Gelapnya Dunia Malam
Cerita ini adalah sebuah kejadian nyata yang terjadi sekitar dua tahun
yang lalu saat saya masih asyik berkecimpung di dunia pergaulan malam,
dunia yang tak jauh dari keremangan lampu diskotik dan cafe, narkoba dan
seks bebas. Dumangdati kalau menurut istilah teman-teman saya, dunia
malam ngak ada matinya. Waktu itu ibukota kita baru saja dilanda
gelombang reformasi dengan gerakan demonstrasi dan kerusuhan terjadi di
mana-mana. Dan kerusuhan itu tidak hanya menghancurkan gedung-gedung
saja tetapi juga menghancurkan rencana pesta ulang tahun salah seorang
teman saya di sebuah diskotik besar di kawasan Ancol. Padahal rencana
pesta itu sudah tersusun rapi, dari transportasi (penjemputan peserta
pesta), perizinan (izin pulang pagi untuk beberapa teman kami yang kaum
hawa), dan konsumsi (menu utama pesta, narkoba) semuanya sudah tersusun
rapi.
Semua berawal saat saya menelepon diskotik yang bersangkutan untuk
memesan tempat, karyawan yang berbicara dengan saya memberitahu bahwa
diskotik mereka akan tutup selama beberapa hari dengan alasan keamanan
yang belum terjamin. Kontan saya memberitahukan kepada teman-teman
lainnya untuk melakukan perencanaan tindakan selanjutnya. Hari sudah
mulai sore dan belum ada jawaban dari teman-teman yang lain, saya sudah
mulai berpikir bahwa pesta ini akan dibatalkan sehingga saya mulai
menyusun rencana lain untuk pergi nonton dengan Nelly, seorang gadis
yang belakangan ini sedang dekat dengan saya. Tetapi menjelang malam ada
berita bahwa pesta tetap akan diadakan, teman saya telah memesan sebuah
apartemen di kawasan perumahan yang tidak jauh dari tempat rencana
semula. Semua peserta diharapkan dapat berkumpul di sana secepatnya.
Saya mulai bimbang karena kami sudah telanjur mau nonton. Akhirnya saya
berinisiatif mengajak Nelly untuk bergabung dengan teman-teman yang lain
setelah selesai nonton, dan dia setuju.
Hari sudah mulai malam saat kami sampai di tempat tujuan, dari luar
pintu saja sudah terdengar alunan musik house yang cukup kencang. Dan
keadaan di dalam tidak jauh berbeda, tampak beberapa teman kami pria dan
wanita sedang asyik bergoyang mengikuti irama house music tersebut.
Sementara beberapa teman lainnya sedang mengelilingi meja makan yang
sudah penuh dengan perlengkapan pesta, dari minuman biasa, minuman
keras, pil ekstasi, shabu-shabu dan perlengkapannya, beberapa keping CD
dan kaset house music dan beberapa pak kondom Durex.
“Ayo nggak usah malu-malu kalian udah telat nih yang laen udah pada
terbang tuh,” kata Yoke sang yang punya acara sambil memberikan beberapa
butir pil ekstasi ke tanganku. Aku menerimanya dan sambil tersenyum
memberikan sebutir kepada Nelly. Kami memang berasal dari dunia yang
sama, dunia malam penuh narkoba, jadi hal itu sudah bukan hal yang asing
bagi Nelly.
“Happy Birthday Bro.”
“Thanks,” kataku membalas Yoke sambil mengambil gelas minuman untuk meminum pil-pil tersebut.
Aku kemudian menuntun Nelly untuk bergabung dengan yang lainnya di ruang
tengah, aku duduk di sebuah sofa dan Nelly duduk di pangkuanku. Dan tak
lama kemudian kami pun sudah ikut terbang bersama kawan-kawan lainnya
diiringi alunan house music. Lagu demi lagu dan jam demi jam berlalu,
kami pun semakin merapatkan tubuh kami saat ruangan menjadi semakin
dingin dengan udara malam menjelang pagi ditambah semburan AC. Semakin
rapat sampai akhirnya aku dapat merasakan halusnya pipi Nelly menempel
di pipiku. Aku pun tak dapat menahan diri untuk tidak mencium pipi halus
tersebut, sesuatu yang sudah ingin kulakukan sejak lama. Nelly tampak
terkejut saat bibirku menyentuh pipinya, ia pun menoleh dan
memandangiku. “Shit what have I done,” kataku dalam hati takut ia marah.
