Akibat Lembur
Sejak peristiwa tiga bulan yang lalu dengan kedua buron yang membobol rumahnya, kehidupan Rita menjadi agak berubah (baca: Penyusup Tengah Malam).
Terutama prilaku seksnya. Sejak saat itu, libidonya seperti tidak
pernah terpuaskan. Selain karena suaminya jarang ada di rumah karena
harus melakukan tugas ke luar kota, suaminya juga sering menolak
berhubungan intim dengan Rita dengan berbagai macam alasan. Rita dapat
mengerti, mungkin suaminya sangat lelah karena pekerjaan. Tetapi ketika
mereka ada kesempatan untuk melakukannya, suaminya hanya mengejar
kepuasannya sendiri dan tidak peduli dengan Rita. Hal ini yang membuat
Rita frustasi. Untuk melupakan dan menekan libidonya, Rita berusaha
untuk menyibukkan diri dalam pekerjaannya di kantor, bahkan ia suka
bekerja sampai larut malam.
###########################
Di Kantor
Waktu menunjukkan pukul 08.45 ketika Rita tiba di kantornya yang berupa ruko berlantai 4 di daerah Jakarta Barat.
“Selamat Pagi, bu,” sapa seorang laki-laki tua berpakaian satpam
“Selamat Pagi, juga Pak Darius,” balas Rita sambil tersenyum kepada
laki-laki tua yang bernama Darius itu. Pak Darius adalah pria Papua
pensiunan tentara. Umurnya 65 tahun. Ia sudah menduda sejak 10 tahun
yang lalu, istrinya meninggal akibat penyakit malaria. Dari istrinya, ia
tidak memiliki keturunan. Alasan itu yang mendorong Pak Darius bertekad
untuk merantau ke Jakarta setelah pensiun, karena ia sudah tidak
memiliki siapa-siapa lagi di Papua, tanah kelahirannya. Tubuh tambunnya
yang masih tegap walaupun sudah berumur dan pengalamannya sebagai
tentara membuat Pak Darius di terima menjadi satpam di kantor tempat
Rita bekerja sejak 2 tahun yang lalu. Pagi itu Rita mengenakan kemeja
putih yang dilapisi dengan setelan blazer dan rok span ketat bewarna
hitam. Setelah membalas sapaan Pak Darius, Rita lansung menuju ruang
kantornya yang berada di lantai 3. Wangi parfum tubuhnya menyebarkan
keharuman ketika melewati Pak Darius, membuatnya terpana. Sudah lama Pak
Darius sangat mengagumi Rita, selain sifat Rita yang tidak sombong dan
mudah bergaul, kecantikan dan kemolekan tubuhnya sering membuat Pak
Darius berpikiran ngeres tentang Rita, sehingga memancing dorongan
seksual yang selama ini dipendamnya. Tanpa terasa waktu jam dinding
sudah menunjukkan pukul 19.45, Rita tidak menyadari aktifitas di luar
ruang kantornya sudah sepi. Tiba-tiba terdengar bunyi ketukan dari
pintunya, dari balik pintu tampak bebrapa anak muda.
“Ci, kami pulang duluan ya….,” kata seorang wanita muda.
“Oooo…..iya, hati-hati ya, “ jawab Rita.
“Cici belum mau pulang?” tanya seorang lagi.
“Belum, kalian pulang dulu deh, gak apa-apa koq, cici masih tanggung nih,” balas Rita.
“Kalau begitu kita duluan yaa, bye cici Rita,” seru mereka bergantian.
“Bye, hati-hati ya kalian,” sambung Rita
“Iya, ci, Trima kasih,” jawab mereka sambil meninggalkan ruangan kantor Rita.
Tidak lama kemudian, pintu ruangan Rita kembali diketuk. Kali ini yang
muncul dari balik pintu adalah seorang pria setengah baya, ia adalah Pak
Gunawan, atasan Rita.
“Kamu belum pulang, Rit,” tanya Pak Gunawan.
“Belum, pak, tanggung,” jawab Rita.
“Kamu koq dari kemarin-kemarin jawabnya begitu terus.” Rita hanya
tersenyum kecut mendapat teguran dari atasannya. “Kerja keras itu bagus,
dan saya menghargainya, tetapi jika kerja sampai lupa waktu begini
namanya sudah kebablasan, nanti kalau kamu sakit bagaimana, kan bapak
juga yang repot.”
“Repot kenapa, pak?” tanya Rita.
“Ya repot donk, orang kepercayaan bapak nggak ada,” jawab Pak Gunawan.
Rita tersipu malu mendengar pujian dari Pak Gunawan.
“Oke, sekarang beresin berkas-berkas kerjamu, dan pulang, biar Pak Darius bisa kunci-kunci kantor,” perintah Pak Gunawan.
“Tapi tanggung pak, sedikit lagi selesai koq,” jawab Rita memohon.
“Baik, tinggal sedikit lagi khan?” tanya Pak Gunawan menegaskan. Rita
mengangguk. “Setelah kamu selesai jangan lupa minta Pak Darius periksa
dan kunci semua ruangan. Bapak pulang dulu, kamu nanti pulang nyetir
hati-hati,” kata Pak Gunawan.
“Siap, pak!” jawab Rita membuat Pak Gunawan tersenyum lalu meninggalkan Rita di ruangannya.
Waktu kini sudah menunjukkan pukul 20.45, ketika tiba-tiba seseorang masuk dan mematikan lampu ruangan kerja Rita.
“Eh…eh…masih ada orang pak,” seru Rita. Seketika lampu lansung
dinyalakan kembali, dan orang yang mematikan lampu memperlihatkan diri
dari balik pintu.
“Pak Darius.. jangan dimatiin dulu dong, Pak, tanggung nih kerjaan saya,” kata Rita.
“Maaf, Bu Rita, saya cuma habis ngontrol, tadi saya pikir Pak Gunawan yang terakhir pulang,” jawab Darius.
“Memang semua orang sudah pulang pak?” tanya Rita sekali lagi.
“Semua orang sudah pulang, bu, tinggal ibu sendiri. Makanya saya kira
tadi ibu sudah pulang juga. Melihat kantor ibu lampunya nyala, saya
pikir si Ujang lupa matiin lampu lagi,” Pak Darius menjelaskan.
“Ooo…begitu, bukan salah Ujang koq pak, memang saya masih ada kerjaan, jadi saya pengin selesaikan sekarang juga.”
“Baiklah kalau begitu saya permisi dulu, bu Rita, saya mau ngecek
ruangan yang lain, maaf kalau saya mengganggu kerja ibu,” kata Pak
Darius.
"Tunggu dulu, Pak, duduk saja dulu temenin saya sebentar. Saya sedang nyelesaiin kerjaan nihh… Bentar ya, Pak?” kata Rita.
“Silahkan, Bu.”
Kemudian Rita sejenak meninggalkan pekerjaannya untuk istirahat sebentar.
“Silahkan duduk dulu, pak.”
Lalu Darius pun duduk di sofa panjang yang terdapat di dalam ruang kerja Rita.
“Pak, kita ngopi dulu yuk….. biar nggak ngantuk,” Rita menawarkan.
“Boleh, bu, terima kasih,” jawab Pak Darius.
“Manis atau pahit, pak?”
“Sedang aja, bu, terima kasih,” jawab Pak Darius.
Lalu Rita membuat dua cangkir kopi, satu untuknya dan satu lagi untuk
Pak Darius. Tidak beberapa lama kemudian Rita membawa dua cangkir
tersebut dan meletakkannya di meja untuk disajikan kepada Pak Darius.
Tanpa disadarinya, ketika dia menunduk untuk meletakkan kedua cangkir
kopi ke meja, kemeja kerjanya yang satu kancing atasnya sengaja tidak
dikancing, menjuntai ke bawah membuat sebuah celah lebar yang
memungkinkan siapapun yang ada di depannya dapat melihat ke dalamnya.
Secara tak sengaja mata Pak Darius menangkap pemandangan indah tersebut
dan tertegun menatap apa yang ada di balik baju itu. Sepasang payudara
putih mulus dan padat dan masih terbungkus BH warna hitam berenda
terlihat jelas menggantung indah. Belahan payudara Rita yang padat
tampak sangat meransang. Disengaja atau tidak, gejolak birahi Pak Darius
yang sudah lama ditinggal istrinya, langsung meninggi membuat tubuhnya
panas dingin dan gemetar. Rita tidak sadar kalau cara berpakaiannya
membuat Pak Darius blingsatan menahan dorongan seksualnya yang setiap
saat siap meledak. Rita sendiri kemudian mulai memperhatikan kalau Pak
Darius seperti sedang melamun. Dilihatnya Pak Darius kelihatan gelisah
seperti sedang menyembunyikan sesuatu.
“Pak..,” Rita menegur pelan. “Bapak nggak apa-apa kan?”
Untuk beberapa detik Pak Darius seperti melamun seolah pikirannya berada
di tempat lain. Baru setelah Rita mengulangi pertanyaannya kembali, Pak
Darius langsung tersadar.
“Eeh.. iya…ma-maaf bu, A.. apa tadi..? tanyanya gugup menyembunyikan keadaan dirinya yang sesungguhnya.
“Bapak nggak sakit kan..?” tanya Rita lagi. “Dari tadi saya lihat Bapak gelisah sekali.”
“Eh.. tidak.. um.. yah.. ,” Pak Darius menjawab kebingungan. “Memang..
tadi sih Bapak agak nggak enak badan,” jawabnya berbohong. Sesekali
pandangannya melirik ke tubuh sintal Rita.
“Wah.. saya jadi nggak enak, sudah mengganggu bapak, mungkin bapak tadi pengen cepat istirahat ya?” kata Rita.
“Oh.. nggak.. nggak apa-apa kok, Bu,” Pak Darius menjawab cepat. “Saya
senang bisa menemani, atau kalau mungkin membantu ibu Rita,” Katanya
tenang meskipun pada saat yang sama, otaknya mulai sibuk memikirkan
sebuah siasat.
Tampak kemudian tangan Rita memegangi pundaknya, lehernya terasa pegal setelah sekian lama bekerja di depan layar laptopnya.
“Kenapa, bu?” tanya Pak Darius.
“Leher saya rasanya pegal-pegal, sepertinya saya terlalu lama bekerja di depan komputer,” jawab Rita sambil tersenyum kecut.
“Kalau begitu, biar saya pijati, Bu,” kata Pak Darius sigap.
“Orang-orang bilang, pijatan saya enak lho,” katanya lagi mempromosikan
diri sambil kedua tangannya mengacungkan jempol. Rita tersenyum
mendengar promosinya.
“Bener nih? Boleh donk saya coba pijatannya,” jawab Rita.
