Dewi - Satpam Perumahannya Dan Temannya
Semenjak kejadian malam itu, Dewi yang tadinya seorang istri yang
menerima keadaan dan tidak pernah mengetahui bahwa bersetubuh itu sangat
nikmat berubah menjadi Dewi yang ingin dipuaskan setiap kali
bersetubuh, tetapi suaminya tidak pernah dapat memuaskan Dewi seperti
biasanya, suaminya selalu keluar duluan pada saat Dewi baru mulai
terangsang, setelah itu suaminya langsung tertidur tanpa memperdulikan
lagi keadaan istrinya. Hal ini membuat Dewi ingin selalu mencari lagi
laki-laki seperti Andi yang dapat memuaskan hasrat birahinya. Seperti
malam itu setelah melakukan hubungan suami istri, suaminya langsung
terlelap, sementara Dewi merasa tersiksa karena birahinya tidak
terlampiaskan, vaginanya terasa gatal ingin merasakan sodokan-sodokan
penis. Dengan penuh kesal Dewi beranjak dari tempat tidurnya lalu ia
menuju ke dapur untuk mengambil segelas air, sambil memegang gelas air
minum Dewi beralih menuju ke teras depan, kemudian Dewi duduk di sofa
yang ada di teras. Saat Dewi sedang duduk merenung di dalam kegelapan
malam, Dewi melihat sesosok tubuh dari kejauhan sedang berjalan
mendekati rumahnya. Setelah dekat ia mengetahui sesosok tubuh itu adalah
seorang satpam di perumahan dimana ia tinggal, nampaknya Satpam ini
sedang menjalankan tugasnya berkeliling komplek yang bersistem cluster
ini. Melihat sosok tubuh Satpam itu yang kekar Dewi tertarik dan
birahinya yang belum terlampiaskan berkobar kembali. Tanpa banyak pikir
Dewi melambaikan tangannya ke arah satpam itu, si satpam yang mengetahui
dirinya dipanggil segera menghampiri Dewi.
“Selamat malam, bu” dengan sopan satpam itu menyapa.
Dewi memperhatikan nama Satpam itu di seragamnya lalu membalas sapaannya,” malem pak Sugito, “
Sementara itu mata Sugito tak berkedip menatap tubuh Dewi yang terbalut
daster tipis dan disinari oleh lampu teras sehingga membuat tubuh Dewi
yang sexy terbayang dengan jelas, membuat birahi Sugito bergolak,
perlahan-lahan pentungan di selangkangannya menegang, membuat celana
satpamnya menggelembung. Semua ini tidak terlepas dari mata Dewi yang
memang dari tadi sudah mulai mencuri-curi pandang ke arah selangkangan
Sugito.
“Adaaa…aapaaa..bu,” tanya Sugito dengan sedikit terbata-bata karena menahan nafsu birahinya yang menggelegak.
Di matanya terlihat kedua bukit kembar Dewi yang menonjol dan kedua
putingnya yang berwarna merah muda tercetak dengan jelas dibalik
dasternya, sementara pandangan matanya melihat di selangkangan Dewi
bayangan hitam dari balik dasternya. Dalam hatinya membatin nyonya ini
tidak pakai apa-apa lagi dibalik dasternya. Sugitopun menelan air
liurnya, ingin rasanya ia menerkam tubuh Dewi ini dan menggenjotnya,
tapi pikiran jernihnya masih berjalan karena statusnya yang sebagai
satpam di komplek perumahan ini, bisa-bisa kehilangan pekerjaannya kalau
ia melakukan pikirannya itu.
“Bapak, bisa tolongin saya?” tanya Dewi.
“Apaa..yang bisa saya bantu …bu?” Sugito berbalik tanya, suaranya bergetar menandakan sedang dipenuhi oleh nafsu birahinya.
“Sini, pak. Ikutin saya, yach,” kata Dewi tersenyum.
Dewipun melangkah menuju kedalam rumahnya diikuti oleh Sugito yang masih
bingung dan semakin bernafsu. Sugito melihat bongkahan pantat Dewi yang
tercetak karena tanpa Dewi sadari dasternya terjepit oleh belahan
pantatnya saat ia duduk tadi. Sugito merasakan penisnya tambah mengeras.
Setelah menutup pintu depan dan menguncinya, Dewi melangkah menuju ke
kamar tidur tamu yang tidak terlalu berjauhan dengan ruang tamu, Sugito
masih mengikutinya dengan penuh tanda tanya, hatinya membatin apa yang
dibutuhkan oleh nyonya muda ini dari dirinya. Desampainya didalam kamar
tidur, Dewi langsung menutup pintu kamar dan menguncinya.
“Saya, butuh bantuan bapak untuk muasin saya,” Dewi berkata sambil
tangannya mulai meraih kemeja seragam satpam Sugito, dan mulai membukai
kancingnya satu persatu dengan sangat cekatan.
Setelah kemeja Sugito terlepas, tangan Dewi beralih kecelana Sugito,
celana Sugito dengan cepat telah terbuka, lalu Dewi menurunkan celana
seragam itu ke bawah, tapi Dewi agak kesulitan menanggalkan celana itu
karena terhalang oleh sepatu Satpam Sugito.
“Pak, lepaskan sepatunya dong,” kata Dewi.
Sugito yang masih belum lepas kagetnya karena mendengan perkataan Dewi
tadi dan perbuatan Dewi yang melucuti pakaiaannya, mengikuti perintah
Dewi dengan melepaskan sepatunya. Sekarang Sugito hanya mengenakan
celana dalamnya saja, tonjolan di balik celana dalamnya membuat Dewi
semakin bernafsu, dengan bernafsu ditariknya ke bawah celana dalam
Sugito sehingga penisnya terangguk-angguk dengan gagahnya. Dewi
terbelalak melihat penis Sugito yang lebih panjang dan besar dari punya
Andi, apalagi kalau dibandingkan dengan punya suaminya, sambil
menurunkan celana dalam Sugito Dewipun berjongkok di depan Sugito dan
penis Sugito yang berdiri dengan tegak itu mulai dijilatinya, dari mulai
ujung kepalanya sampai kepelernya, sambil kadang-kadang ditingkahi
dengan kuluman-kuluman dan hisapan hisapan lembut, membuat Sugito yang
masih seperti bermimpi ini mendesah-desah keenakan. Batin Sugito masih
belum mempercayai apa yang terjadi ini, tidak pernah terlintas
sedikitpun dalam pikirannya bahwa penisnya akan dijilati dan
dikulum-kulum oleh wanita secantik dan sesexy Dewi apalagi wanita ini
termasuk dari golongan yang terhormat, yang secara tidak langsung adalah
yang membayar gajinya.
