Dewi - Pono, Gilirannya Mendapat Keberuntungan
Hari ini Hendro kembali menjejakkan kakinya di Jakarta, dari airport ia
langsung menuju ke kantornya, dalam perjalanan menuju ke kantornya ia
menelepon istrinya memberitahukan bahwa ia sudah berada diJakarta dan
sedang dalam perjalanan menuju ke kantornya, ia menjelaskan kepada
istrinya bahwa kepulangannya memang mendadak karena ada pertemuan dengan
kliennya di Jakarta. Dewipun hanya mengiyakan saja tanpa memberikan
komentar apapun, batinnya berkata ada di Jakarta ataupun tidak ada di
Jakarta tidak ada pengaruhnya untuk dia, karena selama ini Hendro tidak
pernah memberikan nafkah bathin untuknya, ia selalu mendapatkan nafkah
bathin dari orang lain, jadi kalau Hendro di Jakarta malah membuat sulit
Dewi untuk melakukan aktivitas seksnya. Rencana Dewi hari ini untuk
menikmati batang kemaluan Yono lagi menjadi batal karena telepon
suaminya tadi, sementara ia merasakan lubang vaginanya sudah gatal ingin
digaruk oleh penis Yono, tapi apa daya suaminya ada di Jakarta, Dewi
takut saat dia melakukan persetubuhan dengan Yono dan saat itu juga
suaminya menelpon atau suaminya pulang lebih awal, bisa kacau nanti
semuanya, akhirnya Dewi membatalkan rencananya untuk pergi keluar pada
hari ini, hatinya berkata biarlah akan kutunggu sampai suaminya pergi
keluar kota lagi, baru kupuaskan dahaga bathinku ini. Siangnya Dewi
betul-betul gelisah, dia betul-betul ingin sekali merasakan
sodokan-sodokan batang kemaluan lelaki, karena menahan desakan hasrat
birahinya, kedua pipi Dewi memerah, Dewi saat itu sedang duduk santai di
ruang keluarga menonton TV tanpa sadar tangannya mulai mengusap-usap
bibir vaginanya dari balik CDnya, saat itu Dewi mengenakan baju model
baby doll, roknya sedikit terangkat sehingga CD putihnya terlihat dan
pahanya yang putih mulus pun terlihat dengan jelas, Dewi yang sedang
asyik masyuk tidak menyadari hal itu, yang ada dalam pikirannya sekarang
adalah batang kemaluan lelaki yang tegang dan besar. Usapan tangannya
di kelentitnya membuat vaginanya mulai basah, Dewi mulai mendesah
perlahan, menikmati belaian lembut tangannya di kelentit dan dibibir
vaginanya, tangan kirinya mulai meremas-remas payudaranya, kedua
payudaranya yang tidak mengenakan BH silih berganti diremas-remas oleh
tangan kirinya, ia membayangkan Yono sedang meremas-remas kedua
payudaranya silih berganti dan ia juga membayangkan saat itu Yono juga
sedang menjilati kelentit dan vaginanya, vaginanya semakin basah, hasrat
birahinya semakin memuncak.
Ruangan keluarga itu letaknya cukup berjauhan dengan dapur dan ruang
makan, jika sedang berada didapur atau diruang makan kegiatan apapun
yang terjadi diruang keluarga tidak akan terlihat dari dapur atau ruang
makan, begitu pula sebaliknya, dan para pembantunya bila sudah selesai
bebenah diruangan keluarga atau diruangan lainnya, mereka akan berkumpul
diruangan mereka, karena Hendro telah menyediakan ruangan untuk
menonton TV bila pekerjaan mereka sudah selesai, ruangan mereka terletak
dekat dengan kamar mereka yaitu dekat dengan garasi mobil, jadi
kegiatan Dewi saat ini tidak ada satu orang pun yang melihatnya. Gejolak
birahi Dewi semakin meningkat, desahannya semakin sering terdengar,
kedua payudaranya yang tidak mengenakan BH sudah tidak tertutup apa-apa
lagi, kedua putingnya sudah mengeras dan mencuat keluar, CDnya sudah
melorot sampai paha, dan terlihat jari tengah tangan kanannya sudah
berada dalam jepitan vaginanya, dan terlihat jari tengahnya sedang
keluar masuk di lubang vaginanya, terlihat pantatnya naik-turun dari
kursinya seiring dengan keluar masuk jari tengahnya. Dewi yang sedang
berusaha keras untuk mencapai puncak birahinya tidak menyadari ada
sepasang mata yang sedang menyaksikan aksinya, kedua bola mata yang
menyaksikan tingkah Dewi itu terbelalak, jantungnya berdegup kencang
nafasnya memburu, pemandangan yang disaksikan oleh pemilik kedua bola
mata itu, yang dalam mimpinyapun tidak pernah terbayangkan olehnya,
kedua payudara Dewi yang setengah terbuka dan kelihatan kedua putingnya
dan sedang diremas-remas bergantian oleh tangan kirinya, kemudian
dibawah ia melihat belahan bibir vagina Dewi yang kadang terlihat dan
kadang tidak terlihat karena jari tengah tangan kanan Dewi sedang keluar
masuk di lubang vaginanya itu, semua itu membuat si empunya mata
tersebut berkali-kali menelan ludah, seumur hidupnya belum pernah ia
menyaksikan pemandangan indah seperti ini. Si empunya mata merasakan
penisnya mulai mengeras melihat semua itu, hampir tanpa berkedip kedua
matanya tertuju ketubuh Dewi, nafasnya semakin memburu melihat ulah
Dewi, tubuh Dewi terlihat olehnya meregang-regang, penisnya semakin
mengeras, terlihat celana pendeknya menggelembung oleh desakan penisnya
yang seolah ingin keluar dari sekapan celana pendeknya, pada saat kepala
Dewi mendongak ke belakang, kedua matanya yang setengah terpejam
menangkap sesosok tubuh si empunya mata tadi. Dewi sungguh kaget sekali
karena ada orang yang sedang menyaksikan ulah liarnya tersebut, aksi
liar kedua tangannya berhenti seketika.