Rita kemudian duduk membelakangi Pak Darius. Dari belakang Pak Darius
mulai melakukan pijatan terhadap Rita. Jari-jarinya yang besar dan hitam
mulai melakukan pijatan, diawali dengan bagian kepala. Beberapa saat
kemudian tangannya turun ke bagian pundak Rita. Jari-jari Pak Darius
dengan piawai melakukan pijatan. Rita tampak menikmati pijatan Pak
Darius, dia harus mengakui pijatan Pak Darius memang mantap. Pijatan
laki-laki tua itu dapat mengendurkan ketegangan di otot leher dan
bahunya. Sambil memijat, Pak Darius mengajak ngobrol Rita tentang
kehidupannya di Papua, tentang pekerjaanya, dan apa saja yang bisa jadi
bahan obrolan. Demikian pula Rita. Secara diam-diam, Pak Darius
memperhatikan tubuh Rita dari belakang. Kemejanya yang yang agak ketat
dapat menggambarkan kemolekan tubuhnya, apalagi BHnya yang berwarna
hitam tampak jelas membayang di balik kemeja kerjanya yang bewarna putih
bersih. Begitu pula dengan pinggul dan pantatnya yang masih tertutup
oleh rok span ketat bewarna hitam, sehingga dapat memperlihatkan dengan
jelas lekuk pinggulnya yang aduhai tersebut. Seketika otak kotor Pak
Darius bekerja membayangkan tubuh Rita jika tanpa sehelai benangpun di
tubuhnya. Saat itu juga, penisnya mengeras. Setelah beberapa saat
dipijat oleh Pak Darius, Rita merasakan pegal-pegal di otot leher dan
bahunya telah sirna. Rita pun tak segan untuk memuji pijatan Pak Darius.
“Waahhh…..pijatan bapak top deh…,” puji Rita sambil menunjukkan jempol
tanggannya. “Pegalnya sudah hilang……terima kasih yaa, pak.”
“Kembali, bu,” jawab Pak Darius. Sekilas Rita melihat benjolan di bawah
celana di daerah selangkangan Pak Darius. Ia jadi teringat milik Black
yang pernah dirasakannya. Ada hasrat kenikmatan yang dulu ia rasakan
bersama kedua napi itu yang ingin diulanginya kembali. Tapi Rita
cepat-cepat membuang pikiran kotor tersebut. Pak Darius menangkap
tatapan Rita ke daerah selangkangannya. Dari tatapannya, ia tahu Rita
tampaknya juga menginginkannya. Lalu mereka berdua kembali mengobrol.
Obrolan mereka tentang apa saja. Karena telah merasa akrab maka sesekali
mereka ngomong kesana kemari dan lama kelamaan menjurus ke masalah
seks. Rita tahu seharusnya ia tidak boleh membicarakan hal ini dengan
Pak Darius, selain karena tidak pantas Pak Darius adalah orang asing
dalam hidupnya, ia hanya seorang satpam yang ia kenal di kantornya.
Namun entah mengapa kata-kata itu meluncur begitu saja dari mulutnya.
Demikian pula Pak Darius bercerita apa adanya. Lalu Pak Darius menggeser
duduknya, Rita pun membiarkan Pak Darius duduk di sampingnya. Pak
Darius tampak gugup karena sedang mencari jalan dari mana ia akan mulai
merayu Rita yang saat itu duduk bersamanya di sofa panjang itu. Dalam
pikiran Pak Darius terus berkecamuk mencari cara agar bisa melaksanakan
keinginannya itu. Ia terlihat gelisah dalam duduknya. Kegelisahan di
wajah Pak Darius itu tertangkap oleh Rita.
“Ada apa pak? Kelihatannya bapak gelisah ada yang dipikirkan ya?” tebaknya.
Dengan keringat yang mulai membasahi dahinya Pak Darius pun menjawab.
“Oh…nggak apa-apa,….maksud saya ngak ada apa-apa koq….” Pak Darius tampak sedikit panik.
Lalu mereka berdua terdiam cukup lama. Setelah beberapa saat, Pak Darius
mulai membuka suara, memberanikan diri untuk mengungkapkan apa yang ada
di pikirannya. Kali ini Pak Darius sudah membulatkan tekad. Ia tidak
akan berhenti apapun yang terjadi! Ia sudah tidak tahan lagi. Tubuh Rita
terlalu indah untuk dibiarkan begitu saja melenggang di depan matanya!
Ia harus mencicipinya! Sekarang juga! Peduli amat jika nanti dia bakal
diadukan Rita kepada Pak Gunawan kemudian dipecat atau bahkan dipenjara!
Biar bagaimanapun Pak Darius berusaha menahan diri, dia tetaplah
seorang lelaki normal yang membutuhkan kehangatan seorang wanita dalam
dekapannya. Godaan yang datang dari wanita ini terlalu berat untuknya.
“Bu?… saya sebenarnya merasa bersalah jika mengatakannya. Ibu tidak marah kan jika saya mengatakannya?” jawab Pak Darius.
“Lah…nggak lah pak… ada apa sih?” tanya Rita.
“Begini lho, bu…,” terang Pak Darius “Sejak saya kenal ibu…saya jadi
mengagumi ibu. Keramahan dan kebaikan ibu membuat saya kagum dan lama
kelamaan membuat saya suka dengan ibu. Apalagi jika saya..selalu dekat
ibu.., sss…saya jadi tidak tahan akan godaan yang selalu datang,”
terangnya “Dan lagian ibu begitu cantik.… terus terang saya tidak
tahan.. bu,” katanya polos sambil meraih tangan Rita.
Saat itu Rita masih membiarkan Pak Darius meraih tangan dan meremas
jemarinya yang halus dan lembut itu. Bulu kuduknya pun merinding, namun
ia masih mentolerir tindakan satpamnya itu yang ia anggap orang tua yang
harus ia hormati. Namun mendengar pengakuan jujur Pak Darius itu, mimik
wajah Rita menjadi bersemu merah menahan kaget. Ia tahu maksud dari
perkataan satpamnya itu. Iapun tidak menduga kata-kata yang keluar dari
mulut orang yang selama ini ia anggap sebagai pelindung dan pembantunya
itu.
“Jangan, Pak….. masak bapak begitu sih?” kata Rita sambil melepaskan tanganya dari genggaman Pak Darius.
“Oooh…... maaf ya, Bu,” kata Pak Darius.
“Tapi saya tidak kuasa menahan gejolak rasa dalam diri saya yang selalu
datang itu bu, apa salah saya secara langsung mengeluarkan uneg-uneg
bu?” jawab Pak Darius pada Rita sambil mendekat. Lalu Pak Darius
melingkarkan tangannya ke bahu Rita. Rita buru-buru melepaskan tangan
Pak Darius dari bahunya.
“Pak!......Apa-apaan ini? Apa..yang bapak inginkan pak..? Jangan pak!
Saya tidak ingin berkhianat dan menyeleweng dari suami yang saya cintai.
Saya takut pak? Ini dosa besar pak? Apalagi kita berdua bukan suami
istri..!!” terang Rita sambil menahan marah dan rasa kecewa yang amat
dalam. Orang yang selama ini ia kenal begitu sopan tutur katanya dan
perbuatannya, tiba-tiba malam ini menjadi begitu kurang ajar.
“Bapak tahu sendiri khan?” terang Rita. Mendengar kata-kata itu, Pak Darius malah terus mendekat kearah tempat duduk Rita.
“Bu…!” jawab pak Darius. “Saya menyayangi ibu?”
“Saya tahu ibu tidak bahagia… saya yakin bisa mengisi kegersangan
bathin.. ibu itu… meskipun saya tidak seganteng dan sekaya suami ibu.”
terang pak Darius.
“Kenapa bapak bisa bilang saya tidak bahagia? Apa hak dan urusan bapak?
Bagi saya… kebagiaan itu telah saya rasakan dan saya tidak menuntut yang
macam-macam….” terang Rita dengan sengit.
“Saya tahu ibu tidak pernah bahagia sebagai wanita apalagi dengan urusan
di atas ranjang… bathin ibu selalu gersang, benar khan? Ibu jangan
munafik dan menyembunyikan masalah itu, bu?” serang Pak Darius.
“Apa itu yang dikatakan bahagia? Bu…. jangan ibu sembunyikan gejolak
yang ibu miliki itu. Ibu masih muda, cantik dan berkecukupan. Saya bisa
memberi apa yang tidak ibu dapatkan dari suami ibu….” kata Pak Darius
dengan kurang ajar.
“Dari mana bapak tahu, saya tidak bahagia dalam masalah ranjang? Apa yang membuat bapak berpikir begitu?” jawab Rita ketus.
“Lah dari cerita ibu tadi. Pembicaraan ibu tadi menjurus-jurus ke arah
sana kan?” jawab Pak Darius. Mendengar jawaban Pak Darius, Rita menyesal
telah membicarakan hal-hal yang menjurus ke masalah seks. Pada
kenyataannya, apa yang yang dikatakan Pak Darius tentang hubungan di
atas ranjang dengan suaminya memang benar, tapi Rita berusaha keras
untuk menyangkalnya.
“Lagipula, tadi saya perhatikan, ibu ngeliatin barang saya. Saya tahu,
jauh di dalam diri ibu, ibu ingin merasakan barang saya kan? Ibu ingin
sekali merasakan kehangatan yang dapat saya berikan dengan barang punya
saya ini kan?” sambung Pak Darius sambil memegang selangkangannya. Rita
tersentak kaget, ia tidak menyangka Pak Darius tadi memperhatikannya
ketika ia secara tidak sengaja menatap daerah selangkangannya. Tapi apa
yang dikatakan Pak Darius barusan juga benar, dalam benaknya Rita ingin
sekali menikmati penis besar milik Pak Darius, ia ingin kembali
menikmati kepuasan seksual seperti yang diperolehnya dari kedua
narapaidana 3 bulan yang lalu.
Lalu tiba-tiba Pak Darius berdiri dan melepaskan sabuknya, lalu
melepaskan kancing dan resluiting celana birunya, lalu memelorotkannya
hingga sebatas mata kaki, hingga tampaklah penisnya yang hitam besar
sudah mengeras dan mengacung.
“Pak…apa-apaan ini!” seru Rita, tapi matanya terus menatap selangkangan
Pak Darius. Rita terpana menatap penis Pak Darius mengacung tegak ke
arahnya. Penis hitam itu terlihat begitu kokoh dengan urat-urat di
sekujur batangnya dan kepala penisnya yang hitam kemerahan.
“Ibu boleh pegang kok kalau mau….,” ejek Pak Darius. Rita tak menjawab,
tanda menolak walaupun sebenarnya Rita ingin sekali memegang penis yang
besar dan panjang itu, tapi ia harus menjaga wibawa dan gengsinya agar
Pak Darius tidak semakin melecehkannya.
Lalu Pak Darius kembali merangkulkan tangannya ke bahu wanita cantik itu
dan kembali ditepis oleh Rita. Pak Darius pun maklum, tetapi ia tetap
bertekad untuk mewujudkan impiannya untuk dapat menggauli Rita yang ia
kagumi kemolekan tubuhnya dari dulu. Pak Darius tidak mau menyerah, ia
lalu terus mendekat kearah Rita, sambil berkata.
“Buuuu… Saya merasa suka dengan Ibu.” Rita hanya terdiam. Namun tangannya masih di genggam Pak Darius.
Lalu Pak Darius mendekatkan mulutnya dan ia tiupkan nafasnya ke tengkuk
Rita. Rita bergidik, ia merasa khawatir dengan sikap orang ini. ia kenal
baik dan orang ini seperti ingin sesuatu darinya. Jelas sekali bahwa
Pak Darius menghendaki hubungan yang intim antara pria dan wanita.