“Oughh…aaaahhhh….sshhhhh…aaaghhhh…buuu….uueennaaak
kk…tennaaan…oougghh…” Sugito mengerang keenakan, menikmati penisnya yang
sedang dikaraoke oleh Dewi.
“hhhmmm…ssshhsss…sssllrrppp…ssssllrppp…hhhhmmm..ko ntolmu besar sekali,”
Dewi bergumam sambil tetap asyik mengulum dan menjilati pentungan
Sugito, tangan kirinya asyik memegangi pentungan Sugito, sementara
tangan kanannya asyik mengelus-elus vagina dan kelentitnya.
Sugitopun akhirnya tidak mau diam saja, kedua tangannya mulai
meremas-remas kedua bukit kembar Dewi yang masih tertutup daster,
remasan-remasan kasarnya mulai membuat Dewi menggelinjang kegelian.
Dewipun merasakan lubang vaginanya semakin basah, ia menghentikan
aksinya kemudian berdiri lalu mulai melepaskan dasternya sehingga
sekarang Dewi telanjang bulat di depan Sugito, mata Sugito terbelalak
melihat keindahan tubuh Dewi, betul-betul ia seperti bermimpi, tidak
pernah terlintas dalam pikirannya bahwa dia akan melihat tubuh Dewi
telanjang apalagi akan menikmatinya seperti saat sekarang ini. Setelah
melepaskan dasternya Dewi merebahkan tubuhnya di ranjang, kemudian ia
mulai mengangkangkan kedua belah kakiknya, sehingga lubang kenikmatannya
yang berwarna merah terpampang di hadapan Sugito.
“Ayo pak, beri aku kepuasan,” Dewi berkata sambil tangannya mengelus-elus kelentit dan lubang vaginanya.
Mendengar permintaan Dewi itu, Sugito tersenyum lalu menghampiri Dewi
yang sudah terlentang menantikan sodokan pentungan satpamnya.
Diusap-usapkannya kepala penisnya dibelahan vagina dan dikelentit Dewi,
membuat Dewi menggelinjang kegelian, hasrat birahinya semakin bertambah
bergelora, nafasnya semakin memburu.
“Oughhh….paaakk….jaaanggaannn….dielussss-elusss..sssshh..aagchhhh…mmaasuukkiin….
kevaginaku…paakkk…ooughhh…aakuuu…tidak taahan
lagi…ceepaat…paakk…akuu..ingin merasakan penismuuu…yang besaaarr itu”
Dewi mengerang menyuruh Sugito untuk cepat memasukkan penisnya ke dalam
vaginanya.
Dengan perlahan-lahan Sugito mulai menyelipkan kepala penisnya di
belahan vagina Dewi, setelah itu dengan perlahan-lahan Sugito mulai
menekan penisnya. Penis Sugito mulai melesak ke dalam lubang senggama
Dewi perlahan-lahan. Dewi mengejang merasakan penis Sugito yang besar
melesak ke dalam lubang vaginanya, ia merasakan agak sedikit sakit
karena besarnya penis Sugito dan karena untuk pertama kalinya juga
vaginanya diterobos oleh penis besar.
Penis Sugito perlahan-lahan mulai terbenam di dalam lubang senggama
Dewi, setelah lebih dari setengah dari panjang batang penisnya terbenam
didalam vagina Dewi, Sugito mulai mengangkat kedua belah kaki Dewi,
kemudian kedua kaki Dewi ditekan kearah tubuh Dewi sendiri, sehingga
lutut Dewi hampir menyentuh dada Dewi sendiri, dengan posisi seperti itu
Sugito lalu menghentakkan penisnya sekaligus, sehingga seluruh batang
penisnya terbenam dalam vagina Dewi, sentakan Sugito membuat Dewi
terhenyak dan menahan nafas, Dewi merasa vaginanya seperti robek, tak
lama berselang Sugito mulai memaju-mundurkan penisnya dengan perlahan
karena tadi saat ia menghentakkan penisnya ia melihat Dewi meringis
menahan sakit. Lama-lama rasa sakit di lubang vaginanya mulai hilang
terganti dengan rasa nikmat yang sangat melebihi kenikmatan yang ia
rasakan bersama Andi, nampaknya Sugito sangat berpengalaman dalam urusan
ngentot dan memuaskan wanita. Desahan, erangan dan lenguhan kenikmatan
semakin sering keluar dari mulut Dewi dan Sugito, keduanya betul-betul
merasakan kenikmatan duniawi yang belum pernah dialami oleh mereka
selama ini, Dewi memang belum pernah merasakan sensasi bersetubuh
seperti sekarang ini. Dewi merasakan lubang senggamanya penuh sesak oleh
jejalan penis Sugito, seluruh area sensitif di dalam lubang senggamanya
tersentuh oleh gesekan-gesekan penis Sugito. Sementara Sugito sendiri
belum pernah merasakan tubuh mulus dan putih dan lubang vagina yang
sempit seperti yang dimiliki oleh Dewi, apalagi keharuman tubuh Dewi
yang menambah hasrat birahinya.
“Ouughh..paakk..penismuuu…besaaarr…sekaaliii..pen uh
vaginakuuu..dibuatnyaa…” Dewi mengerang-erang kenikmatan menikmati
sodokon-sodokan penis Sugito.
“Buuu…aaaghhh…memeekk…ibuuu…juuugaa…seemppit…sekaa lliii…”erang Sugito
keenakan menikmati jepitan vagina Dewi di batang penisnya.
“teruusss…paakk….puaasskkaan..aakhhuu…sshhh..aaach
h….eenaakkk…ooughhh…”Dewi mendesah-desah, sementara tubuhnya
mengejang-ejang menikmati sodokan-sodokan Sugito.
Kadang-kadang Dewi mengangkat pinggulnya menyambut kedatangan penis
Sugito, mengakibatkan penis Sugito terbenam lebih dalam, dan menyentuh
dinding rahimnya.
Gelinjangan tubuh Dewi menikmati persetubuhan ini semakin menjadi-jadi
saat Sugito mulai menciumi leher Dewi yang jenjang dan jilatan-jilatan
di kedua belah telinga Dewi, membuat sensasi persetubuhan ini semakin
menjadi-jadi. Kedua bibir mereka pun kadang-kadang berpagutan dengan
penuh nafsu, kedua lidah mereka saling bertautan. Tiba-tiba tubuh Dewi
mengejang sementara tangannya meremas-remas rambut Sugito, kedua kakinya
mengait pinggul Sugito, pinggulnya terangkat menyambut sodokan Sugito,
merasakan ini Sugito pun semakin mempercepat sodokan-sodokannya,.
