadi nolak-nolak, tadi
berlagak gak mau, nyatanya keenakan juga...”, ejek Black.
Rita hanya terdiam malu mendengar ejekan Black. Wajahnya memerah.
“Nah.. kalau begitu lu sudah siap ya..,” kata Black. Rita tahu maksud
siap yang dilontarkan Black. Dirinya memang terangsang hebat oleh
perlakuan Black, meskipun pikirannya menolak, tapi tubuhnya tidak bisa
berbohong. Rita yang sudah mulai kehilangan akal sehatnya hanya terdiam.
Perlahan Black mulai menarik kedua belah kaki jenjang Rita ke arah luar
sehingga terpentang lebar membuat vaginanya terkuak. Lalu perlahan
Black mulai menindih tubuh mulus Rita yang telanjang bulat. Black
merasakan kenyalnya payudara Rita menekan dadanya dengan lembut.
Perlahan-lahan, Black lalu menaikkan kedua kaki Rita yang masih
mengangkang sehingga melingkari pinggulnya yang kekar. kedua pahanya
kini melingkari bagian perut Black. Kemudian Black menempelkan ujung
kepala penisnya ke vagina Rita. Rita hanya memejamkan matanya sambil
kedua tangannya meremas-remas sprei ranjangnya. Setelah penis Black
mengeras sepenuhnya dan siap dipakai, dia lalu mengarahkan penisnya yang
panjang dan hitam legam itu ke arah bibir vagina Rita, siap untuk
dibenamkan ke dalamnya. Merasa batang penisnya telah siap lalu Black
mendorong pinggangnya maju mendesak pinggul Rita, membuat penisnya masuk
ke dalam vagina Rita. Saat penis Black melesak ke dalam kemaluan Rita,
spontan Ritapun mengejang. Jeritan tertahan di tenggorokannya. Sebentar
kemudian, ia pun meringis…. kedua matanya terpejam menahan nyeri dan
sakit pada rahimnya. Tak terasa air matanya pun menetes…
“Aduuuh…….. Bang…!! Ampuuun…” jeritnya halus mengiba.
Black masih mendorong penisnya untuk masuk terus hingga dasar vagina
Rita. Tubuhnya pun terguncang-guncang di bawah tubuh kekar Black.
Melihat Rita kesakitan saat menerima penisnya masuk, Black lalu memeluk
Rita dengan ketat dengan posisi tetap di atas tubuh putih Rita. Ia peluk
Rita dan diciuminya bibir Rita seakan tidak ingin terpisahkan. Black
ingin bibir mereka juga menyatu sama seperti tubuh mereka yang telah
menyatu saat itu. Rita meronta mencoba mendorong tubuh Black yang
menindihnya tapi dirinya terlalu lemah, rontaan Rita bukannya membuat
Black bergeser, justru membuatnya semakin bernafsu, sensasi yang
didapatnya saat vagina Rita mencengkeram penisnya benar-benar membuatnya
merasa nikmat. Black tetap mendiamkan penisnya yang panjang dan besar
itu di dalam kemaluan Rita. Ia ingin mereguk kehangatan tubuh wanita
cantik itu dengan sempurna. Khususnya kehangatan yang berasal dari
cengkeraman vaginanya. Apalagi dinding-dinding kemaluan Rita terasa
berdenyut-denyut. meremas penis Black yang keras. Ia pun menikmati semua
itu sambil terus mengulum bibir Rita dan menjilati bagian belakang
telinganya yang basah oleh keringat. Dari tengkuk Rita jilatannya terus
berpindah kearah bahu yang putih bersih. Nafsu Black terus terpacu
karena aroma tubuh Rita yang wangi dan telah bercampur dengan
keringatnya saat itu. Setelah puas di bahu, lalu ia turun ke arah
payudara Rita yang bernomor 34C itu. Mulut Black terus bermain-main
dengan puting dan belahan Payudara Rita. Jejak cupangan merah mulai
banyak menghiasi kedua payudara yang putih dan mulus itu. Diperlakukan
sebegitu rupa, pelan-pelan pertahanan Rita jebol, tubuhnya sudah tidak
mematuhi perintah otaknya yang menolak cumbuan Black, desakan luar biasa
sebagai akibat pengaruh ransangan yang diberikan Black benar-benar
bagaikan kuda binal yang menghentak-hentak di setiap ujung syaraf
kenikmatan seksual Rita. Cengkeraman Rita pada bahu Black makin mengeras
dan tubuh Rita akhirnya mengejang keras seperti dialiri listrik yang
membuatnya terhentak.
Black kemudian mulai mengerakkan pantatnya maju mundur untuk menggenjot
kemaluannya ke dalam liang vagina Rita. Sedang kedua tangannya memegangi
pinggang Rita agar tetap di tempatnya. Rita perlahan-lahan menikmati
genjotan Black yang kasar itu. sementara kedua tangannya tergeletak ke
samping sambil meremas-remas seprei. Sementara Rita semakin lama makin
menikmati persetubuhan itu. Tanpa sadar dia mulai mengimbangi gerakan
Black, bahkan saat Black berhenti menggenjot vaginanya, Rita spontan
menggerakkan pantatnya sendiri maju mundur. Respon yang diberikan Rita
membuat Black makin bersemangat. Kemudian Black membuat gerakan
memutar-mutarkan pantatnya sehingga penisnya seperti mengaduk vagina
Rita. Rita merasakan batang penisnya menyentuh seluruh rongga vaginanya,
terasa berputar putar, terasa sangat penuh, sampai akhirnya Rita
merasakan penis Black berdenyut denyut di dalam rongga vaginanya dan
Rita sendiri sudah akan mencapai orgasme. Selama 10 menit lamanya Black
menyetubuhi Rita, sungguh sebuah ketahanan yang luar biasa membuat Rita
secara diam-diam takjub.Tubuh Rita kembali mengejang, tanpa sadar Rita
memeluk badan Black dan mencakari punggungnya dengan garukan keras.
Wajah Rita merah padam seperti menahan sesuatu yang ingin dilepaskan.
Kemudian Black menyuruh Rita menungging di atas ranjang, lalu kembali
diserangnya vagina Rita dari belakang dengan gaya doggy style. Kedua
tangan kekarnya memegang pinggul Rita dan menariknya hingga posisi
pantat Rita kini merapat dengan pinggul Black membuat penisnya terbenam
seluruhnya di dalam vaginanya. Rita menjerit lirih, matanya terpejam
sambil menggigit bibirnya sendiri dan badannya kembali menegang keras.
Lalu mulailah Black menggenjot kembali vagina Rita dengan kedua tangan
memegangi pinggul Rita. Dia mulai memaju-mundurkan kemaluannya mulai
dari irama pelan kemudian makin cepat sehingga membuat tubuh Rita
tersodok-sodok dengan kencangnya. Agar tidak cepat ejakulasi, Black
mengkombinasikan irama gerakan pelan dan cepat, kadang ia menghentikan
gerakannya jika merasa akan ejakulasi.
“Aahh.. aahh.. aahhh.. oohh….. oohh..”, Rita kembali mendesah saat Black
menggenjotnya lagi. Tubuhnya sekarang basah oleh keringat. Payudaranya
yang kenyal menggantung indah bergoyang-goyang seirama genjotan Black.
Perlahan Black mulai menjamah payudara Rita dari belakang, sambil terus
menggenjot vaginanya, Black juga meremas-remas payudara Rita.