“Kita bisa melakukannya dengan diam-diam, bu. Selama ibu masih bisa
menutup rahasia itu siapapun tidak akan tahu,bu..?” bisik Pak Darius ke
telinga Rita berusaha membujuk.
Lalu Rita menjauh.
“Lagipula sudah tidak ada siapapun di gedung ini kecuali ibu dan saya,
kita bisa melakukannya di sini, tidak ada yang akan tahu,” sambung Pak
Darius.
“Saya akan memenuhi semua permintaan ibu. Kita saling membutuhkan dan
menguntungkan lah. Saya dapat memuaskan dahaga ibu, dan ibu dapat
memuaskan hasrat saya yang sudah terpendam sekian lama, bagaimana?”
kembali Pak Darius mencoba untuk menawar.
Sesaat Rita bimbang. Rita kini dilanda dilema. Di satu sisi perasaan
Rita berusaha mengingatkannya agar segera tersadar dari godaan dan
teringat pada suaminya, ia tidak mau mengkhianati suaminya lagi. Rita
sudah merasa berdosa ketika dulu telah menerima dan terhanyut dalam
permainan seks liar dengan dua orang asing di rumahnya.Namun terdapat
sisi yang lain lagi, sisi yang lebih menuntut dan lebih kuat
mengeluarkan semua pancaran nafsu birahi yang selama ini ia simpan,
tubuhnya membutuhkan pemuasan, dahaga yang selama ini ia rasakan ingin
sekali dilampiaskan. Kepuasan yang ia harapkan datang dari suaminya
tidak kunjung ia dapatkan.
Rita dengan ragu membiarkan Pak Darius meraih dan meremas tangannya.
Lalu Pak Darius meraih bahu Rita dan memandang matanya dalam-dalam.
Setelah itu Pak Darius kembali meraih tangannya dan menarik Rita ke
pelukannya. Rita ingin berontak namun ia segan dan merasa serba salah.
Dalam dirinya, ia ingin memuaskan nafsu birahinya yang selama ini tidak
pernah terpuaskan, tapi di lain pihak ia tidak mau melakukan kesalahan
seperti 3 bulan yang lalu. Merasa mendapat kesempatan, Pak Darius tidak
menyia-nyiakannya
Karena suasana mendukung, dimana hanya tinggal mereka berdua yang berada
di dalam kantor berbentuk ruko 4 lantai itu, ditambah suasana hujan
lebat di luar gedung kantor mereka, maka Rita mulai terhanyut dalam
pelukan Pak Darius yang seusia dengan ayahnya. Rita awalnya menolak
ketika dari Pak Darius mulai memeluk tubuhnya dari belakang dan merabai
sekujur tubuhnya. Pak Darius kemudian membalikkan tubuh Rita agar
memudahkan mereka untuk berciuman bibir sambil berpelukan. Jarak mereka
kini begitu dekat sehingga Rita bisa merasakan hembusan nafas Pak Darius
pada wajahnya. Rita menepis tangan pria itu ketika hendak meraba
payudaranya.
“Kenapa Bu? bukannya ibu juga pengen kan…?” ejek Pak Darius
“Bajingan!” umpatnya dalam hati.
Dengan berat hati diapun membiarkan payudaranya dipegang oleh Pak
Darius. Pria itu juga mengendusi daerah lehernya yang jenjang. Wangi
badan Rita yang bercampur parfum menaikkan birahinya sehingga bibir
tebalnya langsung menciumi pipi wanita cantik itu. Rita memejamkan mata
menahan jijik, kumis dan brewok pria tua itu yang keriting menyapu
wajahnya yang mulus. Dia memalingkan muka ke arah lain ketika bibir
laki-laki tua itu makin merambat ke bibirnya.
“Jangan…emmhh !” baru mau memalingkan wajah kedua kalinya, Pak Darius sudah melumat bibirnya dan meredam protesnya.
Spontan bulu kuduk Rita berdiri karena jijik, dia meronta berusaha
melepaskan diri, namun entah mengapa ada hasrat menggebu-gebu yang
menginginkan tubuhnya dimanja sehingga perlawanannya pun hanya setengah
tenaga. Bibirnya yang tadinya dikatupkan rapat-rapat mulai mengendur
sehingga lidah laki-laki tua itu masuk dan bermain-main dalam mulutnya.
Perasaan Rita campur aduk antara marah, jijik dan terangsang, apalagi
Pak Darius terus menggerayangi tubuhnya dari luar pakaian.
Berangsur-angsur rontaannya berkurang hingga akhirnya pasrah menerima
apapun yang dilakukan pria itu. Rita mulai membalas cumbuan pria itu,
lidahnya kini bertautan dengan lidahnya. Desahan tertahan terdengar di
antara percumbuan yang makin panas itu.
Merasa lawannya telah takluk, Pak Darius mempergencar serangannya. Pak
Darius mendorong pelan tubuh Rita sehingga tubuh sintal tersebut
bersandar di sandaran tangan sofa. Pagutan bibir pun kini terlihat
semakin liar terjadi antara keduanya.
“Aaah…tubuh Ibu wangi,” Pak Darius berbisik di telinga Rita setelah beberapa saat lalu menelusuri leher dan pundaknya.
“Oohh…...,” Rita hanya melenguh pelan karena desahan Pak Darius terasa
geli dan nikmat di sekujur tubuhnya. Mereka pun kembali berciuman. Rita
memejamkan matanya dan ekspresi wajahnya memancarkan kenikmatan dan
kepasrahan yang luar biasa. Mau tidak mau, suka tidak suka, tubuh Rita
memang merindukan sentuhan laki-laki karena suaminya jarang memberikan
kepuasan seksual kepadanya.
Tubuh mereka berdekapan begitu erat, Rita dapat merasakan penis Pak
Darius yang mengeras tanpa celana mengganjal selangkangannya. Tangan Pak
Darius yang tadinya cuma meremas payudara dari luar mulai menyusup
masuk lewat sela-sela kemeja yang mana satu kancingnya telah terbuka dan
langsung menyusupi cup BHnya dan tangan satunya masih tetap meremasi
pantatnya.
“Eennghh…..!” Rita makin mendesah merasakan jari-jari besar itu
menyentuh putingnya serta memencetnya. Lidahnya semakin aktif membalas
lidah Pak Darius hingga masuk ke mulut pria itu menyapu rongga mulutnya,
tangannya pun tanpa disadari memeluk tubuh tegapnya. Nafasnya makin
memburu dan gairahnya makin naik. Mulut Pak Darius turun ke dagunya,
bawah telinga, dan leher. Tangan laki-laki tua itu yang satu lagi ikut
menyusup lewat bawah kemejanya sehingga kini pakaian itu setengah
tersingkap. Sambil mempermainkan kedua payudara wanita itu, Pak Darius
menciumi leher jenjangnya. Dengan penuh penghayatan disedotnya kulit
leher samping yang putih mulus itu.
“Sshhh…jangan terlalu depan Pak…eeemm…ntar bekasnya keliatan” Rita mengingatkannya dengan suara lirih.
“Gak usah kuatir Bu, saya juga ngerti kok,” katanya.
Rita semakin mendesah, pipinya bersemu merah ketika merasakan lidah pria
itu yang basah pada telinganya, menggelitik dan memancing gairahnya.
Merasa tidak ada lagi penolakkan dari Rita, maka Pak Darius meningkatkan
serangannya kearah payudara Rita yang masih tertutup kemeja dan BH itu.
Sebelah tangannya meraih payudara kiri Rita. Amat terasa sekali
kelembutan dan kehalusannya. Rita hanya memejamkan matanya. Rasa
penolakan dan bangkitnya nafsu saling muncul di kepalanya. Namun Rita
seakan tidak mampu untuk mengadakan penolakan. Iapun lalu meraih kepala
Pak Darius yang berambut tipis, keriting dan beruban sehingga terlihat
ketuaannya itu. Kemejanya telah acak-acakan karena kenakalan tangan Pak
Darius.
“Ooohh… oohh…,” tangan Pak Darius terus membelai sekujur tubuh wanita
cantik tersebut. Sambil berciuman tangan Pak Darius mulai bergerilya
melepasi satu per satu kancing kemeja yang dikenakan Rita sehingga BHnya
yang berwarna hitam berenda mulai terlihat. Rita yang kini mulai
terbakar birahi membiarkan Pak Darius melakukan aksinya sampai akhirnya
kancing terakhir terbuka. Tangan Pak Darius pun kini dapat menggenggam
payudara padat yang masih tertutup BH hitam berenda tersebut.
“Kenyal dan padat!,” Pak Darius berkomentar ketika tangannya semakin
gencar meremasi bongkahan daging montok Rita. Pak Darius kembali
langsung menyusupkan tangannya ke dalam cup BH itu menyentuh
payudaranya.
“Aaaahhh…!,” Rita mendesah lirih ketika Pak Darius meremas payudaranya,
lalu kedua tangannya melepaskan kemeja wanita cantik tersebut dan
membiarkan jatuh ke lantai beralaskan karpet itu, memperlihatkan dengan
jelas payudaranya yang masih tertutup BH dan perutnya yang rata.
Tubuh putih Rita terlihat mulai berkeringat karena gejolaknya, padahal
hawa dalam ruangan itu cukup dingin karena AC dinyalakan. Aroma tubuh
Rita memancing Pak Darius untuk terus menikmati inci demi inci sekujur
tubuh wanita cantik yang merupakan atasannya itu. Begitupun yang terjadi
pada diri Rita, ia tidak lagi sadar tentang apa yang akan terjadi pada
dirinya saat itu. Segenap syaraf akal sehatnya seakan lumpuh dan
melupakan dengan siapa ia bergumul saat ini. Dalam keasyikan dua jenis
mahluk berlainan jenis yang berbeda usia dan status itu akhirnya membuat
mereka sangat dekat.
Pak Darius kembali mengincar bibir lembut Rita. Kini kembali keduanya saling pagut dan saling mengadu lidah.
“Sudah Pak…jangan disitu !” Rita semakin mendesah waktu Pak Darius
hendak merogohkan tangannya lewat bawah rok spannya. Pak Darius tidak
mempedulikan kata-kata Rita yang berusaha mencegah tangannya bermain di
daerah selangkangan Rita. Bahkan tangan kanan Pak Darius saat ini sudah
masuk ke dalam rok span Rita. Sambil tetap berpagutan bibir, laki-laki
tua itu dengan leluasa dapat memainkan jari-jari tangannya di permukaan
vagina Rita yang masih terbungkus celana dalam. Tangan-tangan nakal Pak
Darius pun kini mulai melepaskan kaitan dan menurunkan resluiting rok
span yang dikenakan Rita. Sedetik kemudian rok span pendek itu pun
meluncur turun ke lantai. Tanpa terasa keadaan tubuh Rita semakin tidak
beraturan. Bagian penting dari tubuhnya kini hanya tertutup BH dan
celana dalam saja.
Tangan Pak Darius kembali meremas payudara Rita, sedangkan tangannya
yang satu lagi mulai menyusup lewat atas celana dalamnya. Rita
menggerakkan tangannya menahan tangan pria itu yang ingin masuk. Namun
penolakan itu dilakukannya hanya dengan setengah hati karena walaupun
merasa dilecehkan di saat yang sama dia juga sudah terhanyut dalam
pemanasan yang dilakukan oleh Pak Darius.