“Ehhh, Pono…addaaaaa…apaaa…sedaang apa kamuuu…,” Dewi berkata dengan
terengah-engah, kaget dan jengkel karena puncak birahinya tidak
terlampiaskan.
“Eeehhh…aaanuuuu…..aaanuuu…bu…,” Pono kaget mendengar teguran Dewi,
karena saat itu dirinya sedang asyik melihat aksi nyonyanya tersebut.
Biarpun kaget tapi kedua mata Pono tidak melepaskan pandangannya dari
tubuh Dewi yang masih agak terbuka, hal ini tidak Dewi sadari karena ia
kaget dengan kehadiran Pono di ruangan tersebut, yang hanya Dewi ingat
lakukan saat ia berdiri dari kursinya tadi adalah CDnya yang ia benahi,
sehingga saat ia berdiri berhadapan dengan Pono kedua payudaranya yang
putih mulus itu masih terpampang dengan jelas di hadapan Pono.
“Anu..anu apa,”Dewi berkata kepada Pono dengan jengkel, karena malu dan karena gejolak birahinya tidak terlampiaskan.
“Eeehhh…ini..ini..,Bu. Sayaa…mau minta uang untuk beli bahan pembersih
kolam, yang kita punya sudah habis,” Pono menjawab agak tergagap-gagap,
dengan kedua matanya tetap tertuju ke arah payudara Dewi yang
seolah-olah menantang ingin diremas.
“Pon, apa yang kamu lihat tadi, jangan sampai ada orang lain yang tahu,
kalau sampai ada yang tahu, kamu saya pecat,” ancam Dewi, dan saat itu
kedua mata Dewi melirik ke arah selangkangan Pono, dan ia melihat
tonjolan di celana pendek Pono.
Dewi tahu bahwa penis Pono sudah pasti sedang berdiri dengan gagahnya di balik
celana pendeknya itu. Hati Dewi mulai ragu antara ingin menikmati
sodokan batang kemaluan lelaki dengan takut akan suaminya pulang lebih
awal, ia melirik jam dinding yang ada di ruangan tersebut, pukul 1.30
siang, hatinya membatin suaminya tidak mungkin pulang cepat, ia bisa
melakukan “quickie sex” dengan Pono untuk meraih puncak kenikmatannya
yang terganggu. Akhirnya nafsu birahinya mengalahkan akal sehatnya,
Dewipun mengambil keputusan untuk merasakan batang kemaluan Pono
mengaduk-aduk lubang vaginanya.
“Iyyaaa…Bu..saya sumpah tidak akan cerita ke orang lain,” jawab Pono ketakutan.
Pono betul-betul merasa
ketakutan dan merasa bersalah dengan kelakuannya yang melihat tubuh Dewi
yang setengah telanjang, tapi kedua matanya tidak pernah beranjak dari
payudara Dewi yang menggantung dengan indahnya, payudara Dewi yang putih
mulus dihiasi oleh kedua putingnya yang merah muda dan sudah menyembul
keluar dan mengeras itu. Setelah menimbang-nimbang dengan segala
kemungkinannya, Dewipun mengambil keputusan untuk melakukan “quickie
sex” dengan Pono, lalu iapun memerintahkan Pono untuk duduk di sofa.
“Duduk, kamu,” perintah Dewi.
Pono menuruti perintah Dewi untuk duduk, iapun duduk di sofa yang
ditunjuk oleh Dewi, dengan hati penuh kebingungan dan dengan tatapan
mata yang tidak pernah terlepas dari payudara Dewi.