Erangan-erangan Rita semakin keras, badan dan kepala semakin
bergoyang-goyang tidak beraturan mencari titik-titik nikmat di dalam
vaginanya. Rita menjerit-jerit merasakan penis Black menggenjot
vaginanya dengan kasar, kepalanya bergoyang keras ke kiri dan ke kanan,
matanya terpejam sambil menggigit bibirnya menahan nikmat yang luar
biasa. Tak tahan mendapat rangsangan sedemikian hebat, tubuh Rita
kembali mengejang.
“Aaaaagghhh.........”, teriak Rita saat mengalami orgasme untuk kedua kalinya.
Tapi Black belum mau selesai, kali ini dia memaksa Rita berdiri, dia
menggiring Rita ke arah meja rias, kemudian menyuruh Rita berbalik dan
tangannya bertumpu pada sisi meja rias. Sekarang Rita dapat melihat
dirinya sendiri melalui cermin di hadapannya dan dari belakang terlihat
Black sedang mengagumi tubuh Rita dan mengelus-ngelusnya.
Black meremas bongkahan pantat Rita dengan gemas dan menepuknya. Black
melebarkan kedua paha Rita membuat ruangan yang lebar di
selangkangannya. Rita sekarang dalam keadaan menungging 90 derajat
dengan kaki terbuka lebar, kemudian Black memegang kedua bongkahan
pantat Rita dan menguakkannya lebar-lebar, semantaranya jari-jari Black
menggesek-gesek dan mengocok liang vagina Rita.
“Aaaahhhhhhhhhhhhh…”,tiba-tiba terdengar rintihan lirih Rita. Rupanya
Black mulai memasukkan penisnya yang besar ke dalam liang vagina Rita.
“Aahhkk.…”, teriak Rita ketika secara perlahan tapi pasti penis Black masuk ke dalam
vagina Rita. Black menarik secara perlahan penisnya dari vagina Rita dan
kemudian kembali memasukan penisnya dengan cepat,. Black kemudian
memegang pinggul Rita dari belakang dan mulai mempercepat pompaan
penisnya pada vagina Rita.
”Aahh… uuuhhh… aaaggghhh… uuuggghhhh…..”, terdengar jeritan tertahan
Rita disertai deru nafasnya yang terengah-engah. Badan Rita
terguncang-guncang keras maju mundur, kakinya terjinjit,tangannya dengan
keras memegang pinggir meja, kedua payudaranya yang padat bergoyang
cepat, kepala terdongak ke atas dan bibirnya terkatup rapat antara
menahan sakit dan sensasi yang Rita rasakan dalam vaginanya. Kembali
Rita melihat adegan dirinya melalui cermin rias dimana tubuhnya yang
telah mandi keringat tergoncang-goncang. Nampak pula kedua payudaranya
terayun kesana-kemari. Kemudian Black kembali merebahkan Rita di atas
ranjang. Black langsung menindih tubuh Rita sambil memompa penisnya
dengan cepat keluar masuk vagina Rita. Rita hanya bisa mengerang-erang
merasakan kenikmatan pada vaginanya.
”Aaaaahhhh……. oohhhh…. aahhkkhhhh… ooohhhhh…..”,desah Rita sambil
menggelinjang-gelinjang dan kedua tangganya meremas-remas seprei kasur.
Gerakan liar Rita membuat Black makin bernafsu, ia semakin cepat memompa
vagina Rita. Kaki Rita terangkat ke atas memberikan kesempatan kepada
Black untuk terus memompa vaginanya dengan lebih cepat lagi.
“Aaahh…… oohhh…”,Rita mulai meracau dengan mata tertutup dan tangannya semakin keras meremas-remas seprei.
“AHHKKHHH… ,” Rita mengerang kuat, seluruh energinya tumpah keluar saat
orgasme untuk kesekian kalinya, pada saat itulah Black mencapai
puncaknya.
“AARRRGGHHH ..,” Black juga mengerang sambil menjambak rambut Rita,
badannya melengkung ke atas sambil wajahnya menunjukkan ekspresi puas
luar biasa dan kemudian spermanya menyembur bagitu banyak di dalam
rongga rahim Rita. Akhirnya tubuh kedua insan yang baru saja melakukan
persenggamaan itu melemas kembali. Black selama beberapa menit
membiarkan tubuhnya menindih tubuh putih mulus Rita tanpa melepaskan
penisnya dari vagina Rita, mencoba merasakan sebanyak mungkin kenikmatan
dari tubuh wanita cantik itu sepuas-puasnya. Setelah rasa lelah dan
kantuk menyerang Black, ia menggulingkan tubuhnya di samping Rita dan
kemudian tertidur. Pengalaman barusan membuat tubuh Rita juga lelah
sehingga akhirnya Rita ikut tertidur juga. Rita terbangun, wajahnya
tampak lelah, sesaat matanya melirik jam weker yang ada di samping
tempat tidurnya. Waktu sudah menunjukkan pukul 11:30. Rita berusaha
bangkit dari tempat tidurnya, tenaganya terkuras akibat persetubuhan
tadi. Kemudian Rita menarik bed cover yang sudah acak-acakan dari
ranjang untuk menutupi tubuhnya yang telanjang bulat. Badannya terasa
penat dan letih mambuat Rita berusaha mencari kamar mandi. Dengan
tertatih-tatih Rita berjalan menuju kamar mandi. Setelah di kamar mandi
Rita segera membuka kain yang melilit tubuhnya, membiarkan dirinya
telanjang di bawah pancuran shower, lalu menyalakan shower dan mengatur
suhunya. Siraman air hangat dari gagang shower menerpa tubuhnya memberi
rasa segar serta menghilangkan kepenatan dan lengket-lengket pada
tubuhnya. Disaat air hangat menyirami tubuhnya, Rita teringat segala
kejadian yang baru saja dialaminya. Perlahan air matanya kembali
menetes. Ia mengingat telah mengkhianati suaminya. Rita merasa dirinya
sangat kotor karena ia telah menikmati persetubuhan dengan Black. Rita
terdiam sesaat, dia tidak dapat memungkiri kalau dirinya baru saja
menerima pengalaman seksual yang luar biasa. Rita menangis tersedu
menyadari keadaan dirinya. Setelah puas menumpahkan kesedihannya, Rita
merasakan tubuhnya segar kembali. Air hangat yang turun dari shower
terus menghujani tubuh telanjang Rita cukup membuat tubuhnya menjadi
lebih rileks dan tenang kembali. Ketika mengambil sabun dari tempatnya
tiba-tiba sebuah tangan hitam memegang tangannya dan tangan lainnya yang
mendekap tubuhnya dari belakang meraih payudaranya. Tangan hitam dan
bertato itu menyusup dari sela-sela ketiaknya meremas kedua payudaranya.
Rita kaget bukan kepalang. Rita kemudian memperhatikan tangan yang
meremas payudaranya, dari tato yang terdapat di sepasang tangan
tersebut, Rita bisa menebak orang di belakangnya adalah Obenk.
“Bagaimana kamu masuk! Bukannya pintunya terkunci?” bentak Rita kepada
Obenk. Karena seingatnya Black mengunci pintu kamar tidurnya, dan Black
tadi masih tertidur di ranjangnya.
“Jangan galak-galak donk nanyanya,mau gue bunuh lu!!!”bentak Obenk sambil meremas dengan kasar payudara Rita.