Tetapi sebaliknya, ia malah menjulurkan tangannya ke belakang kepalaku
dan mendorongnya maju untuk lebih merapatkan bibirku ke pipinya.
Menit-menit berikutnya ia malah menggeser pipinya dan menggantikannya
dengan kedua bibir mungilnya. Kami pun berciuman dengan intens diiringi
sedikit permainan lidah. Selang beberapa saat aku sudah mulai berani
menjelajahi leher jenjang Nelly dengan lidahku, memberi sedikit
kecupan-kecupan di lehernya dan menggelitik daun telinganya. Udara
ruangan yang saat itu sudah penuh dengan berbagai macam polusi tetap
tidak dapat mengalahkan wangi tubuh Nelly. Akupun menciuminya dengan
makin bersemangat saat tangan Nelly mengusap-usap bagian belakang
kepalaku. Kedua tanganku mulai merayap naik ke perutnya yang datar,
halus dan indah di balik kaos ketatnya. Badan Nelly memang sungguh indah
dan menarik, maklum ia adalah seorang guru senam aerobic dan body
language. Proporsinya benar-benar pas dan mantap, ditunjang oleh
face-nya yang juga manis, jadilah ia seorang dewi di mataku.
Tanganku sudah mulai merayap masuk ke dalam kaosnya dan menyentuh halus
kulit perutnya saat tiba-tiba terdengar pintu kamar terbuka dan sepasang
teman kami tampak berjalan keluar sambil berpelukan mesra. Nelly
seperti tersadar, ia memegang tanganku dan menghentikan kegiatan kami.
Apakah aku sudah terlalu jauh bergerak? Apakah ia akan marah? Menit
selanjutnya ia menegakkan badannya meninggalkan badanku dan merapikan
kaos ketatnya sambil menebar pandangan ke sekeliling ruangan. Tampaknya
bukan hanya kami berdua yang sedang asyik masyuk, beberapa teman kami
pun sudah duduk berpasang-pasangan dan asyik dengan kegiatan mereka
masing-masing.
“Gue pusing nih,” katanya tiba-tiba sambil memegang kepalanya.
“Kenapa?” tanyaku.
“Gak tau, obatnya kali ya gue mau istirahat bentar ah,” katanya lagi sambil berdiri meninggalkanku di sofa.
“Eh mau ke mana?”
“Ke kamar tidur sebentar.”
“Oke jangan lama-lama ya tidurnya,” kataku sambil membetulkan posisi dudukku di sofa.
“Eh temenin dong masa gue sendirian,” katanya, kali ini ia meraih
tanganku, menarikku bangkit dari sofa dan menuntunku ke kamar yang baru
saja ditinggalkan teman kami.
Aku mulai mengerti maksudnya saat kami sudah berada dalam kamar,
menguncinya dan mulai berciuman bibir dengan lebih intens lagi, semakin
lama pelukan kami pun semakin erat. Aku mulai menggerakkan tanganku ke
belakang tubuhnya, merayap masuk ke dalam kaosnya dan mengusapi
punggungnya. Ia pun melakukan hal yang sama. Terasa betapa kenyal buah
dadanya terhimpit di depan dadaku. Akhirnya saat-saat yang paling
kutunggu beberapa waktu terakhir ini. Bermesraan dan bercinta dengan
Nelly. Tanganku semakin bebas bergerak merayapi punggungnya saat aku
berhasil melepaskan kaos ketatnya, naik turun melewati seutas tali
pengikat bra yang masih terkait kencang. Sementara di bagian depannya
kedua belah buah dada Nelly yang kencang semakin nampak menggiurkan
untuk dinikmati. Aku mulai menurunkan ciuman-ciumanku ke arah leher
Nelly, berputar-putar sebentar di sana dan semakin turun ke lembah halus
yang memisahkan kedua belah bukit indahnya. Sementara tangan Nelly
terus mengusapi daerah belakang kepalaku sambil sesekali mendorong
kepalaku ke depan untuk lebih merekatkan bibirku ke daerah dadanya.