Setelah menyentakkan perlahan tangannya, pegangan Rita pun lepas dan
langsung ia menyusupkan langannya ke balik celana wanita itu. Pak Darius
merasakan bulu-bulu lebat yang tumbuh pada permukaan vaginanya juga
sedikit basah pada bagian belahannya.
“Oohh…mmmhh…tolong hentikan !” desahnya antara mau dan tidak.
Desahan itu membuat Pak Darius semakin bernafsu, dengan nakal jari-jari besarnya menggerayangi daerah sensitif itu.
“Aahh…aahh…saya mohon…nngghh….jangan teruskan” desahnya.
“Hehehe…Ibu ini masih pura-pura aja, udah becek gini masih sok menolak” ejek Pak Darius.
Pak Darius melebarkan kedua paha Rita sehingga dapat lebih menjelajahi
vaginanya lebih luas. Rita tersentak saat jari pria itu memasuki liang
vaginanya melalui sela-sela celana dalamnya dan mulai
mengorek-ngoreknya. Tubuhnya mengejang dan kelojotan ketika jari Pak
Darius menyentuh klitorisnya. Digesek-geseknya klitorisnya dengan jari
sehingga membuat wanita itu semakin seperti cacing kepanasan.
Rita yang sudah pasrah hanya bisa mendesah saja merasakan jari-jari pria
itu mengaduk vaginanya. Perlahan-lahan tapi pasti, Rita mulai teransang
“Aaakkhh…aahh!” Rita semakin tidak tahan karena jari-jari Pak Darius semakin cepat keluar masuk vaginanya.
“Ooohh…!” tak terasa Rita mendesah merasakan gerakan lincah jari Pak
Darius pada klitorisnya yang membuatnya serasa melayang. Rita merasakan
ada suatu sensasi aneh dalam dirinya, walaupun jijik dan tidak rela, dia
menginginkan pria tua ini terus melakukannya. Matanya membeliak-beliak
dan vaginanya semakin berlendir tanpa bisa ditahannya. Setelah sekitar
lima menit Pak Darius merogoh-rogoh celana dalam Rita dengan diselingi
beberapa ciuman, Pak Darius kemudian secara tiba-tiba menarik jarinya
dari vagina wanita cantik itu lalu bangkit berdiri. Rita tampak kecewa
Pak Darius menghentikan jarinya secara tiba-tiba ketika ia sedang
merasakan kenikmatan dan sedikit lagi mendekati klimaks. Nampak lendir
kewanitaan Rita membasahi jari-jari besar Pak Darius, lalu lak-laki tua
itu menjilati cairan yang membasahi jarinya.
Merasa tanggung dan terlanjur teransang, Rita berdiri dan langsung
mendorong dada laki-laki tua dengan kedua tangannya hingga tubuh tambun
itu terjungkal ke belakang dan kembali terduduk di sofa. Rita langsung
berlutut di depan Pak Darius, kedua tangannya membuka lebar-lebar
selangkangan pria tua itu. Sejenak Rita terpana melihat keperkasaan
penis Pak Darius yang hitam berurat itu, lalu dia menggerakkan tangannya
menggenggam penis itu, rasanya hangat dan berdenyut, lalu tangannya
mulai mengocok batang itu secara perlahan.
“Hoo…ho…kayanya sudah nafsu gitu Bu,” ejek Pak Darius.
“Sudahlah Pak, nikmati saja atau enggak sama sekali” jawab Rita ketus. Pak Darius sontak terdiam.
Rita lalu membungkukkan tubuhnya lalu dengan bernafsu menjilati seluruh
batang penis Pak Darius, terkadang buah pelirnya pun diemut. Dengan
cekatan wanita cantik itu memberikan pelayanan oral kepada sang satpam.
Dengan lidahnya dia jilati kepala penis itu sehingga batang itu beserta
badan pemiliknya bergetar.
“Oohhh…enak…aaahhh… banget Bu, udah pengalaman yah keliatannya !” desah
Pak Darius saat menerima serangan pertama dari wanita cantik itu. Rita
terus melakukan aktivitasnya tanpa menghiraukan celotehan laki-laki tua
itu, yang terpikir di benaknya kini adalah pemuasan birahi secara total.
“Jepitan rambutnya saya lepas yaa, bu,” kata Pak Darius sambil tangannya
melepaskan jepitan di rambut Rita yang disanggul ke atas. Rita yang di
bawah sana membiarkan jepitannya dilepas sehingga rambut panjangnya
tergerai, sedangkan dirinya terus mengoral dan mengocok penis lelaki tua
itu secara bergantian. Sesekali tangan Rita mengocok-ngocok batang
penis tersebut ketika ia memainkan lidahnya pada zakar Pak Darius.
Kemudian Rita menyibak rambut panjangnya dan membuka mulut mengarahkan
penis itu ke mulutnya. Pak Darius mengerang nikmat. Beberapa detik
pertama Rita membenamkan penis itu dalam mulutnya, batang penis itu
dikulum-kulum dalam mulutnya dan juga diputar-putar dengan lidahnya,
tangannya pun memijati buah zakarnya dengan lembut.
Di dalam lidahnya bergerak mengitari penis itu dan ujungnya, Pak Darius
sendiri mengerang-ngerang merasakan sensasi pada penisnya. Kepala Rita
kini mulai maju-mundur sambil menyedoti penis itu, terasa asin dan
aromanya tidak sedap, tapi Rita sudah tidak peduli lagi, lidahnya
bergerak liar menyapu batang dan kepala penisnya yang mirip jamur. Dia
mengintensifkan permainannya terhadap penis itu, gerakan menyedot dan
menjilat divariasikannya dengan lihai.
Sembari duduk, Pak Darius kadang terlihat aktif mengocok-ngocokkan
batang penisnya ke dalam mulut Rita. Wanita cantik itu pun berusaha
bertahan agar tidak tersedak karena beberapa kali ujung penis pria tua
itu terasa menyentuh kerongkongannya. Rita mengisapi kepala penis Pak
Darius tanpa canggung, kadang lidahnya menjilati ujungnya sehingga pria
tambun itu belingsatan keenakan.
“Aarghh…saya…mau keluar, stop dulu Bu…stop !” erang pria tua itu.
Rita tidak mempedulikan kata-kata Pak Darius, Rita yang menyadari lawan
mainnya akan segera keluar mempergencar serangannya, kepalanya maju
mundur semakin cepat, ia terus menghisap, menggulum lalu mengocok batang
penis milik pria tua itu, hingga pada akhirnya Pria tua yang tambun itu
mencapai ejakulasi. Cairan putih kental menyembur deras dari penisnya
dalam genggaman Rita, mengenai wajah, dada dan perutnya yang rata. Rita
tersenyum puas berhasil mengerjai Pria tua mesum ini.
Rita mengambil tissue yang disediakan di meja untuk membersihkan cairan
sperma dari wajah dan tubuhnya. Lalu Rita bangkit berdiri untuk mulai
melepaskan penutup yang masih melekat di tubuhnya. Awalnya, ia
melepaskan sepatu kerja tanpa hak yang sedari tadi masih ia kenakan.
Kemudian kedua tangannya bergerak perlahan ke belakang punggungnya
berusaha untuk meraih kait BH yang terdapat di belakang punggungnya.
Kemudian kedua tanganya mulai meloloskan tali BH dari kedua pundaknya
yang mulus, lalu perlahan BH hitam berenda yang berukuran 34C itu
merosot dari tempatnya. Sepasang payudara yang putih mulus mencuat
telanjang, payudara yang bulat padat dan kenyal dengan puting berwarna
coklat muda. Rita membungkuk dan tangannya berusaha meraih dan melepas
lembaran terakhir yang melekat di tubuhnya,lalu kedua jari-jarinya
bergerak secara perlahan ke samping kiri dan kanan pinggulnya,
jari-jarinya diselipkan disamping Cd yang juga berwarna hitam, kemudian
secara perlahan memelorotkan ke bawah. Kini Rita sudah bediri telanjang
bulat tanpa sehelai benangpun.
Melihat pemandangan erotik itu membuat Pak Darius terbengong-bengong.
Dia tidak menyangka, akhirnya ia dapat melihat secara nyata kemolekan
tubuh Rita tanpa busana. Karena selama ini,hal tersebut hanya menjadi
fantasi seksualnya ketika ia masturbasi di kamar mandi atau toilet
kantor. Sesaat Pak Darius menikmati kemolekan tubuh telanjang Rita yang
ada di hadapannya. Wajah oriental yang cantik dihiasi dengan rambut
panjang sebahu, payudara yang kencang dan montok, perut yang rata tanpa
lipatan, pinggang yang lansing, pinggul yang indah serta kakinya yang
jenjang. Benar-benar sempurna, seperti mimpi menjadi kenyataan pikirnya
dalam hati.
“Hey…koq malah bengong....buka bajunya!” perintah Rita membuat Pak
Darius tersadar dari lamunannya. Buru-buru laki-laki tua itu melepas
celana yang sudah melorot di mata kakinya serta sepatu yang dipakainya.
Lalu kemeja putih seragam satpam dan kaus dalamnya menyusul. Kini Pak
Darius juga dalam keadaan telanjang bulat.
Sesaat Rita memperhatikan tubuh telanjang Pak Darius, wajah jeleknya
yang dihiasi brewok yang lebat dapat dikatakan jauh dari tampan,
tubuhnya yang tegap dan gempal, berperut agak gendut dan berkulit hitam
legam, bulu lebat tumbuh hampir di sekujur tubuhnya. Rita membandingkan
fisik Pak Darius yang tidak jauh berbeda dengan Black, narapidana yang
pernah menidurinya.
Pak Darius menhampiri tubuh telanjang Rita, matanya seakan tidak berkedip melihat tubuh telanjang Rita.
“Wow, tetek ibu gede juga yah, montok dan kenceng lagi, kayanya enak
dipake nyusu, boleh ya bu” pintanya dengan kedua tangannya hendak
menjamah kedua payudara Rita yang montok.
“Pak, please deh, ternyata bapak tuh banyak omong!” jawab Rita ketus
sambil tangannya meraih kepala lelaki tua itu, menarik dan memaksanya
sehingga wajahnya menempel di payudaranya. Tanpa membuang waktu lagi,
Pak Darius segera melumat payudara kanan Rita yang kenyal itu dengan
gemas. Kepala Pak Darius segera turun ke bawah, bibirnya yang tebal
melumat tanpa ampun puting susu yang sedari tadi terlihat menantang.
Bibir pria tua itu lalu mencium dan lidahnya menjilat seluruh area buah
dadanya. Rita mendorong dadanya ke depan agar Pak Darius bisa lebih
leluasa menikmati payudaranya. Gigi pria tua itu bahkan menggigiti
daerah ujung pentilnya, membuat sensasi kenikmatan menjalar dari dada ke
seluruh tubuh, bahkan jari kaki Rita sampai merenggang karena keenakan!
“Oooooh!” lenguh Rita menahan nikmat.