“Ouuggg..paakkk….eenaakk…sekaaalii….ooughhh…aakhhu
u…mmauuu..keluuaaar..aaachhh..” Dewi mengerang, tubuhnya mengejang
menyambut puncak birahinya yang akan tercapai.
“Agghhh…buuu…akhuuu…jughaaa,….mmaauu…kellluar….oou ghhh….”Sugitopun mengerang bersamaan dengan erangan Dewi.
Creeetttt….sssrrrrr…...creeeet……ssssrrrr…cccreeett t…..ssrrr
Dewi dan Sugito berbarengan menggapai puncak kenikmatan dari
persetubuhan mereka ini, kedua kemaluan merekapun berbalasan memuntahkan
lahar kenikmatannya, mereka berdua merasakan kedutan-kedutan kemaluan
pasangan masing-masing dan semburan-semburan hangat dari lahar
kenikmatan mereka. Setelah tetes terakhir dari lahar kenikmatan mereka
keluar, Sugito perlahan-lahan mulai menarik penisnnya yang sudah mulai
mengecil, dari lubang senggama Dewi nampak mengalir cairan putih
bercampur dengan lendir bening, menetes ke kain sprei.
“Terimakasih pak, bapak telah memberikan saya kepuasan,” Dewi berkata kepada Sugito masih dengan nafas yang memburu.
“Sama-sama, Bu..kalau nanti ibu butuh bantuan saya lagi, ibu bisa
panggil saya lagi,” jawab Sugito sambil menawarkan bantuannya lagi.
Dibalas dengan senyuman oleh Dewi, kemudian kedua insane ini kembali
mengenakan pakaian mereka kembali, setelah selesai Dewi mengantar Sugito
kepintu dan memberikan kecupan dipipi Sugito sambil mengucapkan
terimakasih lagi, setelah itu Dewi mengunci pintu dan menuju ke kamar
tidurnya.
##############################
Malam itu Dewi sendirian menonton TV di ruangan keluarga, suaminya belum
kembali dari tugas luar kotanya, sementara Doni sedang pergi ke rumah
temannya. Saat itu Dewi mengenakan daster 1 tali berwarna pink dengan
belahan berbentuk V di bagian dadanya sehingga belahan payudaranya putih
mulus terlihat dengan jelas, kedua putingnya terbayang dengan jelas
dari balik dasternya, sementara bayangan hitam di selangkangannya
terlihat dengan jelas dari balik dasternya yang berbahan satin dan agak
tipis itu. Sayup-sayup Dewi mendengar suara ketukan di pintu rumahnya,
dengan sedikit malas ia beranjak dari tempat duduknya menuju ke pintu
depan untuk melihat siapa yang datang. Sesampainya di depan pintu Dewi
membuka kunci pintu dan membukanya, ternyata Sugito
“Ada apa, pak Sugi?” Dewi bertanya maksud kedatangan Sugito.
“Ini, Bu, maaf kalau kedatangan kami mengganggu waktu istirahat ibu,” Sugito memohon maaf atas kedatangannya malam-malam.
“Ini, teman saya Parmin sedang ada sedikit masalah dengan keuangan,
siapa tahu ibu bisa membantunya,” lanjut Sugito menjelaskan
kedatangannya.
“Oh, untuk apa dan berapa banyak, “ Dewi bertanya kembali
“Gak banyak kok, Bu, si Parmin ini butuh 500ribu untuk ngongkosin
istrinya pulang kampong karena orang tua istrinya sakit, “ Sugito
kembali menjelaskan
“Oh, kalau segitu sich ada, ayo masuk dulu pak, saya ambilkan uangnya” Dewi berkata kepada mereka.
Sementara Dewi masuk ke dalam kamarnya untuk mengambil uang, Sugito dan
Parmin pun masuk ke dalam rumah Dewi. Mereka duduk di ruang tamu
menunggu Dewi kembali.
Tak lama berselang Dewi kembali dari dalam, lembaran uang terlihat di genggaman tangannya.
“Ini pak uangnya, mudah-mudahan cukup untuk ongkos istri bapak,” Dewi berkata kepada Parmin sambil menyerahkan uangnya.
“Terima kasih banyak, bu, atas bantuannya,” kata Parmin.
“Sama-sama, Pak,” kata Dewi.
“Oh iya Bu Dewi, ada satu lagi, saya hampir lupa menyampaikannya,” Sugito berkata kepada Dewi.
“Apa tuch, pak Sugi,” Dewi bertanya kepada Sugito.
Bukan menjawab pertanyaan Dewi tapi malahan Sugito tersenyum dengan penuh arti, tingkahnya ini membuat Dewi menjadi bingung.
“Ini pak Sugi, ditanya malah tersenyum,” Dewi mengomel melihat tingkah Sugito.
Dengan senyuman yang tetap tersungging di wajahnya, Sugito menghampiri
Dewi yang sedang berdiri di dekat Parmin, kemudian dengan gerakan yang
cepat tubuh Dewi dipeluknya dan mulutnya memagut bibir Dewi yang saat
itu terbuka karena terperangah atas tindakan Sugito. Sementara itu
Parmin tanpa perlu diperintah langsung menutup pintu depan rumah Dewi
dan menguncinya, setelah itu iapun ikut memeluk tubuh Dewi dari arah
belakang. Dewi betul-betul terkejut mendapat serangan seperti ini dari
mereka berdua, apalagi tidak pernah terbersit dalam pikirannya bahwa
kedua orang ini akan menyerang dia.
“Hmmmhhhh….hmmhhhh….” Dewi menggumam sambil berusaha berontak dari
sekapan Sugito dan Parmin, tapi apa daya tenaga Dewi tidak dapat
menandingi kedua orang ini, Dewipun tidak dapat berteriak karena
mulutnya sedang dilumat oleh mulut Sugito.
“Sssstttt….tenang Bu, jangan berteriak, kita akan buat ibu merasakan surga dunia,” Parmin berbisik di telinga Dewi.
“Hmmhhhh…hmmmhhh…,” Dewi tetap meronta-ronta sambil bergumam.
“Sssttt….gak usah takut Bu, bukannya kemaren ini malah ibu yang minta
dipuasin ama si Gito,” kembali Parmin berbisik ditelinga Dewi.