“Ingat kamu jangan cerita kepada siapapun, cukup hanya kita berdua yang
tahu masalah ini, hhhmmm ..,” ancam Dewi kembali sambil berjalan
menghampiri yang sudah duduk di sofa, tanpa membuang waktu Dewipun mulai
menurunkan celana pendek Pono sampai ke lutut.
Batang kemaluan Pono yang sudah tegang terangguk-angguk saat celana
pendeknya terlepas, ternyata Pono pada saat itu tidak mengenakan CD,
Dewi kaget karena ia tidak menyangka bahwa Pono tidak mengenakan CD,
penisnya yang sudah sangat tegang sekali teracung-acung di hadapannya.
“Ingat, Pon, apapun yang terjadi kamu jangan cerita kepada siapapun,” kembali Dewi berkata.
“Iyaah..bu…saaayyyaaa….jaanji…,” jawab Pono gagap, karena ia kaget akan aksi nyonyanya ini yang membuka celana pendeknya
Ia sendiri bingung, dalam
hatinya berkata apa yang dikehendaki oleh nyonyanya ini, karena belum
pernah selama ini ada perempuan yang melihat penisnya apalagi dalam
keadaan tegang, Ponopun merasa malu karena nyonyanya sudah melihat
penisnya yang tegang itu. Tangan kanan Dewi segera meraih batang
kemaluan Pono, iapun segera mengangkang diatas pangkuan Pono, sementara
tangan kirinya meraih CDnya dan menarik salah satu pinggiran CDnya ke
samping, sehingga belahan bibir vaginannya terlihat dengan jelas oleh
Pono, Pono yang belum pernah melakukan hubungan badanpun dibuat bingung
oleh aksi Dewi, dan saat Dewi mulai mengoles-oleskan kepala penisnya ke
bibir vaginanya, Pono merasakan geli yang aneh saat kepala penisnya
bersentuhan dengan bibir vagina Dewi, penisnya berdenyut-denyut, tanpa
membuang waktu Dewi segera menyelipkan batang kemaluan tersebut di bibir
vaginanya dan ia mulai menekan pantatnya ke bawah dengan perlahan dan
batang kemaluan Pono perlahan-lahan menyeruak masuk di lubang vagina
Dewi. Ssleeeepppp…..bleeessss….bleeesss…..bleesss… dengan perlahan-lahan
penis Pono mulai melesak masuk di lubang memek Dewi dan akhirnya
terbenam seluruhnya, Pono merasakan kenikmatan yang luar biasa yang
belum pernah ia alami selama ini, rasa geli yang aneh menyelimuti
dirinya, saat penisnya terjepit dalam lubang vagina Dewi, Pono merasakan
penisnya seperti ada yang meremas-remas.
“Ooouuuggghhhh…..,” Dewi melenguh saat lubang memeknya diterobos oleh penisnya Pono.
“Eeeeggghhhh……..,” Ponopun mengerang merasakan jepitan lubang vagina Dewi di penisnya.
Dengan kedua tangan bertumpu pada sandaran kepala sofa, Dewi
perlahan-lahan mulai bergerak, menaik turunkan pantatnya, kedua
payudaranyapun terguncang naik turun seiring dengan naik turun
pantatnya. Pono yang masih bingung dengan apa yang terjadi hanya bisa
melotot melihat kedua payudara Dewi yang terombang-ambing di hadapan
matanya.
“Aaagghhh…eenaaakkk…Pon, kaamuuu…jangan melongo..saaaajjaa…ooogghhh…
hisap kedduaaa…tetekku… remaaassss….remaaasss…,” Dewi mendesah keenakan.
Pono yang mendengar perintah Dewi mulai melakukannya, kedua tangannya
mulai meraih payudara Dewi yang sedang terombang-ambing itu, lalu ia
meremas kedua payudara tersebut, karena belum pernah ia melakukan hal
tersebut, Dewi merasakan remasan tangan Pono di kedua payudaranya agak
kasar, tapi sensasi yang ditimbulkan oleh remasan kasar tangan Pono
membuatnya merasakan hal baru, gairah birahinya yang sempat tertunda
tadi mulai meningkat lagi, mulut Ponopun mulai bergantian
menghisap-hisap kedua payudara Dewi, hisapan-hisapan mulut Ponopun tidak
beraturan, Pono betul-betul menghisap tetek Dewi seperti ia menyedot
minuman, akibatnya Dewi kembali merasakan sensasi yang berbeda daripada
biasanya, hisapan-hisapan kuat Pono pada kedua teteknya membuat ia
menggelinjang, Dewipun merasakan geli yang aneh di kedua payudaranya
tersebut. Pono yang belum pernah melakukan seks ini, merasakan
kenikmatan yang luar biasa, kenikmatan yang belum pernah ia alami selama
ini, mulutnya mendesah-desah ditengah kesibukkannya menghisap-hisap
payudara Dewi, matanya merem melek menikmati jepitan lubang vagina Dewi
pada penisnya, Pono merasakan penisnya bergesekan dengan lubang vagina
Dewi, ia merasakan geli yang luar biasa, penisnya semakin berdenyut
dengan kuat dan semakin menegang, Dewi merasakan penis Pono yang semakin
mengeras,
Dewi merasakan penis itu
begitu tegang dan keras, dinding lubang vaginanya merasakan kekerasan
penisnya Pono tersebut, cairan birahinya semakin banyak bercampur dengan
cairan birahi Pono, akibatnya suara berdecak dari pertemuan dua
kemaluan merekapun terdengar, menambah semangat Dewi untuk
menaik-turunkan pantatnya. Dewi sudah lupa akan kemungkinan suaminya
pulang cepat, yang ada sekarang ini Dewi betul menikmati sodokan-sodokan
batang kemaluan Pono di vaginanya. Tak lama berselang Pono melenguh
keras, penisnya berdenyut dengan keras, penisnya mulai menembakkan air
maninya. Crreeeettt….creeettt….creeett……. air mani Pono berhamburan
keluar membasahi lubang vagina Dewi.
