Dewi - Bambang, Si Sopir Kantor
Sudah 3 hari ini Dewi tidak merasakan sodokan batang kemaluan lelaki di
lubang vaginanya, terakhir ia merasakan sodokan-sodokan kemaluan lelaki
adalah saat Pono dan Yono menggenjot lubang vagina dan anusnya, serta
diakhiri dengan sodokan penis Hendro suaminya sendiri di kamar mandi,
dan yang terakhir sodokan dari suaminya itu tidak memberikan kenikmatan
bagi dia. Seperti biasanya Hendro hanya bertahan sekitar 2 menitan saat
mengaduk-aduk vaginanya. Dewi merasakan vaginanya gatal ingin segera
merasakan sodokan-sodokan kemaluan lelaki, tapi ia tidak berani nekat
lagi untuk melakukannya selama keberadaan suaminya di Jakarta. Suaminya
hampir 2 kali memergoki ia bersetubuh jika saja suaminya pulang lebih
awal lagi, karena itu Dewi tidak mau ambil resiko melakukan hubungan
badan selama suaminya di Jakarta, karena ia tahu keberuntungan tidak
selalu berpihak kepadanya. Hari ini Yono tidak masuk karena sakit,
sementara Dewi sendiri ingin pergi belanja untuk menghilangkan
stressnya. Setelah berpikir panjang lebar, ia menelpon suaminya
memberitahukan keinginannya untuk pergi berbelanja dan ia juga
memberitahukan kepada suaminya bahwa supirnya hari ini tidak masuk.
Hendro memberikan tawaran untuk memakai Bambang, karena ia membutuhkan
Bambang saat pulang kantor saja, dan Dewipun menyetujui usulan suaminya.
Setelah itu ia bergegas menuju kamar tidurnya untuk berganti pakaian
sambil menunggu kedatangan Bambang. Kira-kira 30 menit kemudian
Bambangpun tiba di rumah Hendro, ia melihat nyonya majikannya sedang
duduk di teras. Saat itu Dewi yang mengenakan rok terusan berwarna biru
muda dengan bentuk V di bagian depan yang cukup sangat terbuka sehingga
menampakkan belahan payudaranya yang putih, serta bagian punggung yang
sangat terbuka sehingga kemulusan punggungnya terpampang seolah
menantang untuk dielus, dan di bagian punggungnya itu terlihat tidak ada
ikatan BH, dan memang Dewi saat itu tidak mengenakan BH, ia hanya
mengandalkan bajunya yang agak tebal dan sedikit berkerut sehingga
menutupi kedua putingnya agar tidak menonjol, bagian bawahnyapun cukup
pendek dan longgar kira-kira sedikit di atas tengah pahanya, sehingga
kalau misalnya membungkuk untuk mengambil sesuatu akan nampak CDnya bagi
orang yang berada di belakangnya.
Mata Bambang hampir tidak berkedip melihat penampilan nyonya majikannya
ini. Keseksian Dewi membuat birahinya bangkit, pikiran kotornya mulai
menjalari otaknya, hatinya membatin kalau saja ia dapat menikmati tubuh
nyonyanya ini, sungguh beruntungnya ia. Bambangpun turun untuk
membukakan pintu bagi nyonyanya ini, dan harum tubuh Dewi yang tercium
olehnya membuat birahinya semakin meninggi, matanyapun mencoba untuk
mencuri-curi lihat kearah payudara Dewi yang hanya ditutupi oleh bajunya
dan ia melihat belahan payudara Dewi yang montok dan mengkal serta
putih mulus, dan saat Dewi sedikit membungkukkan tubuhnya pada waktu
naik keatas mobil, Bambang melihat payudara Dewi dari balik bajunya yang
terbuka itu. Matanya melotot tanpa ia sadari, ia melihat payudara Dewi
seolah tidak ada yang menahan menggantung dengan indahnya, hanya sayang
putingnya tidak nampak karena masih terhalang oleh baju dan ia
melihatnya juga dari samping. Bambangpun menelan ludah, birahinya
semakin memuncak. Dalam perjalanan kearah Mall yang disebutkan oleh
Dewi, beberapa kali Bambang mencuri pandang lewat spion, seolah menanti
keajaiban mendapatkan penampakan yang lebih dari tadi yang ia sempat
lihat, tapi harapan tinggal harapan doanya tidak terkabul karena sampai
di depan Mall, Bambang tidak mendapatkan penampakan yang indah dan seksi
yang dapat membangkitkan gairah lelakinya. Setelah nyonya majikannya
turun dari mobil, iapun mencari parkiran mobil, sambil menunggu nyonya
majikannya selesai belanja, iapun mengkhayalkan tubuh Dewi terutama
payudaranya yang sempat ia lihat tadi. Walaupun hanya dari samping ia
melihat keindahan payudara Dewi yang menggantung itu. Bambang
membayangkan seandainya payudara Dewi yang ranum itu terpampang di
hadapannya pasti ia akan langsung menerkamnya, ia akan hisap, remas dan
jilati payudara tersebut. Pikirannya menerawang akan tubuh Dewi dan
penisnya semakin mengeras seiring dengan pikiran mesumnya itu. Bambang
berpikir bagaimana caranya ia dapat menikmati tubuh indah dan seksi
nyonya majikannya tersebut, dan memasukkan penisnya yang perkasa kedalam
lubang vaginanya, sambil terus berpikir mencari jalan untuk dapat
menikmati tubuh nyonya majikannya itu. Saat otaknya masih berputar
mencari jalan kotor untuk dapat menikmati tubuh Dewi, Bambang dikagetkan
oleh bunyi HPnya, ternyata nyonya majikannya yang memanggil dan
menyuruh ia menunggu di pintu keluar. Bambang segera mengiakan serta
merasa kaget, karena tanpa terasa sudah 2 jam ia menunggu nyonyanya
belanja, dan sampai saat sekarang ia tidak dapat menemukan jalan untuk
menikmati nyonyanya tersebut. Dalam perjalanan pulang kembali Bambang
mencoba keberuntungannya dengan mencuri pandang lewat spionnya untuk
melihat kemulusan tubuh Dewi, ternyata kali ini iapun harus menelan pil
kecewa karena sampai di depan rumah pemandangan yang ia harapkan tidak
kunjung tiba.
“Bang, tolong bawakan belanjaan saya yach,”kata Dewi.
“Iyaa.. Bu, baik… bu”jawab Bambang kaget dan terbata-bata, karena saat itu ia sedang menantikan penampakan indah.
Setelah memberi perintah kepada Bambang, Dewipun melangkah masuk kedalam
rumah dan menuju kekamar tidurnya. Tidak lama Dewi berada dalam
kamarnya muncul Bambang dengan seluruh belanjaan Dewi,
“Mau ditaruh dimana ini semua, Bu,” jawab Bambang sambil otaknya
berpikir apa sekarang saatnya untuk dapat menikmati tubuh nyonyanya ini,
mumpung keadaan rumah saat ini sepi kalau ia kuperkosa pasti tidak ada
yang tahu, paling besok aku tidak bekerja lagi sama suaminya.