“Sekarang ini bukan hanya si Gito yang bakalan muasin ibu, tapi saya
juga akan muasin ibu, dijamin pasti ibu ketagihan nantinya,“ lanjut
Parmin sambil kedua tangannya mulai beraksi, tangan kirinya mulai
meremas kedua belah payudara Dewi, sementara tangan kanannya mulai
meluncur ke bawah ke selangkangan Dewi dan mulai mengelus-ngelus lembah
kenikmatannya.
Sementara Parmin asyik bergerilya di tubuh Dewi, Sugito asyik mencumbu
Dewi. Serangan kedua orang ini akhirnya membuat pertahanan Dewi runtuh,
rontaan-rontaannya berhenti, pagutan Sugito sekarang dibalasnya dengan
penuh nafsu, gumamannya berubah menjadi desahan-desahan.
“Nah, gitu Bu, kita jamin kok, ibu bakalan ketagihan sama kita berdua,”
Parmin berbisik lagi, sambil menjilati telinga Dewi, sementara kedua
tangannya semakin menjadi-jadi beraksi di tubuh Dewi.
Kedua tangan Sugito mulai beraksi di tali daster Dewi, diturunkannya
kedua tali daster Dewi dari bahu Dewi perlahan-lahan menuruni kedua
tangan Dewi, Kedua bukit kembar Dewi perlahan-lahan mulai terlihat oleh
mata Sugito. Aksi Sugito ditingkahi oleh Parmin dengan memegangi pundak
Dewi yang sudah telanjang dan menciuminya, membuat Dewi menggelinjang
kegelian karena merasakan kumis Parmin bergesekan dengan kulit
pundaknya. Sugito terus menurunkan tali daster itu sampai terlepas dari
tangan Dewi sehingga membuat tubuh bagian atas Dewi terpampang dengan
jelas, tidak berhenti sampai disitu saja, daster yang sudah setengah
jalan itu dia turunkan terus sehingga kekaki Dewi, sehingga lembah
kenikmatan Dewi yang tertutupi oleh semak-semak hitam terlihat dengan
jelas oleh Sugito.
Sugito dengan penuh nafsu mulai menciumi, menjilati dan menghisap-hisap
lubang kenikmatan Dewi, slrrpppp…sslrpppp…..terdengar bunyi
hisapan-hisapan Sugito di kemaluan Dewi, ditimpali oleh desahan-desahan
Dewi, tubuh Dewi semakin menggelinjang mendapat serangan atas-bawah dari
kedua orang ini.
“Ooohhhh…..sssshhhhh…aaagghhhh……” lenguhan dan desahan keluar dari mulut Dewi….
“Hmmmmhhh…ssllrrppp…enaaakkk..vagina bu Dewi nich, harum…,” gumam Sugito sambil asyik menjilati dan menghisap-hisap vagina Dewi.
“Tubuhnya juga harum, dan ini toketnya…hhhmmmm…ranum betul….,” Parmin
ikut mengomentari, sambil kedua tangannya asyik meremas-remas toket
Dewi, sementara mulutnya bergerilya menciumi telinga, tengkuk, dan leher
Dewi…
Sementara itu Sugito semakin menggila dengan perbuatannya, bukan saja
mulutnya yang beraksi tapi sekarang jari-jari tangannya mulai beraksi
dilubang kemaluan Dewi. Pertama hanya jari tengahnya saja yang Sugito
masukkan ke dalam lubang kemaluan Dewi dan dikocok-kocokannya, lama-lama
jari telunjuknyapun ikut keluar masuk di vagina Dewi, membuat vagina
itu semakin basah oleh cairan kenikmatannya. Desahan dan lenguhan Dewi
semakin menjadi-jadi, gelinjangan tubuh Dewipun menggila, kelihatannya
Dewi akan segera mencapai puncak kenikmatannya, terlihat kedua tangan
Dewi meremas-remas kepala Sugito, sementara kepala Dewi bergerak liar ke
kanan dan ke kiri, pantatnya kadang-kadang ditekan ke bawah menyambut
sodokan-sodokan jari tangan Sugito. Merasakan gerakan tubuh Dewi yang
semakin tak beraturan Parmin mengalihkan ciuman-ciumannya ke payudara
Dewi, kedua payudara dan puting susunya bergantian dihisap dan dijilati
oleh Parmin, tangan kirinya memeluk punggung Dewi sementara tangan
kanannya bergantian meremas-remas payudaranya.
“Ooogghhhh…..aaaagghhhhh…aaakhhuuu…gaakkk..tahan laagiiii….,,oohhh…aku
keluaarr… sssshhhh aaaacchhh,” Dewi melenguh dan mendesah saat mencapai
puncak kenikmatannya.
Ssseerrrr……ssseeeerr…..lahar kenikmatan Dewi menyembur dari lubang
senggamanya. Sugito merasakan hangatnya cairan kenikmatan Dewi. Tanpa
segan-segan Sugito menghisapnya dalam-dalam semua cairan kenikmatan Dewi
tertelan oleh Sugito…tubuh Dewi mengejang menikmati pencapaian puncak
kenikmatannya ini.
Setelah ombak kenikmatannya mereda, Dewi mengajak Sugito dan Parmin
untuk meneruskan aksi mereka di ruang tidurnya. Sesampainya di tempat
tidur Dewi duduk di pinggir tempat tidur dan menyuruh kedua orang itu
untuk membuka pakaian yang mereka kenakan. Dewi terperangah saat melihat
tubuh telanjang Parmin, penis Parmin ternyata lebih besar dari punya
Sugito sementara panjangnya hanya lebih panjang sedikit dari punya
Sugito. Melihat penis Parmin yang sudah ngaceng tanpa sabar lagi Dewi
segera meraih penis Parmin itu dan mulai menciumi, menjilati dan
mengulum-ngulumnya. Lenguhan dan desahan Parmin bersahutan dengan
decakan mulut Dewi yang sedang asyik bermain di penisnya. Melihat Dewi
mulai beraksi dengan penis Parmin, Sugito tidak mau membuang waktu lagi,
didorongnya tubuh Dewi sehingga terlentang di atas tempat tidur. Sambil
merebahkan tubuhnya di atas ranjang Dewi tidak mau melepaskan pegangan
dan kulumannya di penis Parmin, sehingga membuat Parmin sedikit
kelabakan mengikuti tarikan tangan Dewi di penisnya. Dengan bertumpu di
atas kedua lututnya Parmin bersujud di samping kepala Dewi, sementara
tangannya mengangkat kepala Dewi dan menahan posisi kepala Dewi sehingga
Dewi dengan leluasa bermain di penisnya. Sugitopun segera beraksi
dengan mengangkangkan kaki Dewi, diselipkannya kepala penisnya di
belahan bibir kemaluan Dewi, slleeeppp….dengan perlahan-lahan Sugito
mulai menekan penisnya, penis Sugito mulai merangsek masuk ke dalam
lubang kemaluan Dewi.