Tangannya yang satu lagi bergerak menyusuri punggungku dari dalam kemeja
yang kugunakan.
Akhirnya Nelly menjatuhkan badannya ke ranjang dan memandangku dengan
pandangan yang sangat menggoda, pandangan yang tidak dapat kulupakan
sampai sekarang. Aku pun ikut menjatuhkan badanku menyusulnya ke
ranjang, kedua tangannya bergerak menyusuri dadaku yang cukup bidang,
dan mengeluarkan satu persatu kancing kemejaku dari lubangnya, melepas
kemejaku dan membuangnya entah kemana. Aku semakin meningkatkan
seranganku ke sekwilda-nya (sekitar wilayah dada), menyusuri lembah dan
bukit indahnya yang masih tertutup bra dengan lidahku dan meremas-remas
salah satu buah dadanya dengan tanganku. Merasa belum puas, aku pun
meraih kaitan bra Nelly di belakang tubuhnya, cukup repot karena ia
sedang dalam posisi terlentang di ranjang. Merasa bahwa aku kerepotan,
Nelly pun membantu dengan mengangkat badannya sedikit dan menuntun
jari-jariku untuk menemukan kaitan branya.
Sebentar saja kedua bukit indahnya sudah terpampang jelas di mataku,
berlapiskan kulit putih halus dengan kedua puting susu mungilnya
berwarna merah muda. Aku pun menemukan daerah-daerah baru untuk
dieksplorasi dengan lidah dan jari-jemariku (minyak kali dieksplorasi).
Aku menikmati hampir seluruh bagian dadanya dengan lidahku kecuali kedua
buah puting susunya, aku membuatnya penasaran. Itu terasa saat ia
bergerak-gerak sedikit setiap kali ujung lidahku hampir mengenai
putingnya, mengharapkanku akan segera melumatnya dengan lidahku, tetapi
tidak belum waktunya. Lidahku terus bergerak bolak-balik diantara kedua
buah dadanya, naik dan turun tapi tetap berusaha menghindari menyentuh
kedua putingnya.
Setelah beberapa menit, aku pun menegakkan kepalaku untuk melihat
ekspresinya. Ia tetap memandangiku dengan pandangan yang tidak dapat
dilukiskan. Nelly tampak sungguh menggoda dengan salah satu jari di
dalam mulutnya. Kurasa ia menghisapinya untuk menambah gelombang
rangsangan yang melandanya. Aku pun menurunkan kepalaku lagi, kali ini
sasaran lidahku adalah langsung menyentuh putingnya yang kiri. Nelly
sedikit terlonjak saat ia merasakan ujung lidahku menyapu halus
putingnya dengan tiba-tiba, ia pun menekan kepalaku untuk semakin dekat
dengan dadanya. Untuk sementara waktu aku memainkan lidahku di sana,
berputar-putar mengelilinginya dan sedikit menjentik-jentiknya,
sementara tanganku sibuk memainkan buah dadanya yang kanan. Nelly sudah
semakin terangsang karena aku dapat mendengarnya mendesah semakin keras.
Untuk kejutan berikutnya, aku tiba-tiba menghisap putingnya lembut di
saat ia tidak menyangka sama sekali. Kembali ia terlonjak untuk beberapa
saat dan kemudian semakin dalam menekan kepalaku agar aku tidak
melepaskan putingnya dari mulutku. Hal yang sama kulakukan pada puting
kanannya aku sangat menikmati lonjakan-lonjakannya saat ia terkejut
dengan apa yang kulakukan dengan lidah dan tanganku. Akhirnya aku dapat
dengan bebas menikmati seluruh bagian dadanya, memainkan jari-jemari dan
lidahku, menjilati dan menghisapi seluruh bagian dadanya bergantian
kiri dan kanan, tidak lupa lembah indah di antaranya, lembah yang selama
ini hanya bisa kunikmati dari luar saat Nelly berpakaian dengan belahan
dada rendah.