“Aaddduuuuh...,’ Rita merintih menahan sakit.
“Bagaimana kamu masuk?Kan pintunya terkunci?” tanya Rita sambil mengubah nada suaranya menjadi lembut.
“Gitu donk...dibukain sama bos....... laper katanya,” jawab Obenk
cengengesan sambil kedua tangannya terus meremas dan memainkan payudara
Rita.
Rita berpikir untuk melawan, tapi dia menghadapi dua penjahat yang
berbahaya, sehingga Rita terpaksa membuang jauh-jauh pikirannya itu dan
berusaha untuk menikmati perlakuan penjahat ini demi keselamatan
hidupnya. Rita hanya pasrah. Melihat kepasrahan Rita, Obenk makin
berani, tangannya terus bergerak memainkan payudara Rita yang sedari
tadi membuatnya terpesona. Dengan dua tangan dari kiri dan kanan
menangkup buah dada Rita yang besar dan kencang. Rita medesah lirih
ketika Obenk meremas buah dadanya. Pria itu makin mendekat dan memeluk
tubuh Rita dari belakang. Dengan sengaja ia mengeraskan aliran shower
agar memancar lebih keras, lalu Rita berbalik menatap Obenk yang sudah
telanjang bulat. Berhadap-hadapan dengan Rita membuat penis Obenk makin
menegang, ia memeluk Rita itu erat-erat. Obenk mengoles-oles buah dada
Rita, ia menggerakkan payudara Rita naik turun di dadanya sendiri. Rita
melenguh menahan nafsu, ia akhirnya bergerak naik turun tanpa diminta,
menjadikan buah dadanya sebagai penggosok dada Obenk. Pria itu sendiri
tak berhenti, ia meremas pantat bulat Rita dan mulai berani menciumi
tubuhnya. Bibir Obenk bergerak dari wajah, dimulai dari bibir Rita,
dicium sesaat bibir yang ranum tersebut, kemudian Obenk menciumi setiap
jengkal kulit mulus Rita yang basah oleh siraman air dari shower, mulai
dari lehernya yang jenjang, lalu turun ke dada. Sambil meremas-remas
payudara Rita dengan tangan, ia juga menciumi kedua payudaranya yang
kenyal itu dengan penuh nafsu, lalu mulut dan lidahnya bermain dikedua
puting payudara Rita.Obenk mempermainkan lidahnya di puting Rita, lalu
mengisapnya kadang memberikan gigitan kecil yang semakin membuat Rita
mengelinjang.
“Aaaaahh......aauuuhh...”, rintih Rita.Ciuman Obenk berlanjut ke daerah
perut, terus turun sampai akhirnya ke bibir kemaluan Rita.
Dengan kepasrahan penuh birahi, Rita menahan dirinya dengan menyandarkan
tangan ke tembok kamar mandi. Obenk berjongkok hingga kepalanya tepat
berada di depan kemaluan Rita. Sementara air terus mengalir membasahi
tubuh mereka berdua, Obenk mengelus-elus paha mulus Rita lalu
menciuminya bergantian, kiri ke kanan, kanan ke kiri, terus menerus.
Ciuman itu tak berhenti dan makin lama makin masuk ke arah selangkangan.
“Ohhhhmmm… esssstttt…” desah Rita tak berdaya saat bibir vaginanya mulai tersentuh lidah nakal Obenk.
Dengan menggunakan jemarinya, Obenk membuka bibir vagina Rita yang
berwarna merah muda dan menjejalkan lidahnya masuk ke dalam liangnya.
Sodokan lidah Obenk yang hangat ditambah guyuran air shower membuat
sensasi erotis yang lain daripada yang lain, Rita makin tak mampu
menguasai dirinya sendiri, ia merem melek diperlakukan sedemikian rupa.
Selang beberapa saat kemudian, giliran bibir Obenk yang asyik mempermainkan seputaran selangkangan Rita.
“Mmmmhhhh! Sssttthhh… oooohhh…” desahan Rita terus menguat.
Melihat Rita sudah tak kuat lagi, Obenk malah melanjutkan serangannya
dengan mempermainkan tonjolan klitoris Rita. Dijilatinya tonjolan itu
dengan lidahnya. Tubuh Rita bergetar tak berdaya, ia tak tahan lagi,
tubuhnya menggelinjang tanpa mampu ia hentikan.
“Yaaaaaaaaaaaaaahhhh…” Rita menjerit lirih ketika ia akhirnya mencapai kenikmatan.
Tubuhnya bergelinjang hebat dan menegang lalu ambruk ke depan. Dengan
sigap Obenk segera menangkap tubuh Rita. Dengan membelakangi shower yang
tetap menyala, Obenk kemudian membaringkan tubuh Rita di lantai kamar
mandi yang basah. Obenk kemudian membuka kaki Rita lebar-lebar, sehingga
posisinya telentang dengan kaki mengangkang lebar. Obenk kemudian
langsung menindih tubuh Rita sambil mengarahkan penisnya yang besar itu
ke vagina Rita.
“Aagghh…”, erang Rita ketika penis besar Obenk mulai memasuki vaginanya.
Obenk dengan kasar langsung memasukkan penisnya sampai mentok ke dalam
vagina Rita yang sudah basah itu. Obenk mulai memompa penisnya dengan
cepat keluar masuk vagina Rita. Dipompa oleh penis Obenk sedemikian
rupa, Rita hanya bisa mengerang-erang dengan mata tertutup dan mulut
sedikit terbuka.
“Aaahhhh… ooohhhh… aaahhh… oohhhh…”, Rita mendesah-desah setiap kali
Obenk menggenjot vaginanya sambil menggelinjang-gelinjang dan kedua
tangganya meremas-
remas punggung Obenk. Obenk semakin cepat memompa vagina Rita dengan
penisnya. Rita tanpa sadar mengangkat kedua kakinya dan melingkarkannya
di pinggang Obenk memberikan kesempatan kepada Obenk untuk terus memompa
vaginanya dengan lebih
cepat lagi.
“Aaahh…… oohhh…”, Rita mulai meracau dengan mata tertutup.
Kedua tubuh manusia yang berbeda suku itu mengkilap akibat basah tampak
kontras. Tiba-tiba Obenk melepaskan penisnya dari vagina Rita, lalu
membimbing Rita berdiri menuju closet duduk untuk melakukan gaya lain.
Dia duduk di atas closet yang telah ditutup penutupnya. Lalu dipaksanya
Rita duduk di pangkuannya dengan paha mengangkang dengan posisi
memunggungi Obenk. Obenk memposisikan penisnya agar masuk kembali ke
vagina Rita.
“Sekarang lu yang goyang ya..,” kata Obenk. Rita hanya bisa mengangguk,
lalu mulai menggerakkan pantatnya naik turun, membiarkan penis Obenk
keluar masuk vaginanya kembali.
Selama beberapa menit berikutnya yang terdengar hanyalah gesekan penis
Obenk di dalam vagina Rita diiringi dengan desahan erotis dari bibir
Rita yang mungil, sementara Obenk tanpa henti terus mengaduk-aduk vagina
Rita, sesekali ia meremas payudara Rita dari belakang lewat sela-sela
kedua ketiaknya dan memainkan putingnya, membuatnya makin merasa nikmat.