Bleeessss…..ssrrrttttt….blleeesss….sssrtttt…..akhirnya penis Sugito
terbenam seluruhnya didalam lubang kenikmatan Dewi. Saat lesakan penis
Sugito di dalam lubang kemaluannya Dewi merasakan kenikmatan yang
sangat, lenguhannya terdengar di tengah-tengah suara kulumannya di penis
Parmin, sementara matanya merem-melek merasakan kenikmatan gesekan
penis Sugito di vaginanya.
“ssllruppp…hhhmmmhhh…aaaagghhhh…..sssshhsss…sssllr
rpppp….ooohhh….hhhmmmm,” Dewi melenguh saat merasakan penis Sugito mulai
menerobos lubang kenikmatannya sambil mengulum-ngulum penis Parmin.
Sugito mulai memaju-mundurkan penisnya,
ssssrrrttt….bleeesss…..sssrttttt….bleeesssss… penis Sugito mulai keluar
masuk di vagina Dewi, Sugito bergerak dengan perlahan-lahan ia ingin
betul-betul merasakan geseran dinding vagina Dewi di batang penisnya,
lama-lama ritme gerakannya mulai meningkat, seiring dengan memuncaknya
nafsu birahi Sugito. Biarpun kali ini untuk kedua kalinya Sugito
merasakan jepitan vagina Dewi dipenisnya, tapi Sugito merasakan vagina
Dewi betul-betul sempit. Sempitnya lubang kenikmatan Dewi membuat Sugito
merem-melek, lenguhan dan dengusan terdengar dari mulutnya, bersahutan
dengan lenguhan dan desahan Dewi dan Parmin yang juga sedang sama-sama
menikmati persetubuhan ini. Sementara Dewi betul-betul merasakan
kenikmatan senggama yang baru. Baru sekali ini Dewi merasakan mulut dan
vaginanya penuh dengan penis secara berbarengan, tak lama berselang saat
Dewi sedang asyik-asyiknya merasakan kedua penis itu keluar masuk di
mulut dan di vaginanya, Sugito menghentikan gerakannya dan mencabut
keluar penisnya, kemudian Dewi melihat Sugito merangkak ke atas tempat
tidur lalu duduk bersandar di sandaran tempat tidur lalu Sugitopun
mengangkangkan kakinya.
“Aku udah mau keluar…tapi aku ingin ibu memuaskan penisku dengan mulut
ibu, Min, giliranmu sekarang menggenjot vagina ibu tuch,” kata Sugito
sesaat setelah ia duduk bersandar.
Mendengar itu Parmin menarik penisnya yang sedang berada di genggaman
tangan dan di kuluman mulut Dewi, Parmin menarik bangun Dewi dan
menyuruh Dewi untuk merangkak, dan Parmin mengarahkan kepala Dewi tepat
berhadapan dengan penis Sugito, ditekannya kepala Dewi sehingga kepala
penis Sugito bersentuhan dengan mulut Dewi, Dewi mengerti keinginan
mereka, kemudian Dewi mulai membuka mulutnya dan mulai mengulum-ngulum
penis Sugito, Sugito mulai mengerang-ngerang merasakan hisapan dan
kuluman mulut Dewi di penisnya, sementara itu Parmin mulai beralih ke
belakang Dewi dan mulai mengarahkan penisnya kelubang vagina Dewi,
diselipkannya kepala penisnya di bibir vagina Dewi, dan perlahan-lahan
Parmin mulai mendorong masuk penisnya. Sleeepppp….bleessss…. penis
Parmin yang lebih besar ukurannya dari punyanya Sugito mulai menerobos
masuk kedalam lubang vagina Dewi.
“Uuggghhhh…..peelaaannn….hhmmmhhh…ssshhhh…ssssllrr rpppp..,” Dewi
melenguh saat penis Parmin mulai melesak masuk, ia merasakan vaginanya
seperti robek saat penis Parmin mulai melesak masuk itu.
Mendengar itu Parmin mendiamkan gerakannya, ia memberikan kesempatan
kepada lubang vagina Dewi untuk beradaptasi dengan ukuran penisnya,
beberapa saat kemudian dengan sekali sentakan Parmin menekan penisnya
dalam-dalam dilubang vagina Dewi, perbuatannya membuat Dewi menjerit,
tapi yang terdengar dari mulut Dewi hanya gumaman saja karena gerakan
Parmin tadi membuat tubuhnya terdorong kedepan dan akibatnya penis
Sugito masuk hampir seluruhnya kedalam mulut Dewi.
“Hhhhmmppphhhh……sssssllrrrpppppp..”Dewi menjerit tertahan.
Dewi merasa vaginanya seperti sobek, tapi ia juga merasakan kenikmatan
yang sangat, Dewi merasakan denyutan di batang penis Parmin yang
terjepit erat oleh dinding vaginanya, dan ia sendiri merasakan otot
dinding vaginanya berdenyut juga. Dewi mulai merasakan Parmin dengan
perlahan-lahan menarik penisnya…gesekan batang penis Parmin didinding
vaginanya membuat Dewi merem-melek karena kenikmatan yang sangat.
Sementara karena gerakan menarik Parmin membuat tubuh Dewipun tertarik
ke belakang dengan sendirinya mulutnya mulai bergerak juga. Penis Sugito
yang hampir terbenam semuanya di dalam mulutnya perlahan-lahan mulai
keluar sedikit-demi sedikit dari kuluman mulut Dewi, kemudian Parmin
mulai mendorong kembali penisnya masuk ke dalam lubang senggama Dewi
sehingga membuat penis Sugito mulai melesak masuk lagi kedalam mulut
Dewi, Sugito merasakan kenikmatan yang luar biasa saat penisnya
tergesek-gesek oleh mulut Dewi. Lenguhan-dengusan dan desahan dari
mereka bertiga kembali terdengar, keringatpun mulai mengalir keluar dari
tubuh mereka. Gerakan maju-mundur Parmin mulai tidak beraturan,
sementara pantat Sugitopun semakin terangkat, kedua tangannya memegangi
kepala Dewi, tubuhnya mengejang. Dewipun mulai merasakan hal yang sama
dengan Sugito dan Parmin, puncak kenikmatan dari persetubuhan mereka
hampir mereka raih, lenguhan dan desahan Dewi semakin sering terdengar,
kepala Dewi semakin cepat naik turun dan tidak seirama lagi dengan
gerakan maju mundur Parmin, sementara Dewipun mulai menggerakkan
pantatnya untuk menyambut sodokan Parmin. Akhirnya puncak kenikmatan itu
mereka raih hampir berbarengan, dimulai dengan Sugito yang melenguh
panjang lalu Dewi dan terakhir Parmin yang melepaskan lahar
kenikmatannya.