“Di situ saja,” jawab Dewi sambil menunjukkan tempatnya di dekat meja
riasnya, dan ia tidak mengetahui bahwa supir suaminya ini punya maksud
jelek terhadap dirinya.
“Baik, Bu,”jawab Bambang, sambil menaruh semua belanjaan Dewi di dekat meja rias.
“Ada lagi yang bisa saya bantu, Bu,” tanya Bambang setelah selesai
menaruh belanjaan tersebut, sambil otaknya berpikir untuk bagaimana
caranya ia dapat menikmati tubuh Dewi, jika ia terkam sekarang terlalu
bahaya dan jauh, bisa-bisa bukan tubuh Dewi yang ia dapat tapi bogem
mentah yang ia dapat.
“Oh tidak ada, makasih banyak, kamu langsung ke kantor aja,” kata Dewi.
Bambangpun mengiakan lalu ia melangkah kearah pintu kamar dan saat itu
ia melirik ke arah Dewi. Ia melihat Dewi beranjak ke ruangan yang lain,
dan saat itu juga Bambang melihat kesempatan untuk dapat menikmati tubuh
Dewi. Ditutupnya pintu kamar tersebut dengan keras, sehingga Dewi yang
mendengar pintu kamar tertutup merasa yakin bahwa Bambang sudah keluar
dari kamarnya, ia tidak tahu bahwa Bambang menutup pintu kamar tersebut
dari dalam kamarnya sendiri dan tidak ia ketahui juga bahwa pintu kamar
tersebut telah dikunci oleh Bambang. Setelah mengunci pintu kamar
Bambang menuju ke arah ruangan yang dimasuki oleh Dewi tadi, iapun
mengintip ke dalam ruangan tersebut. Di sana terlihat Dewi sedang
berdiri di depan lemari yang terbuka dan nampaknya sedang mencari baju
ganti yang hendak ia kenakan, posisi Dewi yang menyamping dari arah
posisi Bambang tidak mengetahui kehadiran Bambang. Setelah mendapatkan
baju gantinya Dewipun mulai membuka bajunya, tangannya menggapai
lehernya untuk melepaskan ikatan bajunya yang terletak di leher bagian
belakangnya tersebut, ikatan bajunya terlepas dan Dewipun melepaskan
bajunya kearah bawah dan dengan tubuh yang agak sedikit membungkuk
sehingga kedua bukit kembarnya yang sudah tidak tertutupi oleh sehelai
kainpun terlihat dengan jelas oleh Bambang.
Bambang melihat pemandangan yang indah yang tidak akan ia lupakan seumur
hidupnya, kedua payudara Dewi yang montok, padat, mulus, putih dan
dihiasi oleh kedua putingnya yang berwarna merah muda menggantung dengan
indahnya di tubuh Dewi yang juga mulus dan putih, CDnya yang hitam
sungguh sangat kontras dengan tubuhnya yang putih mulus. Beberapa kali
Bambang menelan ludahnya melihat pemandangan tersebut, tapi ia tidak mau
terburu-buru dengan sabar ia menantikan tindakan Dewi selanjutnya dan
ia sendiri juga mulai melepaskan pakaian yang dikenakannya sehingga
telanjang bulat, terlihat penisnya sudah berdiri dengan gagahnya, siap
untuk mendobrak lubang vagina Dewi. Bambang sengaja melepaskan
pakaiannya agar saat ia menerkam Dewi nanti tidak lagi perlu bersusah
payah membukai pakaian yang dikenakannya. Saat itu ia melihat Dewi
melemparkan bajunya ke dalam keranjang pakaian kotor yang ada dalam
ruangan tersebut, dan Dewi juga belum menyadari bahwa Bambang sedang
menyaksikan semuanya. Kedua tangannya mulai beralih ke CDnya dan mulai
menurunkan ke bawah. Kembali Bambang disuguhi pemandangan payudara Dewi
yang bergoyang, ingin rasanya Bambang menerkam kedua payudara Dewi yang
bergoyang-goyang menantang itu. Dewi lalu melemparkan CDnya tersebut ke
dalam keranjang. Setelah melepaskan penutup tubuhnya yang terakhir,
dengan sedikit membungkuk dan dengan posisi yang membelakangi posisi
tempat mengintip Bambang nampak Dewi seperti mencari sesuatu di laci
lemari pakaiannya, Bambang yang melihat belahan vagina Dewi terpampang
dengan jelas sudah tidak dapat lagi menahan nafsu birahinya yang sudah
membumbung tinggi, kemudian ia mendekati tubuh Dewi perlahan-lahan, dan
didekapnya tubuh Dewi dari belakang serta salah satu tangannya membekap
mulut Dewi agar tidak dapat berteriak. Sergapan Bambang membuat Dewi
terkejut, apalagi keadaannya yang sedang telanjang bulat. Ia pun
berusaha meronta, tapi tenaganya tidak dapat melawan tenaga Bambang yang
mempunyai postur tubuh yang kekar, karena sedang didekap dari belakang
Dewi tidak mengetahui siapa yang menyergapnya ini, tapi yang ia tahu
yang menyergap dia seorang lelaki karena selain tenaga dan tangannya
yang kuat, Dewi juga merasakan sesuatu yang keras menempel di
punggungnya. Bambang yang berhasil menyergap Dewi lalu membawa tubuh
Dewi ke tempat tidurnya dengan berjalan mundur sehingga tubuh Dewi agak
sedikit terseret.
Ditelungkupkannya tubuh Dewi diatas tempat tidur dengan kaki yang
menjuntai ke lantai, Bambangpun melepaskan tangan kanannya yang mendekap
tubuh Dewi, sementara tangan kirinya masih membekap mulut Dewi. Tubuh
Dewi yang tertelungkup ditindih oleh tubuhnya sehingga membuat Dewi sama
sekali tidak dapat bergerak, sementara itu tangan kanannya mengarahkan
penisnya ke lubang vagina Dewi. Dewi yang tidak dapat menggerakkan tubuh
atasnya karena tindihan Bambang berusaha meronta-ronta dengan
menggoyang-goyangkan pantatnya sehingga membuat Bambang kesulitan untuk
mengarahkan dan menyelipkan penisnya di vagina Dewi. Bambangpun tidak
mau kalah akal dihimpitnya salah satu paha Dewi dengan pahanya, sehingga
rontaan Dewi menjadi terbatas, dengan sedikit memiringkan tubuhnya.
Bambang kembali mengarahkan penisnya ke vagina Dewi sambil kaki kanannya
mengganjal paha kanan Dewi agar tidak dapat menutup, sehingga posisi
vagina Dewi agak sedikit terbuka, dan Sleeepppp….. akhirnya setelah
dengan susah payah kepala penisnya mulai terselip di lubang vagina Dewi.
Tanpa membuang waktu lagi dan karena sudah tidak dapat lagi menahan
nafsunya, dengan sekali sentakan kuat Bambang menancapkan pedang
pusakanya ke dalam lubang senggama Dewi, Dewipun mengerang kuat, suara
erangannya terdengar lirih karena bekapan tangan Bambang.