Pelan-pelan birahi Rita kembali meninggi dan akhirnya mengimbangi
setiap gerakan Obenk, membuat mereka bisa berpadu dengan serasi dalam
mencapai puncak kenikmatan seksual. Tetapi Obenk belum mau cepat-cepat
menyelesaikan kesenangannya, ia melepaskan penisnya dari vagina Rita,
lalu membimbing Rita duduk di pangkuannya dengan posisi berhadapan, lalu
dia kembali memasukkan penisnya ke dalam vagina Rita. Rita hanya dapat
merintih-rintih dalam keadaan antara sadar dan tidak Rita benar-benar
tidak berdaya, dia hanya mengikuti naluri seksualnya tanpa mempedulikan
apapun lagi. Dengan posisi berhadapan, payudara Rita tampak tergantung
indah, padat berisi dan sangat menggairahkan. Dengan posisi demikian,
Obenk dapat mengenyot payudara Rita sambil menikmati goyangan
pinggulnya. Kedua tangannya meraih sepasang gunung kembar itu, mulutnya
lalu mencium dan mengisap putingnya secara bergantian.Rita lalu mulai
menggerakkan pantatnya maju mundur sambil melingkarkan kaki mulusnya ke
pinggang Obenk. Obenk mengimbanginya dengan mencengkeram pantat Rita dan
mendorong pantatnya naik turun. Ketika Obenk berhenti memompa Rita,
secara refleks ia melenguh dan mulai menggerak-gerakan pantatnya sendiri
agar tetap dikocok oleh penis Obenk yang terasa sesak di vaginanya. Di
ambang klimaks, tanpa sadar Rita memeluki Obenk dan dibalas dengan
pagutan di mulutnya. Mereka berpagutan sampai Rita mendesis panjang
dengan tubuh mengejang, tangannya mencengkram erat-erat lengan kokoh
Obenk.
“Oooohh….!!”, lenguhan panjang pun terdengar lirih.
Sungguh dahsyat orgasme yang didapatnya, namun ironisnya hal itu bukan
dia dapat dari suaminya melainkan dari seorang pria mesum yang
memanfaatkan situasi tidak menguntungkan ini. Setelah dua menitan
tubuhnya kembali melemas dan bersandar dalam pelukan Obenk.
Obenk belum merasa terpuaskan, maka setelah jeda beberapa menit dia
bangkit sehingga penis itu terlepas dari tempatnya menancap. Rita yang
belum pulih sepenuhnya disuruhnya menuju ke westafel yang ada di kamar
mandi. Mungkin karena terlalu terangsangnya, Rita menurut saja apa yang
dimintanya. Obenk mengatur posisi Rita berdiri dengan pantat agak
ditunggingkan, tangan Rita bertumpu pada pinggiran westafel yang ada di
depannya. Kemudian penis Obenk kembali memasuki vaginanya dari belakang.
“Uugghh…oohh !” desah Rita dengan mencengkeram westafel dengan kuat saat penis itu kembali melesak ke dalam vaginanya.
Dalam posisi demikian, Obenk memaju-mundurkan pinggulnya sambil
berpegangan pada kedua payudara Rita. Rita dapat melihat dirinya melalui
cermin yang ada di depannya, payudara berbergerak naik turun mengikuti
gerakan Obenk yang menyenggamainya dari belakang. Mulut Obenk sibuk
menciumi pundak dan lehernya membuat Rita serasa melayang. Ditariknya
wajah Rita hingga menengok ke belakang dan begitu wajahnya menoleh bibir
tebalnya langsung memagut bibirnya. Karena sudah pasrah, Rita pun ikut
membalas ciumannya, lidah mereka saling membelit dan beradu, air liur
mereka menetes-netes di pinggir bibir. Tangan Obenk memegang dan meremas
pantatnya sambil menyodok-nyodokkan penisnya, cairan yang sudah
membanjir dari vagina Rita menimbulkan bunyi berdecak setiap kali penis
itu menghujam. Suara desahan Rita membuatnya semakin bernafsu sehingga
dia meraih payudara Rita dan meremasnya dengan gemas seolah ingin
melumatkan tubuh sintal itu. Lima belas menit lamanya Obenk
menyetubuhinya dalam posisi demikian, seluruh bagian tubuh Rita tidak
ada yang lepas dari jamahannya. Seiring dengan gerakan penis Obenk yang
semakin cepat menghujam vaginanya, kedua tangan Rita semakin erat
mencengkeram westafel. Akhirnya, Obenk menggeram dan merasakan sesuatu
akan meledak dalam dirinya, penisnya dia tekan lebih dalam ke dalam
vagina Rita, serangannya juga makin gencar sehingga Rita dibuatnya
kelojotan dan merintih. Rita merasa genjotannya makin kencang dan
disusul cairan hangat memenuhi rahimnya. Obenk melenguh panjang,
penisnya masih menghujam-hujam namun frekuensi goyangannya menurun,
sperma yang ditumpahkannya sebagian meleleh membasahi selangkangan Rita.
Rita kembali mengalami orgasme yang ia sendiri lupa untuk keberapa
kalinya. Nafasnya terengah-engah. Setelah beberapa saat, Obenk
melepaskan penisnya. Sebelum meninggalkan Rita yang masih berdiri lemas
akibat klimaks tadi, Obenk berbisik di telinga Rita,”Hebat juga
goyanganlu, nanti kita terusin lagi ya” sambil lewat tangannya menepok
pantat Rita yg putih mulus itu. Rita merasa harga dirinya hancur,
dadanya terasa begitu sesak akibat tidak kuat menahan hinaan yang
merendahkan harga dirinya sebagai seorang wanita.tapi ia tak dapat
memungkiri bahwa ia juga menikmati persetubuhan tadi
Setelah nafasnya kembali normal, Rita kembali ke pancuran shower dan
kembali membersihkan tubuhnya. Setelah selesai, ia mengeringkan tubuhnya
dengan handuk, lalu melilitkan handuk tersebut untuk menutupi
ketelanjangannya. Kemudian Rita kembali ke kamarnya, ternyata Black
sudah kembali menunggunya di ranjang menggunakan kimono yang biasa
dipakai suaminya.
“Ayo kita lanjutin yang tadi!”
Rita sudah mengerti apa yang dimaksud Black saat itu. Rita secara
ragu-ragu mulai bergerak mendekat ke arah Black. Mereka pun kembali
berciuman. Rita memejamkan matanya dan ekspresi wajahnya memancarkan
kenikmatan dan kepasrahan yang luar biasa. Mau tidak mau, suka tidak
suka.
“Ooohh… oohh…”, tangan Black terus membelai sekujur tubuh wanita cantik
tersebut. Sambil berciuman tangan Black mulai bergerilya melepasi handuk
yang dikenakan Rita. Rita membiarkan Black melakukan aksinya sampai
akhirnya lilitan handuk yan terbuka dan jatuh melorot ke bawah. Tangan
Black pun kini dapat menggenggam kembali payudara padat wanita cantik
tersebut.
“Aaaoo…!”, Rita mendesah lirih ketika Black memilin puting kanannya. Black lalu mengulum dan menjilati payudara kiri Rita
“Aaah… aaahhh…”, Rita semakin terbuai oleh permainan lidah dan mulut Black di kedua payudaranya secara bergantian.
Puas bermain dengan kedua payudara wanita cantik tersebut, Black kembali
mengincar bibir lembut Rita. Kini kembali keduanya saling pagut dan
saling mengadu lidah.Sambil tetap berpagutan bibir, laki-laki itu dengan
leluasa dapat memainkan jari-jari tangannya di permukaan vagina Rita.