Puas dengan kedua buah dadanya, aku mulai memindahkan daerah
eksplorasiku turun menuju perutnya yang datar. Lidahku dapat merasakan
gerakan halus otot-otot perutnya menerima rangsanganku. Benar-benar
perut yang indah. Terakhir kali aku melihat perut seindah ini adalah
saat aku bercinta dengan seorang model yang mungkin wajahnya kurang
terkenal tapi cukup beberapa kali menghiasi sampul sebuah majalah remaja
Ibukota. Sebelum lidahku meninggalkan daerah perutnya, aku meluncurkan
sebelah tanganku ke daerah pahanya yang masih tertutup celana jeans. Aku
menggerakkannya mondar-mandir menelusuri bagian depan dan dalam
pahanya, berkelebat sekilas di depan bagian kewanitaannya menuju sisi
satunya, dan kembali lagi. Sampai akhirnya aku berhenti dan mengusapi
daerah pribadinya dari luar celananya. Nelly seperti mengerti maksudku,
ia menegakkan badannya sedikit dan membantuku membuka kaitan dan
retsluiting celananya. Sebentar saja celana itu sudah dapat kutarik
lepas, meninggalkan sebuah celana dalam super mini berwarna biru muda
bermotif garis-garis masih menempel di badan pemiliknya. Dan aku pun
kembali menemukan daerah baru untuk diekplorasi.
Aku kembali menggerakkan lidahku menelusuri daerah perutnya dan bergerak
turun ke arah daerah kewanitaannya. Tapi aku tidak berhenti di sana,
lidahku terus turun menuju paha kanannya, menelusuri hampir seluruh
bagiannya dan terus turun ke betisnya. Kemudian lidahku naik lagi untuk
kembali menelusuri bagian dalam pahanya dan naik terus sampai ke daerah
pangkalnya. Aku mulai dapat melihat mencium bau harum kewanitaannya dari
sini, tampaknya daerah tersebut sudah mulai basah dan mulai
mengeluarkan baunya yang khas. Aku berniat menggodanya kembali, lidahku
berkelebat cepat dari bagian dalam paha kanannya, melewati daerah
kewanitaannya dan sampai di bagian dalam paha kirinya, kembali ke paha
kanannya, melewati daerah sensitifnya tanpa menyentuhnya sama sekali,
hanya dengan dengusan nafasku saja. Tetapi itu sudah cukup untuk
membuatnya terlonjak-lonjak terangsang setiap kali mukaku melewati
daerahnya.
Lonjakan paling seru adalah saat akhirnya aku menempelkan bibirku dengan
bibir kewanitaannya yang masih tertutup celana dalam sambil menjulurkan
lidahku menyapu ke kiri dan kanan membasahi kain tipis yang memisahkan
bibirku dengan daerah pribadinya yang paling rahasia itu. Keasyikanku
terganggu saat terdengar ketukan di pintu kamar, aku pun beranjak dari
tempat tidur untuk membuka pintu itu setelah terlebih dahulu membantu
Nelly menutupi tubuh seksinya dengan selimut. Kami sama-sama tidak mau
ada orang lain yang dapat menikmati keindahan tubuhnya. Rupanya salah
seorang temanku bermaksud mengambil handphone-nya yang tertinggal di
dalam kamar. Aku pun mengambilkan barang yang dimaksud sambil kakiku
menahan pintu untuk tidak terbuka semakin lebar, memberikan kepada
pemiliknya dan kembali mengunci pintu kamar. Mau menelpon kemana sih di
pagi-pagi buta seperti ini sampai menggangguku, pada saat ayam jago pun
masih bermalas-malasan di tempat tidurnya. Ah itu bukan urusanku, saat
ini aku masih punya urusan lain yang lebih penting dan jauh lebih nikmat
tentunya.
Nelly menggeser duduknya sampai ke tepi ranjang saat aku kembali
berjalan mendekatinya, ia memeluk pinggangku sesaat dan kembali
memberikan pandangan khasnya. Ia lalu menggerakkan kedua tangannya
melepaskan kaitan celanaku dan mendorongnya ke bawah lalu mengelus-elus
kejantananku yang sudah berdiri tegak siap tempur di balik celana dalam.