Bleeeeeesssssss……
“hhhhhhmmmmppppppp……,”erang Dewi.
“Uuuggghhhh…..sempit sekali vaginamu…. dan peret… sekalii.. ,”erang Bambang yang merasakan sempitnya vagina Dewi dan peret.
Dewi merasakan sakit di lubang vaginanya karena terjangan batang
kemaluan Bambang yang besar dan panjang, jika seandainya Dewi
mendapatkan oral seks terlebih dahulu sehingga vaginanya mengeluarkan
cairan pelician mungkin vaginanya tidak akan mengalami kesakitan seperti
sekarang ini. Dewi sekarang dapat merasakan bahwa diperkosa itu sakit
dan tidak enak. Bambang merasakan jepitan vagina Dewi sangat ketat
sekali menjepit penisnya, dan ia juga dapat merasakan vagina Dewi yang
sedang berkedut-kedut lembut, seolah-olah ingin menyesuaikan dengan
besarnya penis Bambang. Sambil tangan kanannya meraih tangan Dewi satu
persatu dan ditaruh ke depan, lalu kedua tangan Dewi tersebut dipegangi
dengan tangan kanannya tersebut. Sampai saat ini Dewi belum juga
mengetahui siapa gerangan lelaki yang sedang mendobrak lubang
senggamanya, matanya hanya dapat melihat tangan kanan lelaki itu yang
sedang memegangi kedua tangannya dan juga ia hanya dapat merasakan
betapa besar penisnya yang saat ini sedang terbenam di lubang
senggamanya.
Bambang mulai menjilati belakang telinga Dewi bergantian kiri dan kanan
juga leher Dewi tak luput dari jilatannya. Sementara lidahnya sibuk
menjilati Dewi, pantatnya mulai bergerak maju mundur, penisnya yang
besar itu pun mulai bergerak keluar masuk di vagina Dewi. Bambang yang
dari tadi memang sudah sangat bernafsu ingin mengentot Dewi, dengan
gerakan yang cepat dan kasar penisnya dikeluar masukkan di lubang
senggama Dewi yang masih peret dan sempit itu. Tterjangan batang
kemaluan Bambang yang kasar itu membuat Dewi merasakan vaginanya perih
dan sakit, karena sampai saat ini vaginanya belum mengeluarkan cairan
pelicinnya. Sssssrtttttt…. bleeesss…ssrrtttt… bleesss… ssrtttt…
bleesssss…. penisnya Bambang keluar masuk di vagina dengan cepat dan
kasar. Bambang menghujamkan penisnya dalam-dalam dan keras saat ia
menekan masuk penisnya tersebut yang membuat Dewi selalu terhenyak saat
merasakan lesakan penis tersebut dalam-dalam di lubang vaginanya, Dewi
merasakan kepala penisnya itu menyentuh dinding rahimnya.
“hhhmmmmpppppp…..hhhmmmpppp…hhhmmmppp,”erang Dewi karena tangan Bambang yang masih membekap mulutnya.
Terlihat mata Dewi terbeliak saat Bambang yang dengan kasar menekan
penisnya dalam-dalam di vaginanya, tubuhnya tersentak maju saat Bambang
menghentakkan penisnya ke dalam lubang vaginanya, air matanya menitik
merasakan siksaan penisnya Bambang yang besar, keras dan panjang di
lubang vaginanya. Dewi pertama kali ini merasakan sakit saat bersenggama
selama ini ia selalu menikmati persetubuhan yang dilakukannya juga saat
pertama kali ia kehilangan perawannya oleh suaminya tidak terlalu sakit
seperti yang ia alami saat ini. Gerakan maju mundur penisnya Bambang di
vagina Dewi mulai agak leluasa setelah Dewi mulai membuka kedua kakinya
lebar-lebar. Dewi melakukan hal ini untuk mengurangi sakit yang
diderita oleh vaginanya, dan betul saja rasa sakit dan perihnya mulai
berkurang dengan terbuka lebar kedua kakinya. Bambangpun semakin mantap
mengeluar masukkan penisnya. Setelah meregangkan kedua kakinya Dewi
mulai mencoba untuk menikmati sodokan-sodokan penisnya Bambang di lubang
senggamanya, supaya lubang vaginanya mulai mengeluarkan cairan pelican,
ia memejamkan matanya dan mulai menikmati sodokan-sodokan kasar
penisnya Bambang. Perlahan-lahan vagina Dewi mulai mengeluarkan cairan
pelicin, cairan pelicin Dewi mulai membasahi batang kemaluan Bambang
sedikit demi sedikit. Dengan perlahan-lahan Dewi mulai dapat menikmati
genjotan kasar Bambang seiring dengan semakin sering cairan pelicinnya
keluar dari vaginanya dan membasahi penis Bambang, Bambangpun semakin
bertambah leluasa mengeluar masukkan penisnya di lubang senggama Dewi,
dan Bambang dapat merasakan bahwa Dewi mulai menikmati sodokan-sodokan
penisnya, ia tahu dari gerakan tubuh Dewi yang tadi berusaha untuk
melepaskan tindihannya, kepalanya yang bergoyang ingin melepaskan
bekapan tangannya serta kedua tangan Dewi yang berusaha untuk melepaskan
dari cengkraman tangannya, tapi sekarang Bambang merasakan tubuh Dewi
berhenti meronta dan kepala serta tangannya tidak berusaha melepaskan
dari sekapan tangannya, kemudian ia melepaskan bekapan di mulut serta
cengkraman di tangan Dewi.
“Oooohhh…ssshhhh….aaaaahhhh….ooooohhhh….ssshhhhh,” rintihan Dewi mulai
terdengar saat Dewi mulai dapat menikmati permainan kasar Bambang.
Kedua tangan Bambang mulai menyelusup ketubuh Dewi dan meraih kedua
payudara Dewi yang dari tadi sudah sangat menggemaskan dia,
diremas-remas dengan kasar kedua payudara Dewi tersebut, perbuatan kasar
Bambang di kedua payudaranya membuat Dewi semakin merintih-rintih,
untuk pertama kalinya Dewi merasakan remasan kasar di payudaranya,
membuat sensasi kenikmatan yang dialaminya berbeda dari
kenikmatan-kenikmatan yang pernah ia rengkuh. Terlihat kedua payudara
Dewi memerah akibat remasan kasar Bambang, Dewipun sedikit mengangkat
tubuhnya dengan ditopang oleh kedua tangannya untuk memudahkan Bambang
meremas-remas teteknya, Bambang semakin buas menggerayangi tetek Dewi,
dan mulutnyapun ikut beraksi, punggung, leher dan telinga Dewi
bergantian dijilati, membuat birahi Dewi semakin melambung tinggi,
kenikmatan yang Dewi rasakan saat ini berbeda dengan kenikmatan yang
pernah ia rasakan. Sementara tangan dan mulutnya beraksi,
gocekan-gocekan penisnya di vagina Dewi semakin cepat dan hujaman serta
tekanan penisnya lebih dalam lagi di vagina Dewi, gerakannya tidak
berubah, irama keluar masuknya tetap, Dewi semakin merintih-rintih
dibuatnya.