Black bisa merasakan bulu-bulu di permukaan vagina tersebut terasa basah
dan lembab. Black mengangkat tubuh Rita dan menelentangkannya di tengah
tempat tidur. Black kemudian melepaskan kimononya yang ternyata di
balik kimono tersebut Black tidak mengenakan apapun lagi, sehingga
sekarang Black dan Rita berdua telanjang bulat di kasur. Penis hitam
Black sangat besar, panjang, tebal dan berurat.
“Elu sudah nyepong punyanya Obenk, sekarang giliran gue elu sepong!”
Kemudian Black mendekati kepala Rita, dia berlutut di hadapan Rita. Rita
tanpa diperintah membalik posisi tubuhnya dan mengaturnya sedemikian
rupa sehingga wajahnya berhadapan dengan penis Black. Black kemudian
mengarahkan penisnya yang besar ke mulut Rita, dan Ritapun dengan
sukarela membuka mulutnya lebar-lebar, dan Black kemudian mulai
memasukkan kemaluannya yang besar keluar masuk mulut Rita yang mungil.
Tampak mulut Rita kesulitan untuk menerima penis yang besar itu, namun
Black dengan sedikit kasar memaksakan penisnya keluar masuk mulut Rita
sehingga terlihat mulut Rita penuh oleh penis Black. Rita kelihatan
kepayahan namun tetap berusaha mengikuti kemauan Black. Batang penis
Black pun kini sudah terlihat terkocok di dalam mulut Rita. Dengan
cekatan wanita cantik itu memberikan pelayanan oral kepada tuannya malam
itu. Sesekali tangan Rita mengocok-ngocok batang penis tersebut ketika
ia memainkan lidahnya pada zakar Black. Tentu akan terasa nikmat jika
penis ini kembali mengaduk-aduk vaginanya, pikir sisi liar Rita. Rita
terlihat begitu “semangat” mengulum dan menjilati batang penis di
genggamannya. Kini Black terlihat aktif mengocok-ngocokkan batang
penisnya ke dalam mulut Rita. Wanita cantik itu pun berusaha bertahan
agar tidak tersedak karena beberapa kali ujung penis Black terasa
menyentuh kerongkongannya.
“Hhm… hhmm… hhmm…”, desahan Rita terdengar tertahan kocokan penis Black di mulutnya.
Apalagi kini laki-laki mesum itu memegang kepalanya sehingga Rita sama
sekali tidak bisa menggerakkan kepalanya. Akibatnya wanita cantik itu
pun dibuat megap-megap sewaktu menarik nafasnya. Beberapa menit kemudian
penis Black sudah terlihat sangat tegang, kemudian Black menurunkan
badannya dan mengarahkan penisnya ke vagina Rita. Mengetahui apa yang
akan dilakukan Black, Rita membuka makin lebar kedua kakinya. Pria tua
itu kemudian memasukkan penisnya yang besar ke dalam vagina Rita secara
perlahan. Rita terlihat masih menahan sakit ketika penis Black yang
besar mulai memasuki vaginanya. Setelah penis Black masuk seluruhnya, ia
mulai menggerakkan penisnya keluar sampai hanya tinggal kepala
penisnya, kemudian memasukkan seluruh penisnya kembali secara perlahan
ke dalam vagina Rita dan hal tersebut dilakukannya berulang-ulang dengan
menambah tempo iramanya makin lama makin cepat. Rita terlihat menikmati
permainan Black, erangan-erangan kecil keluar dari mulutnya menyertai
gerakan pinggulnya mengikuti irama permainan Black. Tempo permainan dan
genjotan penis Black semakin cepat, racauan Rita semakin kencang,
matanya merem melek menikmati genjotan-genjotan penis Black di
vaginanya. Ia juga menciumi, menjilati dan sedikit menggigit puting
kedua payudara wanita itu secara bergantian.
“Terus…terus…jaaanngaan berheen..ti” teriakan kecil keluar dari mulut Rita.
Kemudian badannya mengejang hebat sampai badannya melengkung ke belakang, kedua tangannya merangkul leher Black dengan kencang.
“Oooohhhhh……” lolong Rita ketika dia dipuncak orgasmenya, tapi Black belum terlihat tanda-tanda akan orgasme.
Black kemudian memindahkan posisi Rita sehingga sekarang tiduran sambil
menyamping. Tanpa memgeluarkan penisnya dari vagina Rita, Black
memindahkan tubuhnya ke belakang Rita sehingga sekarang mereka berdua
tidur menyamping dengan Black berada di belakangnya. Black kemudian
kembali melanjutkan genjotan penisnya yang sangat besar itu di vagina
Rita. Tangan kiri Black, melalui sela-sela ketiak Rita dapat dengan
bebas memijat-mijat kedua payudara dan klitoris Rita. Rita kembali
tenggelam dalam nafsu seksnya, matanya terlihat sayu, mulutnya terbuka
sedikit dan tanpa sadar Rita mengangkat kaki kirinya ke atas.
Gerakan-gerakan Black semakin ganas. Rita tergoncang-goncang dengan
hebatnya, racauan-racauan Rita sudah berubah menjadi terikan-teriakan
kenikmatan. Black kembali mengubah posisi Rita lagi. Kali ini wanita itu
dimintanya tengkurap menungging lalu Black menyetubuhi Rita dengan gaya
doggy style. Black menggenjot penisnya dari belakang dengan tempo yang
berubah-ubah, kadang cepat sekali dan secara tiba-tiba memelankan
genjotannya dan kemudian cepat lagi. Hal ini membuat Rita semakin tidak
bisa mengontrol dirinya, kepalanya tertunduk dan bergerak ke kanan kiri
tidak beraturan. Tangan Rita kembali meremas-remas sprei tempat tidur
dengan kencangnya. Kepala Rita terdongak ke atas, kedua matanya terpejam
rapat dan mulutnya terbuka lebar, tubuhnya tergoncang-goncang keras
karena sodokan-sodokan penis Black ke dalam vaginanya. Black
menghentikan gerakannya untuk beberapa saat, kemudian setelah beberapa
saat Black kembali menggenjot penisnya dengan kencang.
“Wah, kayaknya lagi asik nih…..,” kata Obenk yang secara tiba-tiba masuk
ke kamar ketika Black sedang asik menyenggamai Rita. Black memandang
sebal Obenk karena dianggap mengganggunya.
“Gue boleh ikutan ga, boss ???” tanyanya cengengesan sambil matanya
menatap nanar tubuh telanjang Rita yang sedang digauli Black.
Dengan wajah sebal,Black menghentikan hujaman penisnya ke vagina Rita.
Lalu dengan berat hati akhirnya Black memberikan isyarat memberi ijin
kepada Obenk untuk turut serta. Obenk yang sudah telanjang kini ikut
naik ke ranjang, berlutut di hadapan wajah Rita yang sedang melakukan
doggy style. Tangannya mulai menjamahi setiap lekuk tubuh Rita yang
indah. Tangan-tangan kasar mereka mulai bergerilya di sekujur tubuh
telanjang Rita. Ia meraih tangan Rita dan meletakkannya pada penisnya,
segera dia mendesah nikmat karena penisnya dikocok perlahan oleh
jari-jari lentik itu.
“Sekarang emut punya gue!”perintah Obenk kepada Rita.
