Bercinta Di Mess Kantor
Cerita ini terjadi sekitar satu setengah tahun yang lalu. Nama saya Anton (bukan nama sebenarnya) dan bekerja di sebuah perusahaan nasional di Jakarta. Saya
mengepalai bagian penjualan, dan otomatis saya sering pergi ke luar kota
untuk urusan pekerjaan, apalagi bila ada peluncuran produk baru.
Sekitar satu setengah tahun yang lalu, saya ditugaskan ke Manado. Di
sana kebetulan perusahaan kami mempunyai mess yang biasa digunakan oleh
tamu-tamu yang datang dari kota lain. Mess-nya sendiri cukup besar, dan
di halaman belakang ada kolam renangnya.
Selama di Manado saya ditemani oleh Ratna (nama samaran) yang juga
mengepalai bagian penjualan di sana. Sebagai gambaran, Ratna tingginya
sekitar 165 cm, berat sekitar 54-55 kg dan kulitnya putih mulus. Umurnya
sekitar 28 tahun, dan menurut saya orangnya sangat menarik (baik dari
segi fisik maupun personality). Beberapa hari di sana, kami pergi
mengunjungi beberapa distributor di Manado, dan Ratna juga sempat
mengajak saya jalan-jalan seperti ke danau Tondano ditemani beberapa
rekan kantor lainnya.
Hubungan saya dengan Ratna menjadi cukup dekat, karena kami banyak
menghabiskan waktu berdua walaupun sebagian besar adalah urusan kantor.
Ratna sangat baik pada saya, dan dari tingkah lakunya saya dapat
merasakan kalau Ratna suka pada saya. Pertama-tama saya pikir kalau
mungkin itu hanya perasaan saya saja. Walaupun dalam hati saya juga suka
dengan dia, saya tidak berani untuk mengatakan atau memberi tanda-tanda
kepada dia. Toh, saya baru beberapa hari kenal dengan dia dan memang
untuk urusan wanita saya tergolong pemalu. Bagaimana kalau dia ternyata
tidak ada perasaan apa-apa ke saya? Wah, bisa hancur hubungan baik yang
telah saya bina dengan dia beberapa hari itu.
Suatu sore setelah pulang kerja, Ratna seperti biasa mengantar saya
pulang ke mess. Saya menanyakan apakah dia mau mampir dulu sebelum
pulang. Ratna setuju dan masuk ke dalam mess bersama saya. Kami
ngobrol-ngobrol sebentar, dan saya ajak Ratna ke halaman belakang untuk
duduk di kursi panjang dekat kolam renang. Kolam renangnya sangat
menggoda, dan saya tanya Ratna apakah dia mau menemani saya berenang.
Dia bilang kalau sebenarnya dia mau, tapi tidak bawa baju renang dan
baju ganti sama sekali. Saya menawarkan untuk memakai celana pendek dan
kaos saya.
“Nanti sekalian mandi di sini saja sebelum kita pergi makan malam..” kata saya.
Ratna setuju dan saya ke kamar untuk mengambil kaos dan celana pendek
untuk dipinjamkan ke Ratna. Saya sendiri juga berganti pakaian dan
mengenakan celana pendek saya yang lain.
Setelah berganti pakaian, kami pun berenang bersama. Karena baju kaos
yang saya pinjamkan berwarna putih dan bahannya cukup tipis, buah dada
Ratna yang ukurannya di atas rata-rata tercetak cukup jelas walaupun dia
masih memakai bra. Kami berenang sekitar 20 menit, dan setelah selesai
saya pinjamkan Ratna handuk untuk mandi di kamar saya yang kebetulan
lebih bersih dari kamar mandi yang ada di ruang depan. Saya sendiri
mandi di ruang depan.
Begitu selesai mandi, saya ke kamar saya untuk melihat apakah Ratna
sudah selesai atau belum. Ternyata Ratna masih di kamar mandi, dan
beberapa menit kemudian keluar dengan hanya memakai handuk yang
dililitkan di badannya. Handuk yang saya pinjamkan tidak terlalu besar,
sehingga hanya mampu menutupi sebagian buah dada dan sedikit pahanya.
Belahan dadanya terlihat jelas dan mungkin sedikit lebih turun lagi
putingnya akan terlihat. Dengan rambut yang masih basah, Ratna terlihat
sangat seksi.