Tidak puas hanya mengelus, ia kemudian menarik turun celana dalamku dan
menghadapkan kejantananku ke mukanya. “Its my turn now, Dear,” katanya
sambil mulai mendaratkan ciuman-ciuman kecil seluruh bagian
kejantananku. Ciuman-ciuman itu kemudian disusul dengan jilatan-jilatan
nikmat yang semakin menambah rangsangan di tubuhku. Andaikan aku tidak
sedang berada di bawah pengaruh obat, tentu aku sudah dari tadi mencapai
titik kepuasan karena rasa nikmat dan sensasi yang dihadirkan Nelly ke
tubuhku. Ouah, benar-benar nikmat.
Rangsangan itu terus bertambah dan menjalari setiap senti tubuhku saat
Nelly mulai memasukkan kejantananku ke dalam mulutnya dan mulai
menghisapinya. Ia menghisap, menyedot dan menjilatinya seperti sedang
menikmati sebuah es krim yang tidak akan pernah habis. Aku benar-benar
menikmati permainan Nelly selama beberapa menit ke depan, sampai aku
sudah benar-benar tidak tahan untuk tidak membalasnya. Aku kembali
merebahkannya di ranjang dan menggerakkan tanganku ke bawah untuk
menarik pertahanan terakhir tubuhnya. Kini kami sudah sama-sama
telanjang dan siap untuk melanjutkan pertempuran kami di ranjang.
Kembali aku membenamkan kepalaku di antara kedua belah pahanya, menciumi
dan menjilati bibir kiri dan kanan kemaluannya. Nelly mendesah setiap
kali aku menyentuh kewanitaannya dengan lidahku. Harum kewanitaannya
benar-benar tercium menambah keindahan pemandangan di depan mataku,
bulu-bulu kemaluannya tampak tercukur rapi di atas klitorisnya. Dan ke
sanalah aku mengarahkan seranganku selanjutnya, aku mencumbu klitorisnya
dengan kombinasi belaian lidah dan jari-jemariku. Tubuh Nelly semakin
menggelinjang dan bergerak-gerak seperti cacing kepanasan. Ia kembali
merengkuh kepalaku dan membenamkanya semakin dalam di daerah
kewanitaannya sehingga aku susah bernafas dengan bebas.
Menit demi menit berlalu dan aku masih bermain di kewanitaannya, aku
memberikan semakin banyak rangsangan kepada Nelly untuk membalas sensasi
yang telah ia berikan kepadaku sampai akhirnya ia melonjak, mengejang
dan melengkungkan tubuhnya sesaat. Ia telah mencapai orgasme pertamanya.
Aku membiarkan ia menikmati gelombang orgasme pertamanya selama
beberapa saat dengan terus memainkan lidahku dengan lembut di daerah
sensitifnya. Untuk beberapa menit ke depan ia terbaring lemas karena
gelombang orgasme yang telah melandanya. “Wow, you are wonderfull,”
katanya. Kami memang sering memakai bahasa Inggris untuk berkomunikasi
satu sama lain, untuk berlatih memperlancar pemakaian bahasa Inggris
kami yang agak jarang dipergunakan. Aku sendiri hampir dapat berbahasa
Inggris dengan lancar karena aku bekerja di sebuah perusahaan asing yang
memiliki banyak tenaga dari luar negeri.
Aku merebahkan tubuhku di sampingnya sambil mengecup mesra pipinya. Ia
kemudian membalas dan kami pun mulai ber-French Kiss kembali. Ia
menjulurkan tangannya ke bawah dan mulai mengusapi kejantananku kembali
dan kembali memberikan sensasi yang luar biasa ke dalam tubuhku. Nelly
lalu menegakkan badannya, bangkit ke posisi duduk dan kembali mengantar
mulutnya untuk bermain-main dengan kejantananku. Aku menikmatinya sesaat
sebelum akhirnya menarik tubuhnya ke atas tubuhku. Kami pun ber-sixty
nine. Kali ini aku mulai memasukkan jariku ke dalam liang kewanitaannya,
menggerakkannya dengan halus di dalam liang tersebut dan perlahan tapi
pasti bergerak menuju titik G-Spotnya. Nelly kembali mengejang saat
jariku menyentuh G-Spotnya, ia berhenti bermain dengan kejantananku
untuk beberapa saat untuk menikmati rangsangan yang sedang melanda
tubuhnya dari titik G-Spot tersebut. Aku dapat mendengarnya
mendesah-desah pelan setiap kali aku menggerakkan jariku di dalam
liangnya. Dan desahan itu semakin keras saat aku mulai menyertakan
lidahku untuk membelai-belai klitorisnya dari luar.