“Ooohhhh…enaaak…terusss… tekaaann… yang keras..yang cepat…aaaahhhh…
ssshhhh….ooohhh.. kontolnya…enaak..aaaahhh…besar dan panjang…,”rintih
Dewi menikmati sodokan-sodokan kasar Bambang, dan sampai saat sekarang
Dewi belum mengetahui siapa gerangan lelaki yang sedang mengaduk-aduk
vaginanya itu, tapi ia tidak perduli dengan semua itu yang penting ia
merasakan kenikmatan yang berbeda, dan juga ia dapat merasakan kemaluan
yang besar serta panjang.
“Terussss…aaaaccchh…remas.remas…aaaahhh….tekan yang dalam kontolmu…
ooohhh.,.. terus yang kuat…terjang memekku dengan kontol gedemu itu…
oooohhh nikmat… enaaakk… kamu hebat…. Oohhhh…,” Dewi merintih-rintih
keenakan.
“Hhhmmm…sssshhh..kontolku enaaakk…eeehhh…memekmu juga legit dan sempit
nikmatnya…ngeeenttoottmu…aaaagghhh…ooohh…ssshhh,” Bambang mengerang
keenakan merasakan jepitan vagina Dewi di batang penisnya.
Penisnya semakin ia hujamkan lebih dalam lagi sehingga terbenam
seluruhnya di lubang vagina Dewi, akibatnya tubuh Dewi tersentak-sentak
dengan hujaman kasar Bambang itu, Dewi semakin menikmati permainan kasar
yang dilakukan oleh Bambang. Rintihan kenikmatan semakin sering
terdengar, rintihannya yang didengar oleh Bambang semakin membuatnya
bertambah buas menggenjot vaginanya. Remasan tangannya di payudara
Dewipun semakin menjadi apalagi saat ia menghentakkan penisnya
dalam-dalam, kedua tangannya mencengkram kuat payudara Dewi seolah-olah
kedua tangannya itu menjadi tumpuan untuk lebih dalam lagi menghujamkan
penisnya kedalam vagina Dewi.
“Enaaakkk…kontolku…. Mana enak sama punya suamimu…eeehhh… aaaahhh… ini
terima kontolku…ssshhh…ooohhh,” erang Bambang sambil menanyakan keenakan
penisnya yang sedang mengaduk-aduk lubang senggama Dewi, Bambang tidak
tahu bahwa selain kemaluan suaminya sendiri, vagina Dewi sudah menerima
sodokan batang kemaluan lelaki lain selain suaminya.
“Oooohhh…enak kontolmu…ssshhh…iya…tekan yang dalam…yang kuat...
enak…penismu…betul-betul…enak….aaaaghhhh,”Dewi merintih menjawab
pertanyaan Bambang.
“Ssshhh…aaakuu…mmau…keluar….ooohhh kontol hebat…panjang…dan.. besar…”Dewi kembali merintih.
“keluarkan….jangan ditahan….aaaahhh…tetekmu,..besaar…mengkalll...,”Bambang mengerang.
“Oooohhhh…. Aaaaakkuuu…. Keluuaaarr….ooooohhh… nikmat.. enak,..
entotanmu betul-betul enaaaakk… aaaahhhh…. ,” Dewi mengerang menikmati
puncak kenikmatannya.
Ssrrrrr… sssrrrr.. sssrrrr… sssrrrr… vaginanya menyemburkan lahar
kenikmatannya dan membasahi batang kemaluan Bambang yang masih gencar
mengaduk-aduk vaginanya.
Saat vagina Dewi menyemburkan lahar kenikmatannya, Bambang tidak
menghentikan sodokan-sodokan penisnya tapi malah menambah cepat keluar
masuk penisnya,
Bleeesss…..ssrrrtttt….bleeesss….sssrrrtttt…
“Ooohhh…. vaginamu…. enak… enaak... aakuu jugaa keluarrr…ooohhh,”erang
Bambang yang menikmati penisnya menyemburkan sperma di lubang vagina
Dewi.
Creeeettt..ccreeett..creeettt…creeett.. air mani Bambang menyembur
keluar dengan kuat menghantam dinding rahim Dewi. Ia membenamkan
penisnya dalam-dalam dilubang senggama Dewi. Dewi merasakan air mani
Bambang yang hangat menyirami dinding rahimnya, keduanya hampir
berbarengan menyemburkan lahar kenikmatan mereka. Erangan dan rintihan
kenikmatan merekapun keluar hampir bersamaan, mereka berdua berhasil
merengkuh puncak kenikmatan mereka. Bambang merasa sangat beruntung
dapat menikmati tubuh seksi nyonya majikannya ini. Setelah badai nafsu
birahinya mereda dan setelah puas merasakan jepitan vagina Dewi.
Bambangpun mencabut penisnya dari cengkraman lubang vagina Dewi. Dewi
yang merasakan tubuh Bambang sudah tidak menindih tubuhnya lagi, iapun
membalikkan badannya ingin mengetahui siapa gerangan yang sudah
mengaduk-aduk lubang senggamanya.
“Ooohhh…ternyata kamu, bukannya kamu tadi sudah keluar?” kata Dewi kaget saat mengetahui orang tersebut adalah Bambang.
“Hehehe…saya tidak keluar, Bu. Saya hanya menutup pintu kamar dan
menguncinya,” jawab Bambang tertawa, “tapi kontolku enakkan,
Bu..,”lanjut Bambang.
“Tau…aachh,”Dewi berkata jengah karena Bambang mengetahui bahwa ia menikmati perkosaan yang baru saja dilakukannya.
Bambangpun duduk di samping Dewi yang sedang duduk di tepian ranjang,
tangannya mulai meremas-remas payudara Dewi lagi, lalu tanpa membuang
waktu lagi mulutnya mulai menciumi dan menggigit-gigit kedua putingnya.
Dewi kaget dengan perbuatan Bambang yang sangat mendadak tersebut dan
juga merasakan geli, sakit, dan enak saat Bambang menggigit-gigit kedua
putingnya tersebut.
“Eeehhhh… mau apa lagi, kamu…aaaaaagghhh…,”Dewipun mengerang.
“Hehehehe…mau ngentotin ibu lagi, habis vagina ibu enak sih,”jawab Bambang.
“Kamu…kamu…masih bisa...?,”tanya Dewi heran.
“Ibu tidak lihat kontolku masih berdiri dengan gagahnya siap untuk ngentotin ibu lagi,”jawab Bambang.