Ratna berdiri di depan pintu kamar mandi dan bilang kalau dia harus
mengeringkan bra dan CD-nya yang masih basah. Waktu Ratna mengangkat
kedua tangannya untuk menyibakkan rambutnya, handuknya terangkat dan
kemaluannya terlihat. Saya tidak tahu apakah Ratna sadar atau tidak
kalau handuknya terlalu pendek dan tidak dapat menutupi kemaluannya.
Rambut kemaluan Ratna lumayan lebat.
Ratna kemudian duduk di ranjang saya dan menanyakan apakah dia boleh
menunggu sebentar di kamar saya sampai pakaian dalamnya kering. Tentu
saja saya membolehkan, dan setelah mengobrol beberapa saat, Ratna
menyandarkan badannya ke sandaran ranjang dan menjulurkan kakinya ke
depan. Kakinya yang panjang terlihat mulus. Melihat itu semua, kemaluan
saya mulai menegang.
Saya tanya dia, “Sambil nunggu celana kamu kering, mau aku pijitin nggak..?”
“Mau dong, asal enak yah pijitannya..”
Saya minta dia membalikkan badannya, dan saya mulai memijati kakinya.
Beberapa saat kemudian saya mulai memberanikan diri untuk naik dan
memijat pahanya. Ratna sangat menikmati pijatan saya dan sepertinya dia
juga sudah mulai terangsang. Hal ini terbukti dengan dibukanya kedua
kakinya, sehingga kemaluannya terlihat dari belakang, walaupun tubuhnya
masih dibalut handuk.
Saya pun mulai memijat pahanya bagian dalam, dan terus naik sampai ke
selangkangannya. Ratna diam saja, dan saya memberanikan untuk mengelus
kemaluannya dari belakang. Juga tidak ada reaksi selain desah nafas
Ratna tanda bahwa dia sudah terangsang dan menikmati apa yang saya
lakukan.
“Ratna, buka yah handuknya biar lebih mudah..” kata saya.
Tanpa diminta lagi, Ratna membalikkan badannya dan melepaskan handuknya,
sehingga tubuhnya sekarang telanjang bulat di depan saya. Buah dada
Ratna ternyata lumayan besar dan sangat indah. Ukurannya mungkin 36C dan
putingnya berwarna kemerahan.
“Ton, buka dong celana pendek kamu..!” pintanya.
Saya berdiri dan melepaskan celana yang saya kenakan. Kemaluan saya
sudah sangat menegang dan saya pun naik ke ranjang dan tiduran di
sebelah Ratna.
“Kamu diam saja di ranjang, biar aku yang buat kamu senang..,” katanya.
Saya pun tidur telentang, dan Ratna naik ke badan saya dan mulai menciumi saya dengan penuh nafsu.
Beberapa menit kemudian ciumannya dilepaskan, dan dia mulai menjilati
badan saya dari leher, dada dan turun ke selangkangan saya. Ratna belum
menjilati kemaluan saya dan hanya menjilati selangkangan dan paha saya
sebelah dalam. Saya sangat terangsang dan meminta Ratna untuk memasukkan
kemaluan saya ke dalam mulutnya. Ratna mulai menjilati kemaluan saya,
dan sesaat kemudian memasukkan kemaluan saya ke dalam mulutnya. Ternyata
Ratna sudah sangat ahli. Pasti dia sudah sering melakukannya dengan
bekas pacarnya, pikir saya. Memang sebelum itu Ratna pernah berpacaran
dengan beberapa pria. Saya sendiri saat itu masih perjaka. Saya memang
juga pernah berpacaran waktu kuliah, tetapi pacaran kami hanya sebatas
heavy petting saja, dan kami belum pernah benar-benar melakukan hubungan
seks.
Saya minta Ratna untuk membuat posisi 69, sehingga selangkangannya
sekarang persis di depan hadapan wajah saya. Sambil Ratna terus mengulum
dan menjilati kemaluan saya, saya sendiri juga mulai menjilati
kemaluannya. Ternyata kemaluannya berbau harum karena dia baru saja
selesai mandi. Rambut kemaluannya juga lebat, sehingga saya perlu
menyibakkannya terlebih dahulu sebelum dapat menjilati klitorisnya. Kami
saling melakukan oral seks selama beberapa menit, dan setelah itu saya
minta Ratna untuk tiduran. Dia merebahkan badannya di ranjang, dan saya
mulai menjilati buah dada dan putingnya.