Entah setan apa yang sedang merasuki Rita sehingga dia begitu pasrahnya
menuruti mereka. Mula-mula dia mulai dengan menyapukan lidahnya pada
permukaan batang penis Obenk hingga ke kepala penisnya lau dia mengulum
penis itu dalam mulutnya, lidahnya bergerak liar menyapu batang dan
kepala penisnya yang mirip jamur dan agak bau itu. Obenk merasa keenakan
dengan kuluman dan jilatan wanita itu.
“Uuhh…enak…asyik Non terus !” desah Obenk sambil menggoyang pinggulnya seolah sedang menyetubuhi mulutnya.
Rita membenamkan penis itu dalam mulutnya, di dalamnya lidahnya bergerak
mengitari penis itu dan ujungnya, diameter penis Obenk tidak sebesar
Black jadi kali ini tugasnya agak ringan. Kepala Rita kini mulai
maju-mundur sambil menyedoti penis itu, terasa asin dan aromanya tidak
sedap, tapi Rita sudah tidak peduli lagi. Ketika sedang larut melayani
penis Obenk, dia merasakan ada sepasang tangan mendekapnya dari
belakang. Sebuah telapak tangannya meraih payudara kirinya, dan telapak
tangan lain menggerayangi kemaluannya.
“Eemmm…mmm…!” demikian suara yang keluar dari mulut Rita.
Lalu Black meneruskan kegiatannya yang sempat tertunda tadi. Black
kembali memasukkan penisnya ke dalam vagina Rita dari belakang. Black
menghentak pinggulnya pelan sehingga penis itu makin terdorong masuk
diiringi erangan Rita. Kemudian sekali lagi dihentakkan dengan lebih
bertenaga sehingga Rita pun mendesah lebih panjang dengan tubuh
mengejang. Penis itu kini telah menancap pada vaginanya. Tubuh keduanya
telah bersatu kembali dalam posisi doggy style. Sebentar saja Black
sudah kembali menggenjot tubuh Rita. Black memulainya dengan gerakan
lambat,lama-lama Rita yang lebih aktif menggerakkan tubuhnya. Hal ini
membuat Black semakin bernafsu, frekuensi genjotannya makin meningkat
beradu dengan goyangan tubuh wanita itu. Rita merasakan vaginanya penuh
sesak, sedangkan Black merasa penisnya diremas-remas oleh dinding vagina
Rita. Tubuh Rita semakin basah oleh keringat, ia semakin tak sanggup
menahan sensasi nikmat yang melanda tubuhnya sedemikian hebat hingga
membuat wajahnya memerah. Rita saat ini merasakan kenikmatan genjotan
penis Black di vaginanya. Penis besar itu terasa begitu sesak membuka
dinding vaginanya. Gesekan demi gesekan penis itu pun semakin membawa
wanita itu terbang terbuai ke dalam gelora nafsu birahi.
“Aaakkh… oohh…”, desah Rita sambil melepas penis Obenk dari mulutnya.
Kini Rita dapat dengan bebas berteriak dan mengekpresikan kenikmatan
yang ia peroleh dari Black. Black pun kian mengencangkan genjotan
penisnya, sambil menahan gelombang dasyat yang kini menggantung di ujung
penisnya.
“Aaaakkhh….!”, Rita pun berteriak kencang. Ia mencapai klimaks!
Beberapa detik kemudian giliran Black yang berteriak, “Ooohhh…!” iapun
mengalami klimaks dengan menumpahkan spermanya ke dalam vagina Rita
tanpa melepaskan penisnya.
Beberapa saat setelah orgasme tadi, Black melepaskan penisnya dari
vagina Rita, lalu merubah posisinya sehingga Rita kembali dalam posisi
terlentang.
“Dari pertama dateng tadi gua udah horny banget sama cewek ini, ga
nyangka juga bisa dapet kesempatan kaya gini” kata Obenk sambil memegang
payudara Rita.
Payudara yang hangat, kenyal dan berkulit halus, lalu ia menunduk dan
melumat payudara wanita itu dengan mulutnya. Mata Rita terpejam
merasakan jilatan dan emutan pada kedua payudaranya dan tangan-tangan
kasar yang menggerayangi tubuhnya. Baru kali ini Rita merasakan buaian
pada banyak titik sensitif di tubuhnya dalam waktu bersamaan sehingga
desahan nikmat pun keluar dari mulutnya dan tubuhnya menggeliat-geliat
nikmat. Walau ada perasaan risih, dirinya tak kuasa untuk menolaknya.
Lalu Obenk menopang punggung Rita dengan satu tangannya sehingga posisi
wanita itu terduduk di ranjang dan tangan satunya terus menggerayangi
tubuhnya sambil berciuman. Rita mendesah tertahan di sela percumbuannya
karena jari-jari Black makin liar keluar masuk di vaginanya. Pada
payudara kanannya ia merasakan hisapan dan jilatan sedangkan yang kiri
ia merasakan putingnya dipilin-pilin, kedua bagian sensitif itu pun
makin menegang karenanya. Libido yang semakin tinggi menyebabkan Rita
semakin bergairah bercumbu dengan Obenk. Kemudian Obenk kembali
membaringkan tubuh Rita dan bertukar tempat dengan Black. Black berlutut
di samping kepala Rita menginginkan penisnya kembali dioral. Lalu ia
mengarahkan penisnya ke wajah Rita, kemudian dia menempelkan kepala
penisnya yang masih tampak basah akibat pergumulan tadi ke bibir wanita
itu. Rita dapat melihat dengan jelas penis hitam pria itu mendekati
wajahnya, tanpa sadar Rita menggerakkan tangan meraih penis besar
berurat itu, tubuhnya bekerja secara otomatis mengikuti naluri seksnya.
Rita menjulurkan lidah menjilati lubang kencing Black disertai gerakan
mengocok perlahan. Rita pun patuh membuka mulutnya untuk dimasuki penis
penjahat itu. Black sangat menikmati saat penisnya menyentuh lidah dan
gigi Rita lalu dihangatkan oleh ludahnya. Naluri seksnya membimbingnya
menjilati dan mengisap penis itu tanpa menghiraukan rasa jijik, lidahnya
bergerak memutari kepala penis yang seperti cendawan itu. Buah zakar
itu sesekali menumbuk hidungnya karena pria itu memaju-mundurkan
pinggulnya perlahan seperti gerakan bersetubuh. Saat itu Obenk sedang
menjilati tubuhnya mulus telanjang.
Semakin dikulum penis itu semakin mengeras dan bangkit kembali sehingga
mulutnya terasa makin sesak apalagi ketika pemiliknya menekan hingga
menyentuh tenggorokannya.
“Kalau gua suka memeknya…gondrong banget, demen gua yang kaya gini!”
kata Obenk sambil merabai vagina Rita yang ditumbuhi bulu-bulu lebat.
Jari-jari pria itu mengeseki bibir vaginanya sehingga nafasnya semakin
memburu dan tak sanggup lagi menahan desahannya. Lalu Obenk memposisikan
wajahnya diantara kedua paha Rita, lalu pria bertato itu membenamkan
wajahnya pada selangkangan Rita dan mulai menjilatinya. Dengan rakus
Obenk menjilati vagina yang berbulu lebat itu. Kedua jarinya
merenggangkan bibir vaginanya sehingga terkuaklah bagian dalamnya yang
merah dan berlendir itu. Tubuh Rita makin bergetar merasakan lidah pria
itu mengais-ngais vaginanya terlebih ketika lidah itu menyentuh
klitorisnya. Obenk membuka paha wanita itu lebih lebar sehingga ia makin
leluasa menjilat dan menghisap wilayah sensitif itu. Rita semakin larut
dalam birahi akibat perlakuan Obenk, tanpa disadari ia semakin asyik
menikmati tugasnya mengoral penis Black. Obenk bukan saja memainkan
lidahnya di liang kenikmatan itu, jari-jarinya pun ikut bermain disana.