Pak Darius bisa merasakan tubuh Rita yang gemetar dan menggelinjang
karena rangsangan hebatnya pada puting payudaranya. Dengan sigap lidah
Pak Darius melingkari pentil yang masih menonjol keluar. Hal ini membuat
Rita makin salah tingkah, tubuhnya melengkung ke belakang, matanya
terpejam, sambil terus mendorong payudaranya ke mulut pria tua itu yang
terus meransangnya.
Pak Darius kembali menurunkan kepalanya ke payudara kiri Rita. Dengan
sigap ia menangkup puting kiri Rita dengan mulutnya dan kembali
menyebarkan sengatan kehangatan ke seluruh tubuh wanita cantik itu. Rita
itu hanya bisa megap - megap menggapai nafas ketika gigi Pak Darius
mengunyah puting payudaranya, setelah pentil itu menonjol, lidah Pak
Darius ganti menjilati sisi areolanya.
Merasa sudah menguasai diri Rita, Pak Darius kemudian menarik tangan
Rita dan menggiring Rita kembali ke sofa panjang yang empuk itu. Di sofa
itu lalu ia baringkan tubuh yang sangat cantik dan menggoda itu dengan
hati-hati. Ritapun menurut saat dibimbing Pak Darius untuk rebah di sofa
yang biasa ia pakai untuk bertemu tamu atau kliennya.
Rita terbaring dalam keadaan tubuh yang basah oleh keringatnya sendiri
akibat reaksi dari rangsangan yang diberikan Pak Darius. Pak Darius
perlahan-lahan mendekati Rita yang tergolek lemas di sofa. Pria tua itu
kembali memainkan payudara Rita.
“Ahh…”, Rita mendesis merasakan perasaan aneh karena belaian pada
payudaranya, jari-jari pria tua itu juga memencet putingnya sehingga
seperti bulu kuduknya berdiri semua.
“Eengghh..!”, desisnya lebih keras ketika tangan Pak Darius meremas payudaranya.
Lelaki tua itu kemudian kembali menjilati puting payudara Rita dengan
lidahnya. Ujung lidahnya kadang menyentil-nyentil ujung puting payudara
itu, sesekali Pak Darius mengulum dan mengenyot payudara Rita.. Seketika
Rita merasa tubuhnya seperti meremang, dia bergerak dengan gelisah dan
megelinjang tak terkendali. Sesekali kakinya menggeliat kecil seperti
menahan sesuatu yang akan keluar dari dalam tubuhnya.
“Ahhhh… Ohhhhh…”, Rita mulai mengeluarkan desahan-desahan tertahan.
Pak Darius tahu Rita sudah mulai kembali terangsang karena itu dia makin
gencar melakukan serangan di setiap jengkal kemulusan tubuh Rita.
Kemudian lidah Pak Darius menyusuri perut Rita yang rata, terus ke bawah
dan ketika sampai di daerah selangkangan, pria tua lalu merangkul
pinggang ramping itu membawa tubuhnya lebih mendekat. Paha mulus itu
lalu dia ciumi inci demi inci sementara tangannya mengelusi paha yang
lain. Rita merinding merasakan sapuan lidah dan dengusan nafas pria itu
pada kulit pahanya membuat gejolak birahinya makin naik.
Pak Darius lalu membuka paha Rita, lalu membenamkan wajahnya pada vagina
wanita itu. Tubuh Rita menggelinjang begitu lidah Pak Darius yang panas
dan kasar itu menyapu bibir kemaluannya, tubuhnya menggelinjang dan
darahnya berdesir merasakan sensasinya.
“Aahhh… aahhh…!”, Rita mendesah menikmati saat lidah Pak Darius
menelusuri gundukan bukit kemaluannya. Rita melebarkan kakinya sehingga
memberi ruang lebih luas bagi Pak Darius untuk menjilatinya. Tubuh Rita
seperti kesetrum ketika lidah Pak Darius yang hangat membelah bibir
kemaluannya memasuki liangnya serta menari-nari di dalamnya. Rita
semakin tak kuasa menahan kenikmatan itu, tubuhnya bergerak tak karuan
sehingga Pak Darius harus memegangi tubuhnya.
“Aahhh...aaahh...oohh,”desahnya dengan tubuh bergetar merasakan lidah Black memainkan klitorisnya.
Sekitar lima belas menitan Pak Darius menikmati vagina Rita sedemikian
rupa, dengan lihainya dia menyedot dan menjilati klitoris wanita itu
menghanyutkannya dalam permainan liar ini.
“Oookkkhhhhh…. aahhhhhhh…,” Rita mengerang kuat-kuat dengan tubuh mengejang.
Lelaki tua itu terus menyedoti bibir vagina Rita sehingga tubuhnya makin
menggelinjang. Orgasme pertama setelah sekian lama terasa begitu
dahsyat. Rasa dahaga selama 3 bulan ini terasa terlampiaskan. Rita
tersenyum.
Tapi Rita belum puas. Ia masih ingin merasakan benda di selangkangan Pak
Darius yang hitam, besar dan panjang itu memasuki dirinya. Pak Darius
pun berpikiran sama, ia masih ingin merasakan kehangatan tubuh molek
Rita.
Perlahan Darius mulai menarik kedua belah kaki jenjang Rita ke arah luar
sehingga terpentang lebar membuat vaginanya terkuak. Laki-laki tua itu
pun segera menyiapkan ‘senjatanya’. Awalnya Pak Darius memberi ludah
pada telapak tangannya, secara perlahan ia menggenggam batang penisnya
dan secara perlahan mulai mengocoknya. Penis hitamnya yang besar lambat
laun kembali mengacung tegak siap untuk di masukkan.
Pak Darius lalu membuka lebar kedua kaki Rita yang masih mengangkang
sehingga berada di kedua sisi pinggulnya yang kekar. Kemudian laki-laki
tua itu menempelkan ujung kepala penisnya ke vagina Rita. Setelah penis
Pak Darius mengeras sepenuhnya dalam genggamannya, dia lalu mengarahkan
penisnya yang panjang dan hitam legam itu ke arah bibir vagina Rita,
siap untuk dibenamkan ke dalamnya.
Pak Darius berusaha memasukkan penisnya secara hati-hati, ia tidak mau
Rita kesakitan sehingga dapat menyebabkan Rita berubah pikiran. Pak
Darius secara perlahan mendorong penisnya masuk ke dalam vagina Rita.
“Aahhh !!” Rita mendesah nikmat merasakan batang yang kokoh itu
menerobos masuk memberi kenikmatan. Dia merasakan penis itu begitu besar
dan keras, tidak kalah dari milik Black dan Obenk yang pernah
dirasakannya. Ternyata perkiraan Pak Darius salah, Rita tidak merasakan
rasa sakit dan ia pun tidak menemui kesulitan yang berarti ketika
penisnya memasuki vagina Rita, membuat laki-laki tua itu jadi bingung
dan penasaran.
“Kayanya ibu pernah selingkuh yaaa….soalnya saya nggak yakin kontol
suami ibu segede punya saya,” kata Pak Darius sedikit menghina. Mendapat
hinaan seperti itu, Rita mencapai batas kesabarannya dan lansung
mendorong tubuh gempal itu dari atas tubuhnya dan melepaskan diri dari
Pak Darius, lalu menjawab dengan ketus.
“Begini saja, pak…..kalau bapak masih pengen terus, tolong jangan
bawa-bawa suami saya dan tolong jangan banyak tanya-tanya!” jawab Rita
ketus.
Mendengar omelan Rita, Pak Darius hanya dapat meminta maaf dan mengangguk memberi persetujuan.
“Ma…ma…maaf, bu Rita, maafkan kelancangan saya,” kata Pak Darius
menyadari kebodohannya dapat mengacaukan keinginannya meniduri Rita.
Rita memerlukan waktu beberapa saat untuk menenangkan diri kembali dan
berusaha memaafkan perkataan Darius tadi serta melupakan kemarahannya.
Rita berusaha untuk kembali rileks agar ia dapat kembali menikmati
tindakannya ini.
Setelah Rita dapat kembali rileks, ia kembali berbaring di sofa dan
membiarkan Pak Darius kembali menindihnya. Pak Darius kemudian kembali
memasukkan penisnya ke vagina Rita dan mulai menggerakkan pantatnya
secara perlahan maju mundur untuk menggenjot kemaluannya ke dalam liang
vagina Rita. Selain itu kedua tangannya memegangi pinggang Rita agar
tetap di tempatnya. Birahi Rita yang tadi sempat terhenti, kini kembali
meninggi mengikuti naluri seksnya. Rita menikmati genjotan Pak Darius
yang makin lama makin cepat itu. sementara kedua tangannya kebelakang
sambil meremas-remas pegangan sofa.
Sementara Rita semakin menikmati persetubuhan itu, dia mulai mengimbangi
gerakan Pak Darius dengan menggerakkan pantatnya sendiri maju mundur.
Respon yang diberikan Rita membuat Pak Darius makin bersemangat. Rita
merasakan batang penisnya menyentuh seluruh rongga vaginanya, terasa
sangat penuh, sampai akhirnya Rita merasakan penis pria tua itu
berdenyut denyut di dalam rongga vaginanya dan Rita sendiri sudah akan
mencapai klimaks.
Tiba-tiba Pak Darius melepaskan penisnya lalu meminta Rita untuk
menungging di atas sofa. Rita yang sudah sangat teransang hanya menurut
saja. Rita menungging dengan kedua tangannya berpegangan pada sandaran
tangan sofa. Lalu Pak Darius kembali memasukan penisnya ke dalam vagina
Rita dari belakang dengan gaya doggy style. Kedua tangan kekarnya
memegang pinggul Rita dan menariknya hingga posisi pantat Rita kini
merapat dengan pinggul laki-laki tua itu, membuat penisnya terbenam
seluruhnya di dalam vaginanya. Rita mendesah lirih, matanya terpejam
sambil menggigit bibirnya sendiri dan badannya kembali menegang keras.
Lalu mulailah Pak Darius menggenjot kembali vagina Rita dengan kedua
tangan memegangi pinggul Rita. Dia mulai memaju-mundurkan kemaluannya
mulai dari irama pelan kemudian makin cepat sehingga membuat tubuh Rita
tersodok-sodok dengan kencangnya.
“Aahh.. aahh.. aahhh.. oohh….. oohh..”, Rita kembali mendesah saat Pak
Darius menggenjotnya lagi. Tubuhnya sekarang basah oleh keringat.
Payudaranya yang kenyal menggantung indah bergoyang-goyang seirama
genjotan Pak Darius. Perlahan Pak Darius,mulai menjamah payudara Rita
dari belakang, sambil terus menggenjot vaginanya, laki-laki tua itu juga
meremas-remas payudara Rita. Erangan-erangan Rita semakin keras, badan
dan kepala semakin bergoyang-goyang tidak beraturan mencari titik-titik
nikmat di dalam vaginanya. Rita menjerit-jerit merasakan penis Pak
Darius menggenjot vaginanya dengan cepat, kepalanya bergoyang keras ke
kiri dan ke kanan, matanya terpejam sambil menggigit bibirnya, menahan
nikmat yang luar biasa. Selama hampir 20 menit lamanya Pak Darius
menyetubuhi Rita, sungguh sebuah ketahanan yang luar biasa membuat Rita
secara diam-diam takjub.Tak tahan mendapat rangsangan sedemikian hebat,
tubuh Rita mengejang.