Dewipun baru menyadari saat ia melihat ke selangkangan Bambang, dan ia
melihat penisnya Bambang masih berdiri dengan gagahnya. Ia pun tersenyum
dan mengangguk pertanda bahwa ia mau untuk disetubuhi untuk kedua
kalinya oleh Bambang, dan Dewipun menyadari bahwa penisnya Bambang lebih
besar dan panjang dari seluruh lelaki yang pernah menyetubuhinya
kecuali penisnya Dave. Diraihnya batang kemaluan Bambang tersebut dan
dengan gemas iapun meremas-remas batang kemaluan tersebut. Dewipun
merasa aman bermain dengan Bambang, karena Bambang adalah supir suaminya
dan suaminya tidak mungkin pulang awal jika Bambangnya masih
bersamanya. Dengan penuh semangat Dewipun melayani nafsu seksnya Bambang
sampai ia sendiri merasa puas dan kelelahan melayani nafsu Bambang yang
luar biasa. Sore ini Dewipun merasakan kepuasan bersetubuh dengan
Bambang tanpa merasa takut akan suaminya pulang lebih awal.
******************
Seminggu lebih kemudian
Rasa perih di vagina Dewi akibat terjangan paksa penisnya Bambang sudah
hilang, yang tinggal sekarang adalah rasa gatal di vaginanya yang ingin
merasakan garukan-garukan batang kemaluan lelaki. Sudah 3 hari ini Dewi
kembali tidak dapat merasakan kunjungan batang kemaluan lelaki di
vaginanya, selain karena suaminya yang masih berada di Jakarta tapi
karena vaginanya yang terasa perih akibat sodokan-sodokan penis Bambang.
Hari ini rasa perihnya berganti dengan rasa gatal yang sangat, tapi apa
daya suaminya berada di Jakarta dan ia tidak berani untuk melakukan hal
tersebut, karena takut suaminya tahu akan perbuatan dia. Dewi ingin
merasakan lagi kebuasan Bambang dalam menyetubuhinya tapi ia tidak
mungkin meminta kepada suaminya agar Bambang bisa mengantarnya belanja
lagi, karena Bambang hari ini masuk kerja dan suaminya tahu tentang ini.
Kalaupun ia lakukan di luar, tetap saja ia takut ketahuan. Seandainya
ia sedang asyik bermain dengan Bambang di hotel tiba-tiba suaminya
pulang dan tidak mendapati dirinya ada dirumah, akan banyak pertanyaan
yang terlontar dari suaminya, Dewipun semakin gelisah memikirkan semua
ini.
******************
Selama tiga hari berada di Jakarta ini, Hendro sama sekali tidak
memberikan nafkah batin kepada istrinya Dewi, sebenarnya Hendro ingin
sekali melakukan hubungan seks dengan istrinya tersebut, tetapi setiap
kali ia berhubungan dengan istrinya, ia hanya dapat bertahan paling lama
5 menit saja. Hendro sendiri merasa heran karena setiap ia berhubungan
badan dengan istrinya tidak pernah bisa lama, tetapi jika ia
melakukannya dengan wanita lain ia bisa melakukan hubungan seks sekitar
15-30 menitan lamanya. Setelah dipikir-pikir lagi oleh Hendro saat ia
melakukan hubungan seks dengan istrinya lalu ia bandingkan dengan saat
menyetubuhi wanita lain, ia menyadari bahwa jika ia melakukan seks
dengan istrinya, ia tidak pernah melakukan foreplay terlebih dahulu,
yang ada begitu istrinya sudah telanjang langsung penisnya dimasukkan
kedalam lubang vagina istrinya Dewi, karena setiap ia melihat Dewi
telanjang penisnya langsung menegang ditambah jika ia sedang menggenjot
Dewi. Dewi sendiri hanya diam saja, tidak melakukan gerakan apapun,
seolah-olah ia sedang menyetubuhi boneka hidup, sementara jika ia
melakukannya dengan wanita lain, ia selalu melakukan warming-up terlebih
dahulu, saling jilat saling sedot, ditambah para wanita itu tidak
berdiam seperti patung saja, para wanita itu selalu bergoyang kadang
diatas, kadang dari belakang ia sodokkan penisnya, dan juga suara
erangan-erangan para wanita itu membuat ia selalu bersemangat. Sementara
itu Dewi tidak pernah sekalipun mengeluarkan suara erangan-erangan.
Ingin rasanya Hendro meminta Dewi untuk mengulum-ngulum penisnya
terlebih dahulu sementara ia menjilati vagina Dewi, tapi Hendro takut
Dewi akan tersinggung dengan permintaannya itu. Setahunya Dewi mempunyai
pikiran kolot bila melakukan hubungan badan. Dalam pikiran Hendro, Dewi
adalah seorang istri yang hanya menerima saat melakukan hubungan badan
dan tidak mau yang macam-macam. Hendro tidak tahu bahwa Dewi adalah
pakarnya dalam melakukan aktivitas seks, dan dalam hal mengulum-ngulum
batang kemaluan lelaki. Ada dalam pikiran Hendro ingin melihat istrinya
tersebut disetubuhi oleh lelaki lain dan dilakukan di depan matanya, ia
ingin melihat istrinya terangsang, ia ingin melihat lelaki itu menjilati
vaginanya Dewi sehingga Dewi terangsang, Hendro sering melakukan hal
tersebut dengan Erwin. Mereka berdua sering menggarap para wanita, dan
saat melakukan hal tersebut stamina Hendropun semakin bertambah. Ia
semakin bersemangat melakukan hubungan seks. Tapi keinginannya itu tidak
pernah terucapkan kepada Dewi, ia takut Dewi marah, ia takut Dewi
mengira ia mempunyai penyakit, tapi ia ingin sekali memberikan kepuasan
kepada istrinya, ia ingin mendengar istrinya mengerang-ngerang keenakan
menikmati sodokan-sodokan penisnya. Sering ia berkeluh kesah kepada
Erwin tentang kehidupan seksnya dengan Dewi, dan mengutarakan maksudnya
menyetubuhi Dewi berdua dengan Erwin. Erwin hanya tersenyum mendengar
hal itu karena ia pernah menyetubuhi istri koleganya itu, dan sangat
bertolak belakang dengan yang diceritakan oleh koleganya.
******************
Hari ini di kantor sambil mengerjakan pekerjaannya, pikirannya kembali
membayangkan seandainya ia dan Erwin menggarap tubuh Dewi. Ia
membayangkan secara bergantian ia dan Erwin membuat Dewi
mengerang-ngerang keenakan menikmati sodokan-sodokan penis mereka, ingin
rasanya ia melakukan hal tersebut. Saat itu terdengar suara ketukan di
pintu ruangan Hendro. Hendropun menyuruh masuk orang yang mengetuk pintu
itu, saat pintu terbuka Hendro melihat sosok Erwin. Hendropun bangkit
dari tempat duduknya menyambut kedatangan Erwin, lalu ia mengajaknya
untuk duduk di atas sofa yang berada di ruangannya itu.
“Sudah beres masalah perusahaan ini?”tanya Erwin.
“Sudah, tapi kita butuh seseorang yang bisa dipercaya untuk memimpin
perusahaan ini, karena kita kan selalu sibuk di daerah,” jawab Hendro
sambil menjelaskan.
“hhhmmm…siapa kira-kira, yang bisa kita andalkan dan dipercaya?,”gumam Erwin.
“Itu yang kumaksud sampai saat ini aku belum menemukan orangnya,” lanjut Hendro.
