Kisah Kelam Di WC Mall
Minggu siang itu udara Jakarta panas sekali. Sebuah metromini masih
ngetem di depan sebuah gedung di Jakarta utara, menunggu penumpang.
Meski kesal, para penumpang terpaksa bersabar.
Tak lama, masuk seorang pemuda preman. Sebut saja namanya Joni. Dengan
mulut bau minuman, dia lantas beraksi di depan para penumpang metromini.
"Siang bapak-ibu, langsung aja, saya minta duit recehnya 500 atau 1000
perak. Receh buat anda, berharga buat saya!".
Joni lantas menadahkan tangannya ke tiap penumpang. Ada yang ngasih, ada
yang cuma melambaikan tangan. Di pojok, seorang mahasiswi asyik dengan
handphonenya sehingga dia tidak sadar kalau Joni sudah di depannya dan
menadahkan tangan.
"Mbak! recehnya dong!" kata Joni sambil nyolek mahasiswi itu.
"Ih apaan sih! Ga ada!" kata mahasiswi yang kita sebut saja Merry itu
sambil sebal. Dia lantas bangkit dan pindah duduk ke bangku depan.
Joni melotot. Dalam hatinya dia ngedumel "Sialan lo! awas lo ya!".
Biasanya langsung turun, Joni kali ini tetap di dalam metromini, duduk
sambil agak sembunyi di bangku belakang.
Metromini berjalan lagi. Saat sampai di depan sebuah mal besar,
metromini berhenti. Beberapa penumpang turun termasuk Merry. Dia tidak
sadar kalau Joni ikut turun dan membuntuti agak jauh di belakang.
Merry keluar-masuk beberapa toko di dalam mal, sedangkan Joni
memperhatikannya terus. Selang beberapa saat, Joni melihat Merry
berjalan ke arah WC. "Ini die kesempatan gue. Awas lo ya!" kata Joni
dalam hati.
Sambil celingak-celinguk, Joni memperhatikan sekeliling. Kebetulan WC
itu berada di pojok gedung dan suasana sepi. Dia melihat Merry sudah
masuk ke dalam WC perempuan.
Joni segera ikut masuk setelah melihat tidak ada penjaga di situ. Dia
lalu mengganjal pintu masuk dengan bangku di situ supaya tidak ada yang
bisa masuk lagi. Dia kemudian bersembunyi di sebuah kamar toilet yang
kosong sambil mendengarkan Merry yang sedang buang air.
Joni mendengar pintu toilet tempat Merry berada terbuka. Pelan-pelan dia
mengintip dan melihat Merry sudah keluar dan kini sedang berada di
depan kaca sambil membetulkan roknya.
"Ini die saatnya!" kata Joni. Dengan cepat dia keluar dari toilet lalu
berlari ke belakang Merry, memiting lehernya lalu membantingnya ke
lantai. Merry yang tidak tahu bakal diserang menjadi kaget. Dia mencoba
bangun tapi Joni segera memukul wajahnya dan perutnya. Buk! Buk!
Saking kerasnya pukulan, Merry langsung mengerang kesakitan. Joni tidak
tanggung-tanggung lagi. Dia segera menyibakkan rok yang dipakai Merry,
langsung menarik celana dalam putih yang dipakai mahasiswi itu. "Awas lo
****** lo!" kata Joni dengan ganas.
Joni lantas menindih Merry, tangannya berusaha membuka paha Merry
lebar-lebar. Merry yang masih kesakitan berusaha menangkis tapi tidak
kuat melawan Joni yang sudah nafsu. Dengan terburu-buru, Joni lalu
membuka retsleting celananya dan memperosotkan celananya. Kontolnya yang
sudah tegang langsung keluar.
Sambil tangan kanannya memegang kedua tangan Merry, Joni memakai tangan
kirinya untuk mengarahkan kontolnya ke arah vagina mahasiswi itu. Merry
mulai menangis tapi langsung ditampar Joni. Joni mulai mencoba
memasukkan kepala kontolnya tapi masih susah karena lobang vagina Merry
kecil dan masih kering. "****** lo!" sumpah Joni lagi sambil membuang
ludah yang kemudian dipakai membasahi kontolnya.
Kali ini kepala kontolnya mulai bisa masuk. Joni lantas mengangkat kedua
kaki Merry supaya dia lebih leluasa beraksi. Merry terus menangis dan
mengerang, tapi tidak bisa apa-apa karena tangannya dipegangi. Dengan
sekuat tenaga Joni mencoba memasukkan batang kontolnya dan kali ini
mulai masuk.
Joni merasa ada sesuatu yang menghalangi. "Ini die perawan asli!" kata
Joni dalam hati sambil ketawa-ketawa. Dia agak mencabut keluar kontolnya,
lalu dengan sekuat tenaga mendorong kontolnya sejauh-jauhnya ke dalam
vagina Merry. Slep! Srot! Selaput dara Merry pecah!
"Aaa..huhuhuhuh!" jerit Merry yang kesakitan setelah selaput daranya
pecah ditembus kontol Joni. Perlahan darah kental mulai keluar dari
lobang vaginanya, membasahi lantai WC.
Joni masih terengah-engah, kontolnya keluar-masuk vagina Merry. Peluh
Joni menetes membasahi muka mahasiswi yang terus menangis. "Rasain lo
******!" kata Joni sambil kembali menampar perempuan manis itu.
Karena sudah tidak tahan lagi, Joni segera mengangkat kaki Merry
lebar-lebar, lalu sambil mengeden keras, dia segera mengucurkan seluruh
air maninya di dalam vagina perempuan itu. "Aaah...!" kata Joni sambil
mengeden menahan kenikmatan.
Joni terdiam sejenak. Seluruh kenikmatan itu membuat badannya bergetar.
di bawah badannya, Merry masih mengguguk menangis kesakitan.
Perlahan Joni bangun, mengusap kepala kontolnya yang masih berlumur
darah dengan celana dalam Merry. Lantas celana dalam itu dilemparkannya
ke muka perempuan itu. "Nih rasain lo ******!"
Joni lantas memakai kembali celananya dan perlahan sambil
celingak-celinguk melihat keluar dari pintu WC. Aman, tidak ada orang
lain. Dia segera sedikit berlari keluar dari mal itu dan lantas mencegat
sebuah metromini untuk kembali ke tempat nongkrongnya.
Merry sendiri perlahan bangkit dari lantai WC. Vaginanya perih sekali.
Dia menangis lalu berusaha bangkit sambil berpegangan ke dinding WC.
Darah masih mengalir dari vaginanya dan jatuh ke paha. Dengan
terseok-seok Merry kembali masuk toilet dan menggunakan celana dalamnya
untuk membersihkan diri. Sungguh hari itu menjadi hari kelam baginya.
The End