Ia menyentil-nyentilkan lidahnya pada daging kecil sensitif itu
menyebabkan pemiliknya menggelinjang nikmat. Beberapa saat kemudian,
Rita merasakan desakan pada vaginanya. Dia menggerakkan bola matanya
untuk melihat ke sana, ternyata si Obenk sudah tidak menjilati
vaginanya, dia tengah mendorong-dorongkan penisnya untuk memasuki vagina
itu.
“Sakit bang…aahh…ahh…jangan keras-keras !” rintih Rita meminta Obenk
mengurangi kebrutalannya menyodok vaginanya dan remasannya yang kasar
pada payudaranya.
Kali ini Obenk cukup pengertian, dia mengurangi kekasarannya, dengan
menancapkan penisnya secara perlahan pada vagina Rita.Setelah merasakan
nikmatnya jepitannya mulailah Obenk memompa wanita itu.
“Aahh…oohh…mmmm…mmm !” Rita kembali memasukkan penis Black ke dalam mulutnya dan meneruskan hisapan-hisapannya.
Obenk menggenjot Rita dengan kecepatan makin naik, kedua kaki wanita itu
dinaikkan ke kedua bahunya. Rita juga ikut menggerakkan pinggulnya
mengimbangi permainan pria itu.
Kuluman dan jilatan Rita yang sensasional membuat Black tidak bisa menahan ejakulasinya.
“Oohhh !” Black mendesah dan menjambak rambut panjang Rita dengan gemas.
Rita merasakan cairan kental hangat mengisi mulutnya yang langsung
ditelannya. Kali ini spermanya tidak terlalu banyak akibat ejakulasi
sebelumnya. Setelah itu Black terkapar di sebelah Rita yang masih
bergumul dengan Obenk yang semakin bernafsu menggenjoti Rita setelah
melihat pemandangan yang sangat sensual barusan ketika wanita itu sedang
menyedoti penis Black yang sedang orgasme, belum lagi buah dadanya yang
berguncang-guncang.
“Yes…yes…aaahhh…uuhh…oh…..!” desah Rita menggelinjang nikmat, tangannya meremas-remas payudaranya sendiri.
Rita kembali merasakan sudah di ambang orgasme, ia memutar-mutar
pinggulnya menambah sensasi nikmat, hingga akhirnya ia tak sanggup lagi
menahannya, tubuhnya mengejang dan menekuk ke atas dan mulutnya
mengerang panjang. Obenk menyusul semenit kemudian dengan menekan
dalam-dalam penisnya dan menyemburkan spermanya di dalam sana, wajahnya
mengekspresikan kenikmatan yang luar biasa dari. Lalu pria bertato itu
ambruk di atas tubuh Rita, sesekali bibirnya menciumi pipi dan bibir
wanita itu. Dia ingin merasakan sebanyak mungkin kehangatan tubuh wanita
ini yang belum tentu bisa dirasakannya kemudian hari.
“Ayo, non, sekarang sama gue lagi !” Black seolah bisa membaca
pikirannya, dia membantunya berdiri dan mendudukkannya di pinggir meja
rias yang ada di kamarnya.
Black lansung menusukkan penisnya ke vagina Rita. Black mulai menggenjot penisnya dengan cepat keluar masuk vagina Rita.
“Aahh…oohhh…ahhh !” desah Rita dengan tubuh menggelinjang, kedua pahanya
melingkari pinggang Black dan tangannya memeluk erat tubuh gempal pria
itu.
Tiba-tiba Rita merasa tubuhnya terangkat dari meja, ternyata Black
memang telah menjauhkannya dari meja, hanya pahanya saja ditopang oleh
kedua tangan kokoh Black. Secara refleks Rita makin mempererat
pelukannya kepada Black yang kini tusukan-tusukan penisnya makin terasa,
bahkan secara naluriah dia pun turut menggoyangkan pinggulnya. Black
sangat gemas melihat payudara Rita yang terguncang-guncang dan wajahnya
yang makin bersemu merah karena terangsang berat sehingga tempo
genjotannya makin bertambah.
“Enak kan, non ? Hehehe…sama suamilu belum pernah seasyik gini kan ?” ejek Black.
“Iyah bang…enak…ahhh…enak banget !” kata-kata itu meluncur begitu saja
dari mulut Rita yang tengah dilanda birahi tingkat tinggi.
Sekitar lima menit lamanya Black menggenjot Rita dalam posisi demikian.
Rita takjub akan keperkasaannya, dengan suaminya dia pernah mencoba
posisi ini namun tidak bertahan lama karena gaya ini memang memakan
banyak tenaga untuk menggenjot dan menopang berat badan sang wanita.
Vagina Rita makin becek sehingga terdengar bunyi berdecak setiap
selangkangan mereka bertumbukan. Lalu sambil berpelukan dan tanpa
melepaskan penisnya dari vagina Rita, Black memapah tubuh Rita kembali
ke ranjang dan membaringkannya. Kemudian Black kembali mengenjot
penisnya ke vagina Rita. Ketika di ambang orgasme, dia menghentikan
tusukannya, ia ingin menikmati tubuh wanita itu sepenuhnya sehingga
tidak mau cepat-cepat keluar. Kini diperintahkannya Rita menaiki
penisnya. Tidak terlalu sulit penisnya memasuki vagina itu karena sudah
basah dan licin. Erangan Rita turut mengiringi proses penetrasi itu
hingga akhirnya penis itu tertancap seluruhnya.
“Mmhhh…enak , memek non masih legit aja!” gumam Black merasakan himpitan dinding vagina Rita terhadap penisnya.
Tanpa menghiraukan ocehan Black, Rita mulai menggoyangkan tubuhnya
naik-turun. Secara refleks tangannya yang saling genggam dengan tangan
pria itu membimbingnya ke salah satu payudaranya seolah meminta pria itu
meremasinya. Black mulai memainkan payudaranya dan tangan satunya
menelusuri tubuh yang molek itu, merasakan kulitnya yang halus dan lekuk
tubuhnya yang indah. Rita sudah semakin hanyut dalam persetubuhan itu
walaupun pada awalnya dilakukannya dengan terpaksa.
Ketika masih menikmati posisi woman on top, Obenk mendekati Rita dan membisikkan sesuatu di telinganya.
“Saya cobain disini yah Non, pasti lebih seret !” pintanya.
“Jangaann….saya…saya belum pernah” ucap Rita dengan nafas terengah, “sepertinya sakit”
“Nggak juga kok Non, awalnya aja sakit, nanti juga enak apalagi kalo dua kontol sekaligus gini” kata Obenk meyakinkannya.
“Tapi jangan kasar-kasar Bang” pinta Rita memberi persetujuan ajakan Obenk main belakang.
Obenk segera mengambil posisi di belakangnya, pantat gadis itu
diangkatnya sedikit, ia meludahi penisnya, lalu memulai proses
penetrasinya secara perlahan-lahan.
“Tahan dikit yah Non” kata Obenk.