Keduanya asyik berpikir mencari tahu siapa kira-kira yang tepat
menduduki jabatan direktur operasional diperusahaan mereka, posisi itu
sangat diperlukan karena Hendro dan Erwin tidak selalu berada di
Jakarta, tapi orang tersebut harus yang bisa dipercaya dan diandalkan.
“Aaahh…aku tahu, ini ideku saja, entah kamu setuju atau tidak,”seru Erwin.
“Siapa…siapa…orangnya yang menurut kamu pantas dan bisa diandalkan,”tanya Hendro.
“hehehehe…istrimu…dia kan masih keluarga disebutnya dan kita bisa percaya sama dia, karena dia kan istrimu,”kata Erwin.
“Ooohhh…iya..kenapa aku gak sampai kesana yach,”sahut Hendro membenarkan.
“Tapi masalahnya, istriku mau tidak, dipusingkan dengan urusan kantor,”gumam Hendro.
“Kamu jelasin saja ke dia permasalahan yang sedang kita hadapi sekarang,”lanjut Erwin.
“Itu yang sulit, aku takut dia nolak, soalnya dia kan sudah lebih 10
tahun jadi ibu rumah tangga, kamu bantuin jelasin gimana?”kata Hendro.
“hhhmmm… baiklah nanti kita berdua bicara sama dia, kita jelaskan masalah yang sedang dihadapi oleh perusahaan ini,”kata Erwin.
“Good…ada satu lagi yang aku butuhkan bantuan darimu, Win,”kata Hendro
“Apa,”sahut Erwin
“Bagaimana kalau kamu juga bantuin aku untuk ngerjain istriku,”kata Hendro
“Aaahh…gila, gak aku gak mau,”seru Erwin terkejut mendengar permintaan
Hendro, padahal dalam hatinya ia ingin bertemu dengan Dewi lagi dan
melakukan persetubuhan lagi dengan Dewi, tapi tidak di depan suaminya.
“Ayo dong Win, kamu kan sudah kuanggap seperti adikku sendiri, kamukan
tahu ceritaku, jika aku berhubungan dengan istriku itu tidak pernah bisa
lama, sementara dengan wanita lain aku bisa bertahan, kamu kan tahu
kitakan sering main bersama,” Hendro melanjutkan permintaannya
“Iya..tapi aku gak bisa, mas. Gak kubayangkan kita melakukan hal
tersebut kepada istrimu, bisa-bisa istrimu mencak-mencak, dan gak
kebayang olehku aku bias melakukan hal begituan dengan istrimu
sendiri,”kata Erwin.
“Kalau soal istriku gampang aja, kita buat dia terangsang, pakai ini,”
kata Hendro sambil memperlihatkan botol kecil berisi cairan.
“Apa itu,”tanya Erwin pura-pura bego, tapi ia tahu bahwa itu adalah obat
perangsang yang berbentuk cairan dan sangat ampuh, karena barang itu ia
pernah gunakan saat mengerjai Dewi dulu.
“Obat perangsang, Win, obat perangsang dan yang ini kualitas no 1,
dijamin ampuh, jadi setelah istriku minum ini, dijamin pasti ia
terangsang, dan aku juga ingin melihat dia melakukan seks yang liar
seperti wanita-wanita yang pernah kita kerjai,”Hendro menjelaskan
“Terserah mas deh, aku nunut aja, tapi aku takut hubungan kita bakalan
berantakan gara-gara ini,”sahut Erwin pura-pura terpaksa, tapi dalam
hatinya ia bersorak girang karena ia bakalan dapat merasakan lagi
jepitan vagina Dewi.
“Gak usah takut Win, hubungan kitakan berantakan gara-gara ini, kan aku
yang minta sama kamu, kecuali kamu melakukan hal itu diluar
sepengetahuanku, aku penasaran apa istriku bisa liar kalau kukasih obat
ini,”kata Hendro
“Terus rencananya gimana,”tanya Erwin
“Gini, kita pura-pura buat pesta untuk mengucapkan selamat atas
penunjukkan dia sebagai direktur, dan pesta ucapan selamat bergabung
dengan perusahaan ini,”Hendro menjelaskan.
“Masa pesta cuman kita bertiga saja, nanti dia curiga, apalagi kulihat
istri mas bukan orang bodoh,” Erwin meragukan rencana Hendro.
“hhhmmmm…bagaimana kalau kita ajak Mira, sekretarisku, kan dia nanti juga akan jadi sekretarisnya istriku,”usul Hendro.
“hhhmmm…boleh, tapi nanti hubungan kerjanya gimana kalau tahu,” Erwin meragukan usulan tersebut.
“Hehehehe…kan dua-duanya kita kerjain,” Hendro tertawa sambil mengacungkan botol kecil tadi.
“Terus, siapa lagi?”tanya Erwin.
“Hhmmmm..gak tahu aku, gak mungkinkan kubawa orang kantor yang lainnya,” kata Hendro sambil menggelengkan kepalanya.
“Kalau kuundang si Andri dan …. Hhmmmm…aaahhh… Tomi, bagaimana, biar lebih kelihatan kita melakukan pesta,” usul Erwin
“Andri dan Tomi, dua-duanya kan klien kita, boleh…boleh…tapi kita harus
bilang sama mereka tentang hal ini dan kita tegaskan kepada mereka untuk
tidak menyinggung atau mengulangi tanpa ada kita,” kata Hendro.
“Pasti, untuk masalah mereka biar aku yang tangani, urusan si Mira,
hehehehe.. mas Hendro kan bossnya, jadi tugas mas Hendro,” Erwin
menyanggupi untul mengatakannya kepada Andri dan Tomi.
“Beres, akan kuundang Mira, tanpa perlu menjelaskan biar berjalan apa
adanya, jadi malam ini kita buat pesta seks kecil-kecilan,” kata Hendro
“Oh ya, kita adakan di kamar hotelmu saja, Win, kamu pindah ke suite yang lebih luas biar lebih enak,” usul Hendro.
“Beres, No problem,”sahut Erwin, sambil langsung menelpon hotel tempat ia menginap untuk minta pindah kamar.
Kemudian Hendro beranjak menuju meja kerjanya diambilnya secarik kertas.
Terlihat ia menulis sesuatu di atas kertas tersebut sambil menanyakan
nomor kamar hotel kepada Erwin, yang kebetulan saat itu sudah selesai
menelepon ke hotel tempat ia menginap dan telah mendapatkan kepastian
nomor kamarnya. Erwinpun memberitahukan ke Hendro nomor kamarnya,
kemudian kertas tersebut dimasukkannya ke dalam amplop. Di depan
amplopnya nama Dewi ia tulis, kemudian ia suruh sekretarisnya untuk
diberikan kepada Bambang untuk disampaikan kepada istrinya dan juga agar
Bambang menunggui istrinya.
“Nanti aku ikut denganmu, Win, begitu juga Mira, biar istriku dijemput Bambang dan langsung menuju hotel,” kata Hendro.
“OK, no problem,” Erwin menyanggupi.