“Ooohhhhh…..aaaakkuuuu….keeellluaaaarrr….,’ Sugito melenguh panjang.
Creeeetttt…..ccccreeeetttt…cccreeet….. penis Sugito menyemprotkan cairan
kenikmatannya di mulut Dewi, disambut dengan lenguhan Dewi yang juga
merasakan puncak kenikmatannya.
“Akkhuuuu…juuuggaaa….ooohhhhh…sssssllrppppp….sslll rpppp….,” Dewipun
melenguh sambil menelan sperma Sugito yang keluar dalam mulutnya.
Sssseeerrr….ssseeerrr….ssseerrrr….. vagina Dewi menyemburkan lahar
kenikmatannya, Parmin merasakan semburan hangat dibatang penisnya.
“Akkuuuu….kheeellluaaaarr….juuggaaaa….aaaaggghhhh…eeenaaakkk ssekalii…,”
lenguhan Parmin terdengar merasakan puncak kenikmatannya.
Creeeettt….creettt…creettt…..penis Parmin menyemburkan lahar
kenikmatannya di dalam lubang vagina Dewi. Dewi merasakan kehangatan
sperma Parmin di dinding vaginanya.
Nampak tubuh mereka bertiga mengejang menikmati puncak kenikmatan dari
persetubuhan ini. Setelah badai nafsu mereka mereda serta tetesan
terakhir dari lahar kenikmatan mereka telah menetes, akhirnya tubuh
merekapun terkapar kelelahan, nafas mereka terlihat masih memburu, mata
mereka terpejam merasakan sisa-sisa kenikmatan yang baru saja mereka
raih. Jam di dinding kamar Dewi menunjukkan pukul 02.00 pagi, saat itu
Dewi terbangun dari tidurnya dan ia baru menyadari bahwa sehabis
pergumulan semalam dengan Sugito dan Parmin yang cukup menguras
tenaganya, ia jatuh tertidur begitu pula dengan Sugito dan Parmin yang
ikutan jatuh tertidur dengan posisi keduanya memeluk tubuhnya, hawa
dingin AC di kamarnya membuat Dewi kembali bergairah ingin disetubuhi
kembali oleh kedua orang ini, nafsu birahinya kembali bangkit
membayangkan kejadian semalam, perlahan-lahan kedua tangannya menggapai
kebawah mencari kedua batang kemaluan Sugito dan Parmin. Kemudian
setelah kedua batang kemaluan itu berada dalam genggamannya, dengan
lembut kedua penis itu diremas-remasnya, perlahan-lahan kedua batang
kemaluan itu bangun, seiring dengan semakin menegangnya kedua batang
kemaluan itu, siempunya barangpun mulai melenguh menikmati
remasan-remasan tangan halus Dewi, mata mereka masih terpejam tapi
naluri lelaki mereka sudah bangun terlebih dahulu, Dewi yang mendengar
lenguhan mereka semakin bernafsu meremas-remas kedua batang kemaluan
mereka. Kedua batang kemaluan mereka sudah betul-betul tegang dan siap
untuk berperang dengan kemaluan Dewi yang sudah mulai basah. Setelah
merasakan bahwa kedua batang kemaluan mereka betul-betul tegang Dewi
mulai bangkit dari posisi tidurnya kemudian Dewi mulai berjongkok di
atas tubuh Parmin. Perlahan-lahan batang kemaluan Parmin diarahkan ke
lubang kemaluannya, dioles-oleskannya kepala penis Parmin dengan bibir
vagina dan kelentitnya, Dewi melenguh kegelian merasakan gesekan kepala
penis Parmin di kelentit dan di bibir vaginanya. Selang beberapa saat
kepala penis Parmin ia selipkan di lubang kemaluannya…sleepp…, kemudian
perlahan-lahan Dewi mulai menurunkan pantatnya…bleessss…
srrttt…bleesss…., penis Parmin mulai masuk perlahan-perlahan di lubang
kemaluan Dewi.
“Aaggghhh…sssshhhh…oouughhh…” terdengar Dewi melenguh menikmati terobosan penis Parmin dilubang kenikmatannya.
“Ouuuuggghhh………..” Parminpun melenguh menikmati jepitan vagina Dewi di
batang kemaluannya, kedua matanya mulai perlahan-lahan terbuka.
Penis Parmin akhirnya terbenam seluruhnya di lubang kenikmatan Dewi,
Dewi merasakan kembali lubang kenikmatannya penuh sesak oleh jejalan
batang kemaluan Parmin yang besar, sesaat Dewi tidak melakukan gerakan,
ia ingin merasakan denyutan-denyutan batang kemaluan Parmin didinding
lubang kenikmatannya, Dewi merasakan sensasi yang luar biasa saat batang
kemaluan Parmin berdenyut-denyut sehingga membuat dinding lubang
kenikmatannyapun berdenyut juga menimpali denyutan yang dibuat batang
kemaluan Parmin, Parmin sendiri merasakan batang kemaluannya seperti
diremas-remas dengan lembut.
“Aagghhhh….ssshhhh…aaaaahhh..kooontolllmmuu enak sekaliiii…” Dewi mengerang keenakan.
“Memeeeekk..ibuu…ssshhhh…aaaahhhh…juga enaakkk….bissaaa…ngempoot…” Parmin juga merintih keenakan.
Erangan mereka berdua membuat Sugito terbangun, dan ia melihat Dewi
sudah menduduki Parmin dan tangan Dewi sedang memegangi penisnya yang
sudah tegang, tidak menunggu diperintah Sugito mulai bangun dan mulai
menyerbu tubuh Dewi, mulutnya mulai menyerang kedua payudara Dewi
bergantian dengan tangannya, saat mulutnya menjilati dan menghisap
payudara yang kiri, tangannya meremas-remas dan memilin-milin payudara
yang kanan, aksi Sugito membuat rintihan dan erangan Dewi semakin
menjadi.
“Ouugghhh…ssshhhh…aaaahhh…ggeeeliii….ouughhh..teru
sss…yaaa….hisaaappp..putingku….ooohhh…niikkmmaatt… ” Dewi merintih
keenakan dan kegelian.