Rangsangan yang menjalari tubuh kami rupanya sudah semakin hebat dan
kami pun bergerak lebih lanjut untuk menyelesaikan permainan ini. Theres
no way of turning back now Nelly bergulir ke sampingku, memutar posisi
tubuhnya sehingga kami dapat berciuman kembali dan kembali menaikkan
tubuhnya ke atas tubuhku. Tangannya menjulur ke bawah menggapai
kejantananku untuk dibimbing menuju liang kewanitaannya. Ia mendesah
kembali saat ujung kejantananku menyentuh permukaan kewanitaannya, ia
menggesek-gesekkannya sebentar di bibir kemaluannya dan mulai menurunkan
pantatnya menyambut kejantananku saat ia merasa posisinya sudah tepat.
Ternyata foreplay yang lama ini belum cukup untuk membuat kejantananku
dapat memasuki kewanitaannya dengan lancar tanpa halangan.
Dinding-dinding kewanitaannya terasa begitu kencang menjepit batangku
yang berusaha mencari jalan masuk. Rupanya Nelly pun merasakan hal yang
sama, ia bergerak-gerak sedikit untuk mempermudah kejantananku mencari
jalan. Dan akhirnya setelah beberapa menit bekerja keras seluruh
batangku dapat tertanam dengan mantap di liang kewanitaannya.
Kami mendesah nikmat bersamaan dan terdiam sesaat saat ujung
kejantananku terasa menyentuh ujung rahimnya. Kurasakan betapa
dinding-dinding dalam kewanitaannya begitu erat menjepit dan memijat
kejantananku, rupanya inilah gunanya mempelajari senam seks. Nelly
pernah menceritakan kepadaku bahwa senam yang satu ini dapat melatih
wanita mengatur otot-otot kewanitaannya untuk menghadirkan sensasi yang
luar biasa bagi lawan mainnya. Sensasi tersebut berganti sensasi lainnya
saat Nelly mulai menggerakkan pantatnya naik turun, membuat
kejantananku bergerak keluar dan masuk liang kenikmatannya. Aku pun tak
mau diam saja, aku mengangkat pantatku naik dan mendorong kejantananku
melesak makin dalam saat Nelly menurunkan pantatnya. Aku mencoba
menggesek G-Spotnya dengan kejantananku, dan rupanya berhasil. Tidak
hanya itu saja, aku juga menggerakkan kedua tanganku untuk meremas-remas
kedua bukit indah dengan putingnya yang tampak di depan mataku sesekali
juga aku menghisap kedua puting itu bergantian untuk menambah
rangsangan bagi kami berdua.
Nelly mendesah dan bergerak semakin seru setiap kali kejantananku
menghantam ujung rahimnya. Semakin lama gerakan kami berdua semakin
cepat dan semakin menguras tenaga, sampai akhirnya Nelly mengejang dan
melengkungkan badannya kembali. Gelombang orgasme kedua telah
melandanya. Ia tampak masih berusaha meneruskan gerakan-gerakan naik
turunnya untuk menikmati orgasmenya yang kedua sebelum akhirnya
merebahkan tubuhnya yang lemas di atas tubuhku dan terdiam untuk
beberapa saat. Tubuhnya bermandikan keringat, padahal udara ruangan
cukup dingin karena hari sudah mulai pagi dan AC yang menyembur kencang.
Aku mengambil selimut yang berada di sampingku dan menebarkannya untuk
menutupi tubuh kami berdua supaya tidak masuk angin.
“Kamu hebat, aku sudah dua kali sedangkan kamu belum juga,” katanya memecah keheningan diantara kami.