Tapi Pak Darius belum mau selesai, ia kemudian memegang pinggul Rita
dari belakang dan mulai mempercepat pompaan penisnya pada vagina Rita.
”Aahh… uuuhhh… aaaggghhh… uuuggghhhh…..”, terdengar jeritan tertahan
Rita disertai deru nafasnya yang terengah-engah. Badan Rita
terguncang-guncang keras maju mundur, tangannya dengan keras
mencengkeram sandaran tangan sofa, kedua payudaranya yang padat
bergoyang cepat, kepala terdongak ke atas dan bibirnya terkatup rapat
antara menahan sensasi yang ia rasakan dalam vaginanya. Tubuh Rita yang
telah mandi keringat tergoncang-goncang dan kedua payudaranya terayun
kesana-kemari.
Rita hanya bisa mengerang-erang merasakan kenikmatan pada vaginanya.
”Aaaaahhhh……. oohhhh…. aahhkkhhhh… ooohhhhh…..”,desah Rita. Gerakan liar
Rita membuat Pak Darius makin bernafsu, ia semakin cepat memompa vagina
Rita. Rita sengaja melebarkan kakinya bahkan menyodorkan pantatnya
memberikan kesempatan kepada Pak Darius untuk terus memompa vaginanya
dengan lebih cepat lagi.
“Aaahh…… oohhh…”,Rita mulai meracau dengan mata tertutup.
“Aggghhhhhh… ,” Rita mengerang kuat, seluruh energinya tumpah keluar
saat kembali mengalami orgasme, sedangkan di saat yang sama Pak Darius
masih terus mengenjot vagina Rita.
“Bapak ….sudah… mau… keluar nih, mau di luar…atau di …dalamm,..bu,”tanya Darius tanpa menghentikan sodokannya.
“Ter……serahhhh…..di dalam juga….engh…engh….nggak pa-pa….engh…engh…saya
lagi aman koq,” jawab Rita sambil menikmati sisa-sisa kenikmatan yang
baru diperoleh- nya.
“Aaaaaaarrrrgghhhh ..,” laki-laki tua itu juga mengerang, badannya
melengkung ke atas sambil wajahnya menunjukkan ekspresi puas luar biasa
dan kemudian spermanya menyembur bagitu banyak di dalam rongga rahim
Rita. Akhirnya tubuh kedua insan yang baru saja melakukan persenggamaan
itu melemas kembali. Pak Darius selama beberapa saat membiarkan tubuhnya
tetap menindih tubuh putih mulus Rita tanpa melepaskan penisnya dari
vaginanya, mencoba merasakan sebanyak mungkin kenikmatan dari tubuh
wanita cantik itu sepuasnya.
Tidak lama kemudian, Pak Darius melepaskan penisnya dari vagina Rita.
Tampak senyum penuh kepuasan menghiasi wajah kedua insan berbeda suku
serta umur yang terpaut jauh. Keduanya lalu terduduk lemas di sofa. Rita
tanpa malu-malu lagi menyenderkan kepalanya di dada Pak Darius yang
berbulu lebat.
“Maaf yaa Pak,…..kalau tadi saya judes,” kata Rita membuka percakapan
“Karena pada dasarnya saya tidak suka orang lain mencampuri urusan
pribadi saya.”
“Gak apa-apa koq, bu. Memang salah saya, kata-kata saya tadi memang
kelewatan, dan saya berpikir ibu pantas untuk marah,” jawab Pak Darius.
“Lagipula apa yang selama ini saya bayangkan sudah terlampiaskan,” sambung Pak Darius.
“Maksud bapak?......Selama ini bapak sudah merencanakan hal ini?” tanya Rita curiga.
“Bb…bukan, bukan....yang tadi spontan koq, bu. Maksud saya, sejak
pertama mengenal ibu sekitar setahun yang lalu, saya selalu mengagumi
ibu. Terutama keramahan ibu, membuat ibu berbeda dengan karyawan yang
lain. Selain itu kecantikan dan kemolekan ibu membuat saya sering
berpikiran ngeres, sehingga selama ini saya suka membayangkan ibu
telanjang seperti ini sambil onani di toilet atau di kamar saya. Awalnya
saya tidak ada maksud sampai nekat seperti ini. Tapi tubuh montok ibu
yang selalu kebayang di kepala saya, membuat saya nekat. ” terang Darius
dengan jujur.
Rita menghargai kejujuran Pak Darius, lagipula di sisi lain ia juga menginginkannya setelah menunggu sekian lama.
“Apalagi saya sudah lama saya tidak ngerasai ngewe dengan perempuan
sejak ditinggal istri saya. Mau maen sama perek, takut kena AIDS,”
sambung Pak Darius.
Penjelasan Pak Darius membuat Rita tersenyum geli. Lalu mereka kembali tenggelam pada percakapan yang akrab seperti sebelumnya.
Sambil mendengarkan cerita, tangan Rita meraih penis hitam Pak Darius
yang sudah melemas, di elusnya secara perlahan-lahan. Elusan lembut
jemari Rita pada penis Pak Darius membuat penisnya kembali tegak
berdiri, sehingga sang sang satpam itu bergetar dan menggelinjang tak
kuasa menahan nafsu. Hal itu membuat Rita tersenyum tertahan. Sembari
menikmati elusan lembut jemari Rita pada penisnya, pandangan matanya tak
ingin lepas dari kesempurnaan Rita, wajah cantik lembut dengan rambut
yang terurai indah, kulit putih mulus yang memancarkan keharuman
mewangi, payudara sempurna yang sintal dan menggairahkan, pinggang
ramping, pantat bulat. Rita diam saja tanpa mempedulikan kekaguman Pak
Darius kepadanya dan meneruskan memainkan kemaluan pria tua itu.
Pak Darius buru - buru sadar dari rasa kagum yang membuatnya terbengong -
bengong dan segera kembali ke posisi semula, ia menyenderkan kepalanya
ke belakang dan membiarkan wajah Rita yang berada di dekat penisnya.
Saat itulah, tanpa malu - malu pria tua itu meraba-raba tubuh Rita
membuat wanita cantik itu menggelinjang, wanita muda yang statusnya
adalah istri orang itupun tak kuasa menahan desahan demi desahan yang
terus menerus keluar dari bibir mungilnya.
“Auhhhhhmmm, paakkk… jangan… aaaaahhhh…” tangan Rita tak beranjak dari
penis Pak Darius, terus meremas dan mengocok penisnya yang besar dan
hitam sementara sang satpam terus memainkan tangannya dengan lihai di
tubuh dan payudara Rita. Melihat Rita keenakan, Pak Darius terus
memainkan jari-jari tangannya di payudara dan ketiak Rita
“Aaaahh, paaaakkkkk… ouuuhhh, jahaaaat… geli ahhhh!!”
Rita masih memejamkan mata, ia membiarkan saja tangan Pak Darius bergerak nakal menyusuri setiap inci tubuh telanjangnya.
“Pak…..?”
“Iyaaa….,bu?” jawab Darius
“Pak… aku ingin… mmm… boleh aku…?” tanya Rita malu - malu. “Mmm……Mau nggak bapak bercinta lagi dengan saya?
“Jelas mau donk, bu, tapi eehhmm….boleh nggak….?”tanya Pak Darius ragu-ragu.
“Boleh apaan, Pak?” Rita memotong tidak sabar.
“Eng…anu…boleh ngga saya pengen coba gaya lain ya, seperti di film-film be-ep barat?” jawab Pak Darius.
“Terserah bapak deh, yang penting saya pengen ngerasain penis bapak lagi,” jawab Rita.
“Siiiipp bos,” jawab Darius mantap.
Lalu Pak Darius mengatur posisi Rita sedemikian rupa sehingga wanita
cantik itu kini duduk berhadap-hadapan dengannya. Ditatapnya wajah Rita
yang cantik itu, wajah itu terlihat sangat penuh birahi, membuat Pak
Darius merasa kenikmatannya bertambah.
“Sekarang ibu yang goyang ya…,” kata Pak Darius. Rita mengangguk dan
menyambut ajakan Pak darius dengan senyum penuh birahi. Lalu kaki Rita
sekarang melingkari pinggul Pak Darius, lalu keduanya bergantian
menggerakkan pinggulnya membuat kemaluan mereka yang bersatu kembali
terbenam dalam sensasi seksual yang menggebu.
Rita mulai menggerakkan pantatnya maju mundur, sementara laki-laki tua
itu mengimbanginya dengan mencengkeram pantat Rita dan mendorong
pantatnya maju mundur. Sementara bibirnya yang tebal sibuk menyusu pada
payudara Rita sambil sesekali mengulum dan menjilati putingnya. Rita
mendesah penuh kenikmatan diperlakukan sedemikian rupa. Dan Pak Darius
membalas aksi Rita dengan memagut bibirnya kemudian menelusuri leher dan
belahan payudara montok wanita cantik itu dengan ciuman-ciuman.
Selama beberapa menit berikutnya yang terdengan hanyalah gesekan penis
Pak Darius di dalam vagina Rita diiringi dengan desahan erotis Rita.
Sementara Pak Darius tanpa henti terus mengaduk-aduk vagina wanita
cantik itu membuatnya semakin merasa nikmat, pelan-pelan birahi Rita
kembali meninggi dan akhirnya mengimbangi setiap gerakan Pak Darius,
membuat mereka bisa berpadu dengan serasi dalam mencapai puncak
kenikmatan seksual.
Masih tidak puas dengan gaya itu, Pak Darius lalu melepaskan penisnya
dan bangkit dari posisi duduk kemudian membaringkan tubuh Rita di lantai
yang dilapisi karpet tipis itu, lalu dia menindihnya kembali.
Diciuminya Rita dengan penuh nafsu. Lidah Pak Darius terus menyapu-nyapu
bibirnya yang tipis dan akhirnya memasuki mulutnya, liurnya pun
tercampur dengan liur Rita. Bau nafasnya yang tidak sedap tidak membuat
Rita terganggu. Pak Darius dengan lihainya kembali membangkitkan gairah
Rita dengan menggerayangi tubuhnya.
Naluri seks Rita bereaksi dengan mengimbangi serbuan mulut Pak Darius,
digerakkannya lidahnya membalas lidah pria tua itu yang menjelajahi
mulutnya. Sesaat kemudian, mulut Pak Darius turun ke dadanya dan
langsung menyambar putingnya, tangannya mempermainkan payudaranya yang
satunya. Dengan cepatnya nafsu Rita naik lagi, dia mendesah sambil
menggigiti jari, sesekali merintih kalau sang satpam itu menggigitnya.
Sebentar saja wilayah dada Rita sudah basah bukan cuma oleh keringat
tapi juga oleh air liur Pak Darius.
Pak Darius secara perlahan kembali membuka kedua belah paha Rita dan
menempatkan dirinya diantara kedua pahanya dan mengarahkan penisnya ke
vagina wanita cantik itu. Digosok-gosokkannya kepala penisnya yang mirip
jamur itu pada bibir vagina Rita, membuatnya menggelinjang kegelian.
Gairah Rita dengan cepat naik lagi, dia menggenggam penis hitam Pak
Darius yang panjang dan besar dan menuntunnya pada liang senggamanya.