Melihat itu Parmin tidak mau diam, kedua tangannya memegang pantat Dewi
menyangga posisi Dewi yang sedang berjongkok diatas tubuhnya, lalu
Parminpun memulai gerakannnya, perlahan-lahan pantatnya mulai naik turun
ssrrtttt…bleesss…ssssrrrttt…bleesss, penisnya keluar masuk di lubang
kenikmatan Dewi,
aksi Sugito dan gerakan Parmin membuat rintihan Dewi semakin
menjadi-jadi, Dewi dibuat merem-melek oleh aksi mereka berdua. Ia
merasakan kenikmatan yang sangat luar biasa berbeda dari yang ia rasakan
semalam. Dewi tidak dapat bertahan lama menghadapi serangan kedua orang
ini, puncak kenikmatannya sudah hampir diraihnya, lenguhannya semakin
sering terdengar, tubuhnya mulai bergetar menikmati serangan kedua orang
ini, tiba-tiba tubuh Dewi mengejang, tangannya memeluk erat Parmin
sementara pantatnya ia tekan dalam-dalam menyambut sodokan Parmin,
kemudian gerakan tubuhnya terdiam,
“Ouuugghhhh….aaagghhhh…..nniikkmaat…aakuuu…keeellu
uaaarr…sssssshhhh…aagghhhhh” Dewi mengerang menikmati puncak
kenikmatannya yang berhasil ia raih.
Creet…sssssrrrr…ccreett…sssrrr…Dinding vaginanya berdenyut-denyut
kencang saat lubang kenikmatannya memuntahkan lahar kenikmatannnya.
Parmin merasakan hangatnya cairan kenikmatan Dewi yang menyembur
membasahi batang penisnya, dan ia merasakan denyutan-denyutan yang
sangat kuat meremas-remas batang penisnya. Sesaat Dewi tengkurap di atas
tubuh Parmin, nafasnya memburu, matanya terpejam merasakan kenikmatan
yang baru saja ia rengkuh, Parmin dan Sugito membiarkan Dewi menikmati
sisa-sisa kenikmatan yang baru saja direngkuhnya.
“Oohh…nikmat sekali..hhmmmh…”Dewi bergumam sambil matanya masih
terpejam, sementara bongkahan pantatnya terlihat mengejut-ngejut,
nampaknya lubang kenikmatan Dewi masih menyemburkan sisa-sisa cairan
kenikmatannya.
Parmin dengan lembut mulai menciumi Dewi, bibir Dewi dipagutnya dengan
lembut yang dibalas oleh Dewi, kedua lidah mereka bertautan, melihat
kedua orang itu berpagutan Sugito perlahan-lahan memulai kembali aksinya
dengan menciumi punggung Dewi sementara tangannya mulai meremas-remas
kedua bongkahan pantat Dewi dengan lembut, ciuman-ciuman Sugito dan
remasan-remasan tangan Sugito di kedua bongkahan pantatnya membuat Dewi
menggelinjang kegelian, sementara Parmin tidak melepaskan
lumatan-lumatan di bibir Dewi.
“Hhhhhmmmmhhh…slllllrrppp….hhhhmmm…sssllrrppp…” Dewi dan Parmin bergumam dan melenguh bersamaan.
Saat itu ciuman Sugito perlahan-lahan semakin menurun kebawah kearah
pantat Dewi, Dewi semakin menggelinjang kegelian, entah apa yang
merasuki Sugito atau karena Sugito pernah melihat film BF yang ada
“Double Penetration”, ciuman Sugito mulai beralih ke pantat Dewi, lubang
pantat Dewi yang terpampang dimata Sugito tanpa merasa jijik mulai
Sugito ciumi, aksi Sugito semakin membuat Dewi menggelinjang, entah
kenapa Dewi merasakan nafsunya perlahan-lahan mulai bangkit kembali,
Tak lama berselang Sugito menghentikan ciuman di lubang pantat Dewi,
Sugitopun mulai memposisikan tubuhnya dengan dibelakang tubuh Dewi yang
masih tengkurap diatas tubuh Parmin, kemudian Sugito mulai
mengoles-oleskan kepala penisnya dilubang pantat Dewi, aksinya ini
membuat Dewi menggelinjang karena geli dan kaget, tapi Dewi tidak dapat
berbuat banyak karena tubuhnya sedang dipeluk dengan eratnya oleh
Parmin, Dewi hanya bisa pasrah merasakan gesekan-gesekan kepala penis
Sugito dilubang pantatnya.
“Eeehhh….Git!..aaapppaa..yang kamu
lakukan…ooohhh…..geelii….jjanggaan..dimasukkan penismu kesitu…sssshhh…”
Dewi merintih kegelian dan ketakutan, Dewi takut kalau Sugito memasukkan
penisnya ke lubang pantatnya.
“Tenang bu, nanti juga enak..ibu pasti ketagihan…” Sugito menjawab dengan tenang.
Sleeppp….Sugito menyelipkan kepala penisnya dilubang pantat Dewi, Dewi
mengerang saat lubang pantatnya mulai disesaki kepala penis Sugito, Dewi
tidak dapat berbuat banyak, karena pelukan Parmin yang erat ditubuhnya
dan tangan Sugito yang memegangi pinggangnya, yang hanya Dewi bisa
lakukan hanya menggerakkan kepalanya, Dewi merasakan perih saat kepala
penis Sugito mulai menerobos lubang pantatnya.
Srrttttt…bleeesss…ssssrrrttt….bleessss…ssssrttt…bl
leessss….perlahan-lahan Sugito mulai mendorong masuk penisnya dilubang
pantat Dewi, Sugito merasakan jepitan lubang pantat Dewi sangat ketat
sekali melingkari batang kemaluannya, dan Sugito merasakan ketatnya
gesekan dinding lubang pantat Dewi dibatang kemaluannya, sementara
Sugito merasakan kenikmatan yang sangat luar biasa dengan jepitan lubang
pantat Dewi, Dewi sendiri merasakan kesakitan dan perih yang luar biasa
dilubang pantatnya.
“Ouugghhh….sssshhhhh…sssaaakkkitttt..peeriihhh…uuu
gghhh….amppuunn..Git..cabut penismu …peeriihh..ssshhh…saakiittt…” Dewi
menjerit kesakitan.
“Shhh…aaggghh…sssebeeentar bu,…nanti perihnya juga hiilllaang…nnantiii..ibu juga akan merasakan eenaaakkk…” Sugito menjawab.