“Mungkin ini karena pengaruh obat,” jawabku.
“Ya, aku yakin narkoba lah yang telah menambah daya tahanku. Lets do our favorite style,” katanya lagi.
Kebetulan kami memang punya gaya favorit yang sama yaitu gaya ******,
kami pernah membicarakan hal ini meskipun kami belum pernah melakukannya
bersama. Kami hanya bercerita bahwa pernah melakukannya dengan partner
kami sendiri-sendiri. Dari situlah aku tahu bahwa seks bukanlah hal yang
asing baginya. Kami pun mengambil posisi untuk melanjutkan permainan
kami (seperti mau lomba lari saja). Nelly mengambil posisi merangkak di
atas ranjang dengan kedua tangan berpegangan pada sandaran ranjang
sementara aku mengambil posisi di belakangnya dan mulai mengarahkan
kejantananku untuk kembali memasuki liang kewanitaannya. Kali ini aku
dapat menanamkan kejantananku di tempat tujuannya tanpa banyak
perjuangan, tapi tetap saja terasa betapa otot liangnya meremas dengan
kuat setiap senti batangku saat bergerak masuk.
Aku kembali menggerakkannya keluar masuk saat kurasa posisiku sudah
mantap. Nelly pun ikut berpartisipasi aktif menggerakkan pantatnya ke
kiri, kanan dan berputar-putar dengan erotis menyambut gerakanku Setiap
gerakan menghadirkan rangsangan dan sensasi yang berbeda bagi kami
berdua. Kami tidak bertahan lama dalam posisi ini karena dalam beberapa
menit saja aku sudah merasakan gelombang orgasme yang kutunggu-tunggu
akan segera melanda. Aku semakin mempercepat gerakanku dan membuat Nelly
juga semakin mempercepat gerakannya. Akhirnya gelombang orgasme
terakhir kami datang bersamaan dan kami masih terus bergoyang untuk
menikmatinya sambil aku merasakan kejantananku berdenyut-denyut
mengeluarkan lahar panas di dalam kewanitaan Nelly membasahinya sampai
ke bibir bagian luar. Kami berdua terkulai lemas sesaat setelah
gelombang orgasme itu melanda.
Aku membenarkan posisi tidurku agar tidak menindihnya, mengambil selimut
dan kembali menyelimuti badan kami yang basah oleh keringat. Kami pun
tertidur berpelukan untuk beberapa saat. Selang beberapa saat kemudian
kami pun kembali berpakaian dan keluar dari kamar untuk kembali
bergabung dengan teman-teman yang lain. Beberapa teman tampak memandang
sesaat saat kami melangkah keluar dari kamar dan kemudian kembali dengan
kesibukannya masing-masing. Aku menuju dapur untuk mencari minuman bagi
kami berdua, pengaruh obat sudah tidak kurasakan lagi di kepalaku,
hanya ada memori indah tentang apa yang baru saja terjadi di antara aku
dan Nelly.
Aku bersandar di dinding dapur sambil merengkuh Nelly ke dalam
pelukanku. Nelly pun merapatkan tubuhnya ke dadaku sambil sesekali
mereguk minuman kaleng yang kuberikan. Kami memandangi sinar matahari
yang mulai tampak menghiasi kaki langit. Pemandangan yang begitu indah
tapi jauh lebih indah memori yang telah kami ukir semalam. Memori indah
tersebut sampai kini masih ada di kepalaku walaupun aku sudah tidak tahu
dimana Nelly kini berada. Kami putus hubungan dan aku kehilangan
jejaknya beberapa bulan setelah malam di apartemen itu. Kabar terakhir
yang kudengar bahwa ia akan segera menikah di akhir tahun ini, itu
berarti tidak ada lagi kesempatan bagi kami untuk mengukir lebih banyak
kenangan indah bersama. Well, tidak untuk bersama Nelly tetapi aku
sendiri masih dapat mengukir banyak kenangan indah lain bersama
wanita-wanita lainnya. Hanya saja apakah kenangan itu akan seindah
kenanganku bersama dia? Thats another story guys and I promise to tell
you if I have the chance So Well see about that See you later, thanks.