Mereka berdua kemudian pergi untuk makan siang dan kembali lagi ke
kantor meneruskan pekerjaan mereka. Jam 6 sore mereka bertiga
meninggalkan kantor, setelah terlebih dahulu menjelaskan kepada Mira
bahwa mereka akan mengadakan pesta kecil untuk menyambut bergabungnya
direktur operasional, dan tanpa curiga Mirapun mengikuti Erwin dan
Hendro. Setelah terlebih dahulu menelepon kepada suaminya dirumah untuk
mengatakan bahwa ia akan pulang larut malam karena ada pesta penyambutan
direktur operasional yang baru.
******************
Bambang yang mendapat perintah untuk pergi ke rumah tuannya itu, dan
untuk menunggui istri tuannya yang seksi itu, girang bukan kepalang,
hatinya membatin moga-moga ia dapat menikmati lagi tubuh seksi nyonyanya
itu, apalagi ia tahu bahwa ia mempunyai waktu luang yang cukup banyak
untuk mengerjai nyonyanya itu. Sekarang jam 11.30 siang, sementara
nyonyanya itu harus sudah berada di hotel jam 7 malam, jadi kalau
berangkat jam 6 sore dari rumah maka nyonyanya itu akan tiba di hotel
jam 7-an malam. Otaknya sibuk menghitung-hitung waktu luang yang ia
punyai. Sambil mengemudi mobil menuju rumah Hendro, pikiran Bambang
sudah dipenuhi dengan bayangan-bayangan tubuh Dewi yang seksi, kedua
payudaranya yang besar, dan lubang vaginanya yang sempit. Semua bayangan
itu membuat batang kemaluannya menggeliat, celananya sesak dirasakan
oleh Bambang.
******************
Jam di dinding rumah Hendro menunjukkan tepat pukul 12.15, saat itu Dewi
mendengar suara mobil suaminya, Dewi menghela nafas mendengar itu,
“mas Hendro pulang, heeh… untung saja, coba kalau tadi aku manggil Pono atau Yono untuk memuaskan aku, bisa berabe,” batin Dewi.
Saat itu Dewi sedang berada di ruangan keluarga menyaksikan siaran TV,
sementara keadaan rumah saat itu memang sedang sepi. Para pembantunya
jam-jam segini sedang pada istirahat, sementara Yono tadi minta ijin
untuk pulang ke rumah, dan Pono juga minta ijin untuk ikut dengan Yono.
Sambil menyaksikan TV Dewipun menunggu kedatangan suaminya Hendro masuk
ke dalam rumah. Alangkah kagetnya Dewi saat melihat Bambang yang muncul
di hadapannya sambil ketawa cengengesan, dan ia melihat Bambang membawa
sebuah amplop.
“Tuanmu mana, Bang? dan itu amplop apa?,” tanya Dewi beruntun.
“hehehe…tuan masih di kantor, ini amplop untuk nyonya, dan saya disuruh
menunggui nyonya,” kata Bambang sambil cengar cengir, matanya kelayapan
di tubuh Dewi.
Saat itu Dewi mengenakan baju tank top, dengan bagian depannya yang
cukup terbuka sehingga terlihat belahan payudaranya yang montok,
sementara bagian bawahnya ia mengenakan rok mini longgar yang
berlipat-lipat. Mata Bambang nanar melihat pemandangan itu, biarpun
Bambang pernah melihat tubuh Dewi secara jelas tapi tetap saja melihat
pemandangan ini mata Bambang hampir tidak berkedip. Dewipun mengambil
amplop di tangan Bambang, lalu membuka serta membacanya. Di dalam surat
itu suaminya berkata bahwa ia ditunggu di kamar hotel jam 7 malam ini,
karena suaminya mengadakan pesta untuk menyambut bergabungnya direktur
operasional perusahaan yang baru, setelah selesai membaca surat itu,
Dewipun tersenyum,
“Suamiku tidak akan pulang malahan ia menungguku di hotel nanti malam,
sementara dihadapanku berdiri Bambang, berarti dalam beberapa jam ke
depan aku bakalan puas menikmati kontolnya mengaduk-aduk memekku,”batin
Dewi.
Lalu ia beranjak dari duduknya dan melangkah ke dalam kamar tidurnya
serta tidak lupa menyuruh Bambang mengikutinya. Bambang tersenyum girang
mendengar ajakan tersebut,
“Akhirnya aku dapat lagi menikmati tubuh nyonyaku ini, asyik..,”batin Bambang bersorak girang.
Setibanya di kamar dan setelah mengunci pintu kamarnya, Dewi tidak mau
membuang waktu lagi, seluruh pakaiannya ia lucuti sehingga tubuhnya
seksi terpampang di depan mata si sopir. Melihat itu Bambang juga
mengikuti dengan membuka seluruh pakaiannya. Dewi melihat penis Bambang
sudah berdiri dengan gagahnya, sudah siap untuk bertempur. Kemudian Dewi
berjongkok di hadapan Bambang, dengan penuh nafsu penis itu mulai
dikulum-kulumnya, dijilatinya dan dihisap-hisapnya. Akibat perlakuan
Dewi tersebut Bambang merem melek jadinya, mulutnya mendesah-desah
menikmati selomotan mulut Dewi, kedua tangan Bambang meremas-remas
rambut dan kepala Dewi, pantatnya terlihat berkedut-kedut menahan rasa
nikmat yang luar biasa saat mulut Dewi menghisap penisnya. Selama ini
Bambang belum pernah merasakan penisnya dihisap, dikulum dan dijilati.
Istrinya tidak pernah mau melakukan hal itu, jorok katanya, tapi hari
ini akhirnya ia dapat mengalaminya. Dengan tidak merasa jijik Dewi,
nyonya majikannya ini mengemut-ngemut dan menjilati penisnya. Tak lama
kemudian Dewi berdiri, dan melangkahkan kakinya ke tempat tidur sambil
tangannya menarik batang kemaluan Bambang. Di samping tempat tidurnya
Dewi mulai mengangkangkan kakinya tubuhnya ia condongkan ke depan
sehingga menempel di tempat tidur, lalu ia menyuruh Bambang untuk
menyodokkan penisnya dari belakang, Bambang mengikuti kemauan Dewi
tersebut, iapun mulai mengarahkan kepala rudalnya ke vagina Dewi dan
menyelipkannya di sana. Sleeeeeepppp…..kepala rudalnya mulai terselip di
vagina Dewi, Dewipun melenguh saat merasakan lesakan kepala penis itu.
Dengan perlahan-lahan Bambang mulai mendorong masuk penisnya ke dalam
lubang vagina Dewi,
Bllleeeeeeessssss…….bleeeeesssss……bleeesssssss….sampai seluruh batang
kemaluannya itu tenggelam di dalam lubang senggama Dewi. Dengan
berpegangan dan sambil meremas-remas bongkahan pantat Dewi, Bambang
mulai mengeluar-masukkan penisnya itu, sssrtttttt…..bleeessss….ssrrtttt
…..bleeesssss….sssrrrttt….bleeeessss….Suara erangan Bambang dan Dewi
hampir bersamaan keluar dari mulut mereka merasakan enaknya pergesekan
kemaluan mereka,
“sssshhh…aaaahhh….oooohhh…sshhh…aaahhh….oooohhhh…, ”Dewi merintih-rintih keenakan.