Ratna sudah sangat terangsang, “Hmm.. hmm.. terus Ton.. terus..!”
Saya terus menjilati tubuhnya sampai ke kemaluannya. Rambut kemaluannya
saya sibakkan dan saya jilati bibir kemaluan dan klitorisnya. Cairan
kemaluannya terasa di lidah saya. Tubuh Ratna menggelinjang hebat dan
pantatnya diangkat seolah-olah ingin saya menjilatinya lebih dalam lagi.
Tangannya menekan kepala saya sampai hampir seluruh wajah saya terbenam
di kemaluannya. Saya semakin bersemangat memainkan ujung lidah saya
yang menyapu kemaluan Ratna, dan kadang-kadang saya gigit perlahan
klitorisnya.
Ratna benar-benar menikmati apa yang saya lakukan, dan semakin membuka
pahanya lebar-lebar. Dia terus menekan kepala saya dan menaik-turunkan
pinggulnya.
“Ah.. ah.. ah.. I’m coming, I’m coming..!” teriaknya.
Saya terus menjilati klitorisnya dengan lebih cepat, dan sesaat kemudian
dia berteriak, “Ahh.. Ahh.. Ahh..” tanda kalau dia sudah orgasme.
Kemaluannya sudah sangat basah oleh cairan kemaluannya.
Ratna melenguh sebentar dan berkata, “Ton, masukin dong, saya mau nih..!”
Saya bilang kalau saya belum pernah melakukan ini, dan takut kalau dia hamil.
“Jangan takut, saya baru saja selesai mens kok, jadi pasti nggak bakalan hamil..”
“Kamu di atas yah..!” kata saya.
“Ya udah, tiduran sana..!”
Saya tiduran dan Ratna duduk di atas saya dan mulai memasukkan kemaluan
saya ke vaginanya dengan perlahan. Wah, nikmat sekali.. ternyata begitu
rasanya berhubungan seks yang sesungguhnya. Ratna mulai
menggoyang-goyangkan pinggulnya dan kedua tangannya diangkat ke atas.
Saya memegang kedua buah dadanya sambil Ratna terus bergoyang, makin
lama makin cepat.
Beberapa saat kemudian saya sudah tidak tahan lagi dan ejakulasi sambil
memeluk tubuh Ratna erat-erat. Belum pernah saya merasakan kenikmatan
seperti itu. Kami pun berciuman dan kemudian ke kamar mandi untuk
membersihkan badan yang penuh dengan keringat. Di kamar mandi saya
menyabuni tubuh Ratna dari atas ke bawah, dan hal yang sama juga dia
lakukan ke saya. Khusus untuk kemaluannya, saya memberikan perhatian
khusus dan dengan lembut menyabuni klitorisnya dan memasukkan jari saya
untuk membersihkan vaginanya yang basah oleh air mani saya. Kelihatan
kalau Ratna sangat menikmati itu, dan kakinya pun dibuka lebar-lebar.
Selesai mandi, kami kembali ke kamar dan membicarakan apa yang baru kami
lakukan. Terus terang saya tidak pernah berpikir untuk melakukan
hubungan seks dengan Ratna secepat itu, karena kami belum lama kenal dan
semuanya juga terjadi dengan tiba-tiba. Ratna bilang kalau sebenarnya
dia suka dengan saya dari awal, dan memang sudah mengharapkan untuk
dapat melakukan ini dengan saya.
Setelah kejadian itu, kami beberapa kali melakukan hubungan seks di mess
sepulang dari kantor. Karena di mess tidak ada pembantu (pembantu hanya
datang di pagi hari untuk membersihkan rumah atau mencuci baju), kami
bebas melakukannya di luar kamar baik di ruang tamu, halaman belakang
dan juga kolam renang. Benar-benar beberapa hari yang tidak dapat saya
lupakan. Sayang hubungan kami tidak berlanjut setelah saya kembali ke
Jakarta karena jarak yang memisahkan kami.
Sebenarnya saya pernah minta Ratna untuk pindah kerja ke Jakarta, tapi
dia tidak mau dengan alasan orang tuanya tidak mengijinkan, karena dia
anak satu-satunya. Juga mungkin bagi Ratna saya hanyalah salah satu pria
yang lewat dalam hidupnya.