Rita merintih-rintih merasakan perih pada daerah itu karena baru pertama
kali melakukannya lewat situ, tangannya mencengkram erat lengan Black
dan sprei di bawahnya. Black yang di bawah asyik saja menggerayangi
payudara Rita yang menggelantung di dekat wajahnya sambil menunggu
proses penetrasi, dia menciumi kedua daging kenyal itu dan mempermainkan
putingnya.
“Aaakkhh…..adddduuhhh, sakit…oohh…pelan-pelan bang !” Rita merintih sampai air matanya keluar, tubuhnya serasa dikoyak-koyak.
“Dikit lagi nih Non, sabar yah…ahh…ahhhh !” Obenk juga mengerang sambil
mendorong penis itu lebih dalam lagi. Lalu Black mendiamkan dulu
penisnya di dalam dubur Rita sambil mengurut-urut pantatnya memberi rasa
nyaman sekaligus membiarkannya beradaptasi.
Setelah beberapa saat Black mulai menghujamkan penisnya perlahan, Rita
merintih karena sakit yang juga bercampur nikmat. Dalam waktu bersamaan,
Black juga menggoyangkan pinggulnya dari bawah. Genjotan tubuh mereka
semakin lancar, Rita mulai merasakan nikmatnya disetubuhi dari belakang
terlebih dengan penetrasi ganda seperti ini yang belum pernah dirasakan
sebelumnya. Kenikmatan luar biasa melingkupi tubuh wanita itu, ia
memasrahkan tubuhnya diperlakukan semaunya oleh kedua pria itu, kontras
sekali tubuhnya yang putih mulus itu diantara tubuh-tubuh hitam kasar.
“Semmmpiiiit…..baaannngggettt,” oceh Obenk
“Kaayyyaannya…guuee….mau…nngecret nih!” gumam Obenk sambil teus menghujamkan penisnya ke dubur Rita.
Obenk tidak bisa bertahan lama dengan lubang belakang Rita yang baru
saja diperawaninya itu. Pria itu menggeram nikmat sambil membenamkan
penisnya dalam-dalam. Rita merasakan cairan hangat memenuhi lubang
belakangnya. Lalu Obenk terkulai lemas di sebelahnya. Ketika penis Obenk
tercabut, ia merasa sedikit lega dari kesesakan akibat dua lubangnya
dijejali penis, masih terasa sperma pria itu meleleh di pantatnya. Dia
atas tubuh Black, Rita memacu tubuhnya dengan liar, keduanya
mendesah-desah kenikmatan. Tangan Black terus menggerayangi payudara
Rita yang bergoyang-goyang naik turun seirama badannya yang menggemaskan
itu.
Tiga menit kemudian mereka berganti posisi. Black mengangkat tubuhnya
sehingga terduduk di ranjang, kemudian barulah melanjutkan genjotannya
sambil berpelukan dengan wanita itu. Dengan gaya duduk berpelukan begitu
Black dapat membenamkan wajahnya di dada Rita, merasakan empuknya
payudara montok itu, mulutnya pun berpindah-pindah, kadang mengenyoti
payudara gadis itu, kadang melumat bibirnya.
“Ooh……aaaaaaaaahhh !!” jerit Rita tak lama kemudian.
Dengan mata membeliak-beliak, tangan dan kakinya makin erat memeluk
tubuh penjahat itu. Gerak tubuhnya yang naik turun itu pun semakin liar,
dada mereka saling bergesekan, begitu pula dengan Black yang masih
terus menekan-nekan tubuhnya. Black membalikkan tubuh Rita, sehingga
kini wanita cantik itu terbaring di atas ranjang. Black kembali
menghujamkan penisnya, lalu menggoyangkan pinggulnya dengan cepat.
“Aaahh… gue mau ngecret nih!” gumam Black tanpa menghentikan goyangannya.
Rita pun merasakan adanya sesuatu yang akan meledak di dalam dirinya.
Tubuh sintalnya mulai nampak menegang, kepalanya mendongak ke atas,
sementara kedua matanya terpejam dan mulutnya membuka lebar. Black pun
kian mengencangkan genjotan penisnya, sambil menahan gelombang dasyat
yang kini menggantung di ujung penisnya.
“Aaaakkhh….!”, Rita pun berteriak kencang. Ia mencapai klimaks!
Beberapa detik kemudian giliran Black yang berteriak, “Ooohhh…!”.
Semburan sperma sempat masuk ke dalam vagina Rita sebelum Black sempat
menarik batang penisnya. Semprotan sisa pun mendarat di perut dan
payudara serta sedikit mengenai wajah cantik Rita. Black terduduk lemas
di samping Rita, sedangkan wanita cantik itu terlihat masih terbaring di
ranjang dengan nafas ngos-ngosan. Rita terlihat menikmati betul sensasi
klimaks yang baru saja ia rasakan. Black lalu mengelus-elus rambut Rita
yang telah basah oleh keringat. Sebersit senyum mesum tersungging di
wajah seramnya. Terlihat masih ada sperma mengalir keluar dari dalam
lubang kewanitaannya. Rita tidak dapat memungkiri, bahwa ia juga
menikmati persenggamaan liar dengan kedua orang asing ini. Dalam dirinya
berkecamuk antara perasaan bersalah dan menikmati seks yang dirasakan.
Menjelang subuh, akhirnya mereka bertiga tertidur. Rita membiarkan
dirinya tidur diantara Obenk dan Black yang memeluk tubuh telanjangnya
dari belakang. Keesokan harinya, sekitar jam 1 siang, Rita baru
terbangun dari tidurnya. Ia merasakan seluruh tubuhnya terasa
pegal-pegal, terutama di daerah selangkangannya yang ia rasakan agak
nyeri akibat permainan seks liar tadi malam. Tidak beberapa lama
kemudian, Rita baru menyadari bahwa dirinya tinggal seorang diri di
dalam kamarnya. Kedua penjahat yang kemarin tidur di kedua sisinya itu,
kini sudah tidak tampak di dalam kamarnya lagi.
Rita lalu bangkit dari tempat tidurnya, menarik sprei tempat tidurnya
untuk menutupi ketelanjangan tubuhnya. Kemudian ia berjalan memeriksa ke
seluruh ruangan rumahnya tetapi tidak menemukan batang hidung kedua
penjahat tersebut. Ketika kembali ke kamarnya, matanya tertuju ke sebuah
dompet miliknya yang telah terbuka di atas meja rias di kamarnya. Di
bawahnya terdapat sebuah kertas yang berisi tulisan tangan salah satu
penjahat tersebut. Tulisannya sangat jelek dan agak sulit dibaca.
“Maaf, non, duitnya kita ambil. Kami butuh uang untuk ongkos di jalan. Terima kasih buat yang semalam. Terima kasih juga untuk tidak melaporkan kami kepada yang berwajib. Black-Obenk”
Setelah membaca tulisan itu, Rita memeriksa dompetnya, ia menemukan
seluruh uang di dalam dompet telah diambil semua oleh kedua penjahat
itu, tapi kartu debit dan kartu kredit masih berada di tempatnya.
Demikian pula dengan kartu identitas dan lain-lain. Rita jadi
tersenyum-senyum sendiri. Ia kembali teringat pergumulan dengan kedua
penjahat itu semalam, membuatnya tidak akan pernah melupakan seks
terliar yang pernah dilakukan malam itu sepanjang hidupnya.