“Uuugghhh…oooohhh….aaaagghhh…oooohhhh,” Bambangpun melenguh nikmat.
Irama genjotan Bambang mulai meningkat, yang tadinya dengan
perlahan-lahan ia mengeluar masukkan rudalnya di lubang vagina Dewi. Ia
tambah ritme kecepatan keluar masuk batangnya itu, ditambahi dengan
tekanan yang lebih saat ia mendorong masuk batangnya, akibatnya tubuh
Dewipun tersentak-sentak, aksi Bambang yang sedikit kasar itu membuat
Dewi semakin merintih-rintih.
“Oooohhhh….aaaaahhh…ssshhh… tekan yang dalam….aaaahhh… ssshhhh… yang kuat….terusss…yaaahhh…sshhh…aaahhh…,”rintih Dewi
Gerakan Bambang semakin menjadi, hentakan-hentakannya semakin membuat
tubuh Dewi tersentak-sentak. Kedua tangannya mulai merayap ke payudara
Dewi. Dewi yang merasakan tangan Bambang mulai mengelus-elus pinggiran
payudaranya mulai sedikit mengangkat tubuh bagian dadanya dengan
bertumpu pada kedua sikunya. Bambang tidak mau menyia-nyiakan kesempatan
ini dengan gesit tangannya langsung meremas-remas kedua payudara Dewi.
Remasan tangan Bambang agak sedikit kasar dirasakan oleh Dewi, terutama
saat Bambang mencengkram payudaranya seiring dengan tekanan masuk
penisnya, seolah-olah kedua payudaranya itu menjadi tempat pegangan
Bambang untuk melesakkan penisnya masuk lebih dalam di rongga vaginanya.
“Ooooohhhh…sssshhh…aaaahhhh….remas Bang, remas tetekku…aaaahhh… yang
dalam…entot aku yang dalam…aaaahhhh…ssshhh….. yang kuat…tekan yang kuat
ooohhhhh….Bang, enak…nikmat….ssshhhh…,”Dewi semakin merintih-rintih
“Bu…oooohhh…vaginamu….legit…Bu,..ssshhh…aaahhh….beg ini….dalamnya… aaahhh….mentokk….Bu….,” Bambangpun mengerang keenakan.
Birahi keduanya semakin menggelegak, nafas keduanya semakin memburu,
erangan dan rintihan keduanya semakin sering terdengar, irama
keluar-masuk penis Bambangpun semakin bertambah cepat. Tangan Bambang
semakin kasar mencengkram dan meremas-remas kedua payudara Dewi.
Terlihat kedua bola mata Dewi sudah tidak nampak hitamnya lagi. Irama
genjotan Bambang sudah mulai tidak beraturan, nampaknya Bambang hampir
mencapai puncak kenikmatannya, ia merasakan desakan arus sperma di
penisnya hampir tidak dapat di tahan lagi. Bambangpun semakin
mempercepat gerakan keluar masuk penisnya, sementara itu Dewipun
merasakan hal yang sama. Desakan cairan birahinya sudah tidak mampu ia
bendung lagi, vaginanya sudah siap untuk meledakkan cairan birahinya
itu. Dengan waktu yang bersamaan mereka berdua mengerang menyambut
pecahnya birahi mereka.
Creeeettttt…..sssssrrrrrrr…..ccreeeeeettt…ssssrrrr
rr….ccreeeettttt….ssssrrrrrrr
Kedua kemaluan mereka saling berbalasan menyemburkan cairan birahi mereka.
“Ooooohhhh…Bu, aku keluaaaarrrr….Bu,…aaaaaahhhhh….eeenaaaakkk…. vagina
ibuuuuu…betul-betul…eenaaaakkk….sssssshhhh…ooooohhhh…aaahhh,”Bam bang
mengerang menikmati puncak kenikmatan yang berhasil ia rengkuh, penisnya
menyemprotkan air maninya dengan kuat, sehingga Dewi dapat merasakan
semburan air mani itu di dinding rahimnya.
“Aaakkkuuuu….juga…mbaaaangg, ….oooohhh…sshhhh…oooohhh… keluaaaarrr..
ssshhh….aakkuu…ooooohhh…nikmaaatt….eenaaaakkk…oooo ohhh.. kontolmu…
mbang, besaarrr….. enaaaakkkk….,” Dewipun merintih dengan tubuh
kelojotan sambil vaginanya menyemburkan cairan birahinya
Saat itu juga Bambang merasakan penisnya menjadi hangat dan ia juga
merasakan dinding vagina Dewi berkedut-kedut. Di wajah Dewi tersungging
senyum kepuasan setelah berhasil menuntaskan hasrat seksualnya yang
selama 3 hari ini tidak pernah terlampiaskan. Sementara Bambangpun
tersenyum bangga karena berhasil kembali menikmati tubuh nyonyanya yang
seksi ini. Bambang merasakan penisnya perlahan-lahan mulai menciut, dan
kemudian dengan sendirinya terlepas dari jepitan vagina Dewi, saat itu
ia melihat air maninya mulai mengalir keluar perlahan-lahan dari vagina
Dewi, lalu iapun merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur, Dewi yang
masih tertelungkup dan merasakan penisnya Bambang terlepas dari jepitan
vaginanya. Iia merasakan aliran air mani Bambang bercampur dengan cairan
birahinya perlahan-lahan mengalir keluar dari vaginanya. Dengan tubuh
masih menelungkup di atas tempat tidur, Dewipun memejamkan matanya untuk
menikmati rasa puas yang barusan saja berhasil ia rengkuh, selang tak
lama Dewipun beranjak ke kamar mandinya untuk membasuh dirinya. Melihat
itu Bambangpun mengikutinya, merekapun mandi bersamaan..Dewi menyabuni
tubuh Bambang, Bambangpun menyabuni tubuh Dewi, akhirnya tongkat wasiat
Bambangpun kembali menegang dan mereka kembali melakukan persetubuhan
itu di kamar mandi. Sampai jam 5 sore, Dewi berhasil mencapai
kepuasannya sebanyak 4 kali, begitu juga Bambang, Dewipun segera
berpakaian setelah membersihkan dirinya untuk ketiga kalinya dan juga
setelah kenyang menikmati tongkat wasiat Bambang, sementara itu Bambang
setelah berpakaian segera menyalakan mobilnya dan menunggu nyonyanya
selesai berdandan, hari ini Bambang merasa puas luar biasa, penisnya 4
kali berhasil menerobos masuk di lubang senggama nyonyanya itu dan
memuntahkan air maninya. Bambang merasa lelah di tubuhnya dan juga
lututnya, tapi semua itu tertutup oleh rasa puasnya. Dalam perjalanan ke
hotel, Dewi dan Bambang tidak bercakap-cakap sedikitpun, apalagi Dewi
duduk di belakang, seolah-olah tidak terjadi apa-apa di antara mereka
berdua, Dewipun melangkahkan kakinya menuju kamar hotel yang ada di
surat suaminya tadi.