Badan Rita bergetar begitu penis itu kembali menusuknya, tangannya
mencengkram erat bahu Pak Darius. Pria tua itu merasa sangat puas
melihat ekspresi wajah Rita yang meringis dan merintih-rintih, Pak
Darius melakukannya dengan kombinasi kasar dan halus yang tepat sehingga
Rita menikmati hubungan badan keduanya malam ini. Setelah masuk
sebagian, Pak Darius menekan pantatnya hingga penisnya pun terdorong
masuk ke vagina Rita.
“Aaahhh…..aaahhh !” terdengar desahan nikmat Rita ketika penis itu memasuki dirinya.
Pak Darius pun mulai menaik-turunkan tubuhnya diatas tubuh telanjang
Rita. Wanita cantik itu menggigit bibir bawah menahan nikmat, sesekali
mulutnya mengeluarkan desahan. Kedua tangannya memeluk Pak Darius, kedua
kakinya juga melingkari pinggang laki-laki tua itu. Bibir tebal Pak
Darius menelusuri leher jenjangnya, selain itu lidah itu juga
menggelikitik telinganya.
“Aahh…ahhh…memek ibu enak banget,” kata Pak Darius dekat telinga Rita.
Pak Darius semakin cepat menggerakkan pinggangnya naik turun, nafas keduanya memburu dan mendesah tak karuan.
Pak Darius melepaskan penisnya lagi, kemudian memindahkan posisi Rita
sehingga wanita cantik itu sekarang tiduran sambil menyamping, Pak
Darius memindahkan posisi tubuhnya ke belakang Rita sehingga sekarang
mereka berdua tidur menyamping di atas lantai berkarpet tipis itu. Pak
Darius kembali memasukkan penisnya ke vagina Rita lewat belakang,
kemudian melanjutkan genjotan penisnya yang sangat besar itu di vagina
Rita.
Tangan kiri Pak Darius melalui sela-sela ketiak kiri Rita, dapat dengan
bebas meremas-remas kedua payudara montok Rita. Pak Darius menggenjot
penisnya dengan cepat, tangan kirinya secara bergantian meremas kedua
payudara dan klitoris Rita. Rita kembali tenggelam dalam nafsu seksnya,
matanya terlihat sayu, mulutnya terbuka sedikit dan tanpa sadar Rita
mengangkat kaki kirinya ke atas, sehingga terlihat vaginanya penuh sesak
oleh penis Pak Darius yang hitam, besar dan panjang itu.
Pak Darius kembali mengubah posisi Rita. Kali ini Rita dimintanya
tengkurap, sehingga payudaranya yang montok menempel di atas karpet
tipis itu. Rita merasakan sensasi yang aneh ketika puting payudaranya
menyentuh permukaan karpet yang kasar. Pak Darius membuka ke dua belah
kaki Rita agar mudah memasukkan penisnya dalam posisi demikian, lalu
kembali memasukkan penisnya lewat belakang. Rita belum pernah melakukan
seks dengan posisi yang dianggap primitif ini. Pak Darius menggenjot
vagina Rita dari belakang dengan tempo yang berubah-ubah, kadang cepat
sekali dan secara tiba-tiba memelankan genjotannya seperti slow motion
dan kemudian cepat lagi. Hal ini membuat Rita semakin tidak bisa
mengontrol dirinya, kepalanya tertunduk dan bergerak ke kanan kiri tidak
beraturan. Jari-jari Rita mencakar-cakar permukaan karpet dengan
kencangnya, racauan-racauan dan teriakan-teriakan Rita semakin membahana
di ruangan itu.
Darah dalam tubuhnya mengalir makin cepat, akal sehatnya mulai tertutup
oleh naluri seks yang liar karena keperkasaan penis satpam kantor ini
serta kelihaiannya mempermainkan nafsunya. Walaupun udara di luar makin
dingin disertai angin kencang dan guntur, suasana di ruangan itu makin
panas. Sementara itu Pak Darius terus menggenjot Rita,
tusukan-tusukannya makin keras sehingga tubuh wanita cantik itu
tersentak-sentak dan jeritan-jeritan tertahan keluar dari mulutnya. Rita
juga menggoyangkan pinggulnya mengikuti irama genjotan Pak Darius, dia
merasakan kenikmatan yang berbeda yang dari yang biasanya. Rita pasrah
tubuhnya diapakan saja oleh satpam itu.
“Oohh…ohhh…saya nggak tahan lagi Pak, mau keluar !” desah Rita ketika
merasa sudah diambang klimaks.Mendengar itu Pak Darius semakin
bersemangat menggenjotnya hingga akhirnya tubuh Rita mengejang tak lama
kemudian.
“Ooooohhhh….aaaaaaaahhh !!” Rita mendesah panjang dan tubuhnya bergetar
hebat, dia merasakan cairan vaginanya seperti tumpah semua. Pak Darius
masih terus melancarkan serangannya, cairan yang meleleh dari vagina
Rita makin melicinkan gerakan penisnya sehingga otomatis sodokannya pun
makin cepat, terdengar bunyi decak cairan setiap penis itu menyodoknya.
“Aahh…ahh…keluar bu Rita, …Bapak keluar juga….uuggghh !” lenguh Pak
Darius ketika menyemburkan spermanya yang hangat dan kental di dalam
rahim wanita cantik itu. Semprotan cairan itu makin lemah seiring dengan
pompaan Pak Darius yang mulai turun kecepatannya. Rita terkapar lemas
di atas lantai yang berkarpet itu, keringat telah membasahi tubuhnya,
nafasnya terputus-putus. Pak Darius masih menindih tubuhnya menikmati
sisa-sisa klimaksnya. Ruangan kantor Rita yang tadinya berisik karena
suara bercinta itu sementara hening dan hanya terdengar suara nafas
terengah-engah.
Tak lama kemudian, Pak Darius mengulingkan tubuhnya ke samping tubuh
Rita, keduanya terbaring lemas dengan tubuh yang basah oleh keringat dan
nafas yang masih terengah-engah. Rita menengok ke arah Pak Darius yang
terbaring di sebelahnya di atas lantai bekarpet tersebut.
“Terima kasih, pak,…..sudah lama saya tidak merasakan kepuasan seksual
seperti ini, bapak betul-betul luar biasa…..,” kata Rita memecah
keheningan.
“Ibu Rita…juga hebat, bapak sampai keenakan…,” jawab Pak Darius sambil nyengir.
“Bapak yang hebat, di umur bapak yang di atas 60 tahun, stamina bapak masih ok,” puji Rita.
Setelah terbaring dan beistirahat selama beberapa saat, mata Rita lalu melirik jam dinding yang ada di kantornya.
“Astaga sudah hampir jam 12 malam…,” seru Rita terkejut ketika melihat jarum jam dinding sudah menunjukkan pukul 11.34 malam.
“Saya musti pulang, sudah kemalaman,” kata Rita sambil bangun dari pembaringannya.
Lalu Rita berdiri, kemudian membereskan dan memunguti pakaiannya yang
tercecer di lantai kantornya. Rita mulai mengenakan kembali pakaiannya
satu persatu.
“Di luar masih hujan bu, buat apa pulang buru-buru?” tanya Pak Darius mulai kembali menggoda.
“Lagipula berbahaya membawa kendaraan malam-malam begini dalam keadaan hujan deras seperti ini.”
“Tunggulah sampai hujannya berhenti, jadi ibu lebih aman pulangnya,” kata Pak Darius berusaha menahan kepulangan Rita.
Rita baru selesai mengenakan BH dan celana dalamnya kembali ketika Pak
Darius mengitari sejenak tubuh Rita, mengamati kembali kesempurnaan
tubuh yang langsing itu. Tatapan Pak Darius yang jalang itu menyebabkan
Rita malu sendiri, wajahnya memerah. Tak bisa lagi menahan nafsunya, Pak
Darius kembali mendekap tubuh Rita dari belakang.
“Pak jangan,…sudah aahhh,….sudah malam !” Rita berusaha menolak ketika tangan itu mulai merambahi payudaranya.
“Sudahlah, bu,…di luar hujan nya masih gede,…bahaya,” Pak Darius berusaha mencari alasan untuk menahan Rita.
Kemudian tangannya mencengkram buah dada Rita dari luar BHnya dan
meremasinya dengan gemas, rambut panjangnya dia sibakkan ke kiri dan
menghirup aroma tubuhnya yang harum. Rita mulai terangsang ketika lidah
Pak Darius menyapu telak lehernya sehingga membuat bulu kuduknya
merinding. Laki-laki tua itu meneruskan rangsangannya dengan menjilati
telinga Rita, lidahnya didorong-dorong ke lubang telinganya menyebabkan
Rita menggelinjang dan meronta kecil antara menolak dan terangsang.
“Jangan…jangan, ahhh…ahh !” katanya menghiba
Tangan kanannya kini mulai bergerilya lewat bawah menyentuh perut Rita
yang rata dan kemudian menyusup ke balik BH-nya. Rita menggeliat karena
tangan kasar itu terasa geli di payudaranya yang halus, terlebih ketika
Pak Darius menggesekkan jarinya pada putingnya. Sambil merasakan
kepadatan dan kehalusan payudara Rita, Pria tua itu terus menciumi
lehernya yang jenjang. Rita hanya bisa menggigit bibir bawah dengan mata
terpejam menerima serbuan-serbuan erotis pria tua ini. Sekarang tangan
satunya bergerak ke bawah perut menyusup ke dalam celana dalamnya,
dirasakannya kembali bulu-bulu lebat yang menyelimuti daerah
kewanitaannya.
Tangannya mula-mula hanya mengelus-elus permukaanya, lalu sebentar
kemudian jarinya mulai merayap masuk ke belahannya mengaduk-aduk bagian
dalamnya. Hal ini membuat tubuh Rita bergetar dan nafasnya semakin tidak
teratur, rupanya dia sudah tak kuasa menahan diri lagi. Mulutnya
menceracau tak jelas dan kakinya terasa lemas, kalau saja tidak didekap
pria tua itu, mungkin tubuhnya kehilangan topangan. Pak Darius
meningkatkan serangannya untuk membuat wanita cantik itu kembali takluk
sepenuhnya dengan cara memainkan klitorisnya, daging kecil itu dia
gesekkan pada jarinya dan sesekali dipencet-pencet sehingga pemiliknya
tersentak dan mengerang, Rita tinggal pasrah saja membiarkan Pak Darius
mengocok-ngocok vaginanya dengan jarinya.
“Haha…mulai teransang lagi ya bu?....Liat udah basah gini !” ejeknya dekat telinga Rita.
Beberapa saat kemudian, Pak Darius mengeluarkan tangannya dari celana
Rita, jari-jarinya basah oleh lendir vagina. Dia lantas mengangkat Rita
dengan kedua lengan kokohnya. Rita yang sudah kembali teransang hanya
pasrah mau diapakan saja oleh Pak Darius.
Mengetahui wanita cantik itu telah kembali teransang, Pak Darius
membaringkan tubuh Rita pada meja yang biasa dipakai sehari-hari untuk
bekerja. Dibaringkannya tubuh itu diatas meja dengan kedua kaki
terjuntai. Begitu menurunkan tubuh wanita cantik itu, Pak Darius dengan
agak terburu-buru langsung mencopot BH Rita yang baru dikenakan sesaat,
lalu dilemparkan ke belakang.