Bleessss…..Dengan sekali hentakan akhirnya seluruh batang kemaluan
Sugito terbenam seluruhnya di lubang pantat Dewi. Hentakan Sugito
membuat Dewi melenguh kesakitan, sementara Sugito sendiri dan Parmin
merasakan kenikmatan yang sangat luar biasa. Mereka merasakan jepitan di
penis mereka sangat erat sekali, baik Sugito maupun Parmin merasakan
kedutan-kedutan yang tiada taranya, selain kedutan-kedutan dari dinding
kedua lubang Dewi mereka masing merasakan kedutan-kedutan batang
kemaluan mereka. Sugito merasakan kedutan batang kemaluan Parmin, Parmin
sendiri merasakan kedutan batang kemaluan Sugito. Tak lama berselang
Sugito dan Parmin mulai memaju-mundurkan penis mereka, mereka tidak
memperdulikan jeritan kesakitan Dewi, yang mereka pikirkan saat ini
adalah kenikmatan yang sangat luar biasa, nampak penis mereka keluar
masuk dengan perlahan di kedua lubang Dewi.
Ssrrrttt…bleess….ssrrtttt…bleesss….ssrttt…bleeess…
“Ouughh….aaagghhh..enak..sekallii….” Sugito melenguh keenakan.
“Iyaaahh…vaginanya …jaddiii.,..ttaammbah seempitt…mememang.,…eenaakk..” Parminpun mengerang keenakan.
“Ouughh….ssaakiiit…sudaaaahh…akkuu….tidddakk..kkuatt…pperiihhh…ooouughhh..ampunn..” Dewi merintih kesakitan.
Sugito dan Parmin mendengar rintihan Dewi bukannya menghentikan gerakan
mereka, tapi malah menambah ritme gerakan mereka… gerakan penis mereka
semakin cepat keluar masuk dilubang kemaluan dan pantat Dewi. Gerakan
keluar masuk penis mereka semakin lancar dikarenakan lubang kemaluan
Dewi yang semakin banyak mengeluarkan cairan pelican ini, dan kedua
penis mereka yang juga semakin banyak mengeluarkan cairan pelicinnya.
Perlahan-lahan rintihan kesakitan Dewi berganti menjadi erangan dan
lenguhan kenikmatan, rasa perih yang tadi dirasakan oleh Dewi berganti
menjadi rasa nikmat yang belum pernah Dewi alami selama ini, Dewi mulai
bisa merasakan gesekan-gesekan kedua batang penis Sugito dan Parmin pada
dinding lubang kemaluan dan pantatnya. Terlebih Dewi merasakan sensasi
yang sangat luarbiasa pada dinding yang membatasi antara lubang vagina
dan lubang pantatnya, karena di dinding itu ia merasakan pergesekan yang
sangat luar biasa. Dewi merasakan penis Parmin dan Sugito
menggesek-gesek dinding tersebut dengan eratnya, mata Dewipun dibuat
merem-melek, lenguhan-lenguhan kenikmatannya semakin kuat.
“Ouughhh….sssshhh…aaaaghhh…enaakk…sssshhh..terusss
….aaaagghhh….oouughhh….kontoooolll…kalian
mmeemmbuuaatkkkuu….mellaaayang….oougghh….terusss….
.jjangaan..berhenti..” Dewi meracau keenakan.
“Akkuu…ssudah…bbillanng…tadi…pasti …..
ibuuuu…akaaaann..keeenakaann…hhhhmmmm… lubang pantat ibu
gaaakkk…kalahh..dengan…hhmmm….aaaggg…mmeemek ibu…enaakknya..’ Sugito
menjawab sambil mengerang keenakan..merasakan sempitnya lubang pantat
Dewi.
“Iyaaahhh…akuu juggaaa…keeenakaan..vaginanya tambah
seeempiitt…niiihhh…aaaagghhh…ooughhh…aakuu juga pengen
nyobaain…anusnya…nanti” erang Parmin yang juga sedang merasakan
kenikmatan yang sangat luar biasa.
Keringat mereka semakin banyak keluar, bunyi beradu tubuh mereka yang
penuh dengan keringat menambah nafsu mereka semakin memuncak, lenguhan
dan erangan mereka semakin sering terdengar. Gerakan penis Parmin dan
Sugito semakin cepat keluar masuk di kedua lubang Dewi, tak lama
berselang gerakan tubuh Sugito dan Parmin semakin tidak beraturan, nafas
mereka semakin memburu.
“Ouugghhh…akuuu…tidakk..tahhaan…lagi…akku…mmaaaau.
.keluuaaarr…aarrrgghhh…sshhss …..eenaaakkk…memmekkmm…ibbuuu….” Parmin
mengerang keenakan saat merasakan puncak kenikmatan yang berhasil ia
rengkuh kembali.
“Iyyyaaaa….aargghhhh…akuuu…jugga..tidak….taahhhaan
n…llagii…aakuuu…juga..mau..keluar…oouggghh…eenaaak
kk..betul…ngentooottt….sssaaama..ibuuu…..” Sugito pun mengerang
menimpali erangan Parmin, iapun merasakan puncak kenikmatannya yang
berhasil direngkuhnya kembali.
“Akkkuuu……jugggaaa….oouggghhh….aaaaaaarrghhh…..kon
tooooll…kaliiiaaannn…mmemang..
betulll….eenaaakkk…..aaaaahhhh..sssshhh….akkuuu…be
tuuulll…pppuuaaasss…oohhhh..” Dewi melenguh keenakan menyambut
penggapaian dari puncak pendakian kenikmatanya yang untuk kedua kalinya
ia capai di dinihari ini.
Creeettt…ssrrrrr….creetttt…ssssrr….ccrreettt..sssr r….ccreettt….lahar
kenikmatan mereka menyembur berbarengan, kemaluan mereka mengejut-ngejut
bersamaan menembakkan cairan kenikmatan mereka, tubuh mereka mengejang
bersamaan, erangan dan lenguhan mereka terdengar bersahutan. Akhirnya
setelah tetes terakhir dari lahar kenikmatan mereka keluar dari kemaluan
mereka, dan badai nafsu mereka mereda, ketiganya terkapar, tubuh mereka
terlentang berdampingan sementara nafas mereka masih memburu, dan mata
mereka terpejam menikmati sisa-sisa dari pergulatan birahi mereka yang
baru saja mereka raih sampai kepuncaknya. Pergulatan mereka bertiga
masih dilanjutkan terus sampai matahari terbit, dengan berbagai
perubahan posisi, kadang Parmin yang menggarap lubang pantat Dewi
sementara Sugito menggenjot vagina Dewi dari bawah, atau Sugito
menggenjot anus Dewi dengan gaya doggie style sementara Parmin di depan
memaju-mundurkan penisnya dimulut Dewi, berbagai posisi mereka coba dan
nafsu Dewi betul-betul terlampiaskan oleh aksi Parmin dan Sugito.