Mulut Rita mulai membuka dan secara refleks menyambut lidah Pak Darius
dan beradu dengan panasnya. Merasa “korbannya” sudah kembali berhasil
dijinakkan, Pak Darius mengalihkan tangannya untuk mengelusi payudaranya
yang montok. Nafas Rita sudah putus-putus ketika Pak Darius melepas
ciumannya. Pak Darius dengan rakus melumat daging kenyal itu dengan
mulutnya, dikenyot dan dijilati, sementara tangannya meremasi yang
sebelahnya. Rita sedikit meringis di tengah desahannya karena
payudaranya terasa sakit oleh remasan Pak Darius yang agak kasar.
“Ooohh…!” desahnya ketika Pak Darius menyentil-nyentilkan lidahnya pada
putingnya yang sensitif, kadang disertai gigitan kecil yang membuatnya
makin menggelinjang.
Setelah puas menyusu, Pak Darius menarik celana dalam Rita hingga lepas
dari tempatnya, sehingga kedua paha mulus dan kemaluannya yang berbulu
lebat pun kembali terlihat. Rita hanya bisa pasrah saja ketika celana
dalamnya kembali dilepas, berikut hawa dingin dari AC menerpa tubuhnya
yang kembali telanjang bulat.
Kemudian Pak Darius mengambil posisi diantara kedua kaki Rita yang
terjuntai dari lutut ke bawah. Bibir kemaluan Rita masih nampak rapat
dan kencang. Wajah Pak Darius kini makin mendekati daerah itu, aroma
kemaluannya semakin terasa dan membuatnya makin bergairah. Diambilnya
sebuah kursi dan dia duduk tepat di depan vagina Rita. Kedua tungkai
kaki Rita yang menjuntai diangkatnya dan diletakkan di bahunya. Matanya
menatap tajam kearah kemaluan yang sudah basah itu, hembusan nafasnya
makin terasa bersamaan dengan wajahnya yang makin mendekat.
Sementara mata Rita terpejam tapi mendadak matanya melebar disertai
desahan dari mulutnya ketika lidah kasar pria tua itu menyapu bibir
kemaluannya. Tubuh Rita mengejang ketika lidah Pak Darius menyentuh
klitorisnya.
“Aaaaaahhhhh…Pak !” desahan halus keluar dari mulutnya saat Pak Darius menyapukan lidahnya pada bibir kemaluannya.
Lidah Pak Darius semakin liar saja, kini lidah itu memasuki liang
vaginanya dan bertemu dengan klitorisnya. Badan Rita bergetar seperti
tersengat listrik dengan mata merem-melek Bukan saja menjilati, Pak
Darius juga memutar-mutarkan telunjuknya di liang itu, sementara tangan
lainnya mengelusi paha dan pantatnya yang mulus.
“Oooooohh…!” tak terasa Rita mendesah demikian karena merasakan jilatan
panjang pada klitorisnya yang membuatnya serasa melayang. Matanya
membeliak-beliak dan vaginanya semakin berlendir tanpa bisa ditahannya.
Tangan Pak Darius juga turut bekerja merabai paha dan pantatnya yang
putih mulus itu.
Sekitar 10 menit lebih Pak Darius memperlakukan Rita demikian, dengan
lihainya dia menyedot dan menjilati klitoris wanita itu menghanyutkannya
dalam permainan liar ini.
Sampai pada akhirnya tubuh Rita mengejang hebat, matanya tertutup rapat dan kepalanya mendongak ke atas.
“Uuuuugggghhhh….” erang Rita menandakan dia mengalami orgasme. Rita
tidak percaya dirinya menyerah secepat itu terhadap ransangan pria tua
ini. Pak Darius tanpa ragu-ragu melahap cairan orgasme itu dengan rakus,
dia menyedoti bibir vagina Rita sehingga membuat tubuh wanita itu
semakin menggelinjang.
Setelah puas menjilati vagina Rita, Pak Darius kembali mengarahkan
penisnya yang sudah menegang, hitam dan panjang. Digenggamnya batang itu
untuk diarahkan ke vagina Rita. Hangat dirasakan Rita saat kepala penis
itu menyentuh bibir vaginanya disusul rasa geli yang ditimbulkan dari
gesekan-gesekan penis itu pada kemaluannya, hal ini menyebabkan birahi
Rita bangkit kembali.
Tanpa menunggu lebih lama lagi, Pak Darius menekan ujung penisnya ke
liang senggamanya. Dengan satu sentakan, batang kemaluannya melesak ke
dalam vagina Rita, tubuhnya menegang hingga melengkung ke atas
menampakkan guratan tulang rusuknya. Suara hujan deras di luar sana
seolah menambah dramatis suasana. Tubuh Rita tergoncang-goncang di atas
meja itu, mulutnya tak bisa menahan desahan yang keluar. Tangan Pak
Darius dengan leluasa memegang, meraba dan meremas payudara telanjang
wanita cantik itu, bahkan laki-laki tua itu sambil menggenjot kedua
tangannya meremasi sepasang payudara itu.
Pak Darius menyodok-nyodok vagina Rita hingga menyentuh g-spotnya.
Batang itu makin lancar keluar-masuk karena vagina Rita juga makin licin
oleh lendirnya. Pak Darius lalu mengangkat punggung Rita hingga dia
terduduk di tepi meja kemudian dipagutnya bibir wanita itu.
Pria tua itu menyetubuhinya dengan ganas sehingga payudara Rita nampak
tergoncang-goncang seirama hentakan tubuhnya. Matanya merem-melek
merasakan tusukan penis Pak Darius yang datang bertubi-tubi. Dia
mengarahkan pandangannya ke depan dan dilihatnya wajah kasar brewokan
itu sedang menatapnya dengan takjub. Pria itu terus menyetubuhinya
sambil berpegangan pada kedua pahanya. Rita melingkarkan tangan kirinya
ke leher Pak Darius dan tangan kanannya bertumpu di meja.
“Ah…iyah Pak…aahh-ah-terus !” Rita menceracau demikian secara refleks.
Selanjutnya bibir Pak Darius bergeser ke pipinya, sapuan kumis dan
brewoknya yang keritingnya terasa pada wajahnya yang halus hingga
bertemu dengan bibir Rita yang tipis. Desahannya pun teredam karena
mulutnya dilumat oleh Pak Darius. Mulut Pak Darius yang lebar itu
seolah-oleh ingin menelan Rita, lidahnya yang kasar itu menjelajahi
rongga mulutnya membuatnya agak gelagapan.
Kali ini Rita diturunkan dari meja, karena saking terangsangnya, Rita
menurut saja apa yang diminta pria tua itu. Pak Darius mengatur posisi
Rita berdiri dengan pantat agak ditunggingkan dan tangannya bertumpu
pada meja di depannya. Dengan posisi demikian, penis Pak Darius kembali
memasuki vaginanya dari belakang. Lalu Pak Darius kembali
memaju-mundurkan pinggulnya sambil berpegangan pada kedua payudara Rita.
Mulutnya sibuk menciumi pundak dan lehernya membuat Rita serasa
melayang. Ditariknya wajah Rita hingga menengok ke belakang dan begitu
wajahnya menoleh bibir tebal Pak Darius langsung memagut bibirnya,
Ritapun ikut membalas ciumannya, lidah mereka saling membelit dan
beradu, air liur mereka menetes-netes di pinggir bibir. Kedua tangan Pak
Darius mendekap dadanya, telapak tangannya menggerayangi kedua
payudaranya montoknya yang bergoyang-goyang itu.
“Uugghh…oohh !” desah Rita dengan mencengkram pinggiran meja dengan kuat saat penis itu kembali melesak ke dalam vaginanya.
Tangan laki-laki tua itu memegang dan meremas pantatnya sambil
menyodok-nyodokkan penisnya, cairan yang sudah membanjir dari vagina
Rita menimbulkan bunyi berdecak setiap kali penis itu menghujam. Suara
desahan Rita membuatnya semakin bernafsu sehingga dia meraih payudara
wanita cantik itu dan meremasnya dengan gemas seolah ingin melumatkan
tubuh sintal itu.
“Aahhh…mau keluar Pak, sodoknya yang kuat Pak…oohhh…oohhh!” Rita
menceracau tak karuan karena kenikmatan itu dirasanya semakin memuncak.
Sontak Pak Darius mempercepat dan menyodok penisnya dengan penuh nafsu.
Sebuah desahan panjang diiringi tubuhnya yang mengejang menandakan ia
telah mencapai puncak kenikmatannya.
“Aahhh…aaaaaaaaaahhh !!” akhirnya Rita kembali mencapai klimaksnya,
vaginanya semakin banjir saja karenanya. Gelombang orgasme bagaikan
mengangkatnya ke langit ketujuh, matanya merem-melek tidak tahu
bagaimana lagi mengekspresikan kenikmatan itu selain dengan desahan
panjang. Tubuhnya ambruk lemas di atas meja, namun pria tua di
belakangnya itu tampak belum akan orgasme, ia masih terus
menyentak-nyentakkan pinggulnya ke atas. Pak Darius masih terus
melancarkan serangannya, cairan yang meleleh dari vagina Rita makin
melicinkan gerakan penisnya sehingga otomatis sodokannya pun makin
cepat, terdengar bunyi decak cairan setiap penis itu menyodoknya.Pria
tua itu menyusul tidak begitu lama dari orgasme Rita, penisnya dia tekan
lebih dalam sambil melenguh panjang melepaskan spermanya di dalam rahim
wanita itu. Pak Darius menurunkan tempo permainannya, dia tidak ingin
buru-buru keluar.
“Ibu Rita emang enak banget dientot !” komentarnya kemudian mulutnya nyosor ke depan dan memagut bibir Rita.
Rita yang masih lemas tidak kuasa menolak ciuman itu, malah dia membalas sapuan lidah Pak Darius dengan bergairah.
Bersamaan menurunnya intensitas permainan mereka, hujan di luar ruangan berangsur-angsur mereda.
“Kayanya hujannya sudah berhenti, saya mau pulang ya Pak,” kata Rita
lalu kembali memunguti dan mengenakan pakaiannya satu per satu.
“Tolong jaga rahasia ini, Pak. Ini hanya antara kita berdua. Kalau
sampai bocor….jangan harap Bapak bisa menyentuh dan berbicara lagi
dengan saya!” kata Rita lagi sambil mengenakan pakaiannya.
“Tenang saja bu Rita, rahasia ini hanya kita berdua yang tahu. Saya akan
memuaskan ibu bila ibu butuhkan, demikian pula sebaliknya,”terang Pak
Darius.
“Ok kalau begitu saya pulang dulu, terima kasih atas semuanya Pak
Darius,” jawab Rita sambil membereskan pakaian dan perlengkapan
kerjanya.
“Sama-sama, bu,” Pak Darius membalas.
Tidak lupa Pak Darius mengantar Rita hingga naik ke mobilnya. Di situ
mereka berpisah untuk malam ini untuk bertemu lagi di hari-hari
berikutnya. Sejak saat itu, dimulailah petualangan seks Rita dengan Pak
Darius. Mereka selalu mengulangi permainan panas mereka, kapan atau di
manapun ada kesempatan.