“Ouuuuggghhh….hhhmmmmmhhh….sssllrrppppp…ssslrrrppp p….hhhmmm…..,” Pono
melenguh merasakan letupan-letupan lahar kenikmatannya yang sedang
mengalir dari penisnya membasahi vagina Dewi sambil mulutnya tetap
menghisap-hisap payudaranya.
Dewi merasakan letupan-letupan air mani Pono di dinding vaginanya, ia
tahu Pono sudah meraih puncak kenikmatannya, Dewipun semakin gencar
menaik turunkan pantatnya, ia merasa takut akan tidak berhasil meraih
puncak kenikmatannya, karena penisnya Pono sudah menyemburkan lahar
kenikmatan, ia merasa takut bahwa sebentar lagi batang kemaluan Pono
akan melemas setelah menyemburkan cairan kenikmatan itu.
“Oouuugghh…aaagghhh….ssshhhh..aaagghhh…sssshhhh…aa aaghhhh….. ,” Dewi
mendesah keenakan merasakan lesakan batang kemaluan Pono di vaginanya
dan merasakan hangat di dinding vaginanya akibat semburan air mani Pono.
Pono merasa lemas saat penisnya menyemburkan tetes terakhir cairan
kenikmatannya di lubang vagina Dewi, tapi mulutnya masih tetap
menghisap-hisap payudara Dewi, penisnya masih berdenyut-denyut. Dewi
yang merasakan batang kemaluan Pono tidak menyemburkan cairan
kenikmatannya lagi, merasa kaget karena penisnya Pono tidak mengalami
perubahan, Dewi merasakan penisnya Pono masih keras dan tegang, biasanya
batang kemaluan lelaki perlahan-lahan akan menciut setelah melepaskan
cairan kenikmatannya, tapi tidak untuk penisnya Pono, penisnya Pono
sudah berhenti mengeluarkan cairan kenikmatan tapi Dewi masih merasakan
keras dan tegang.
Pono yang berhasil meraih puncak kenikmatannya, dalam sekejap sudah
kembali pulih, perlahan-lahan gairah birahinya kembali bangkit, dengan
semangat 45 hisapan
dan remasan di payudara Dewi semakin gencar, ia hanya merasakan sedikit
ngilu di kepala penisnya, tapi lama-lama rasa ngilu itu hilang berganti
dengan rasa nikmat. Pono memang belum berpengalaman dalam hal
bersetubuh, tapi stamina tubuhnya terutama penisnya, betul-betul membuat
takjub Dewi. Dewipun semakin gencar menaik-turunkan pantatnya, dari
lubang vaginanya perlahan-lahan keluar cairan putih yang bercampur
dengan cairan bening, cairan itu keluar seiring dengan keluar masuknya
batang kemaluan Pono di lubang vaginanya, lenguhan-lenguhan nikmat
semakin sering terdengar dari mulut Dewi, sementara dari mulut Pono
hanya terdengar dengusan-dengusan keenakan karena mulutnya masih sibuk
dengan kedua payudara Dewi. Kedua manusia berlainan jenis ini sudah lupa
dengan keadaan sekitarnya, yang mereka tahu hanyalah nikmatnya
persetubuhan mereka ini, Dewipun sudah tidak perduli akan kemungkinan
suaminya pulang lebih cepat, yang ia perdulikan hanyalah meraih puncak
kenikmatannya, yang ia perdulikan hanyalah penisnya Pono yang sedang
keluar masuk dalam lubang vaginanya. Kedua sosok tubuh mereka sudah
basah dengan keringat, nafas keduanya pun terdengar memburu, kedua mata
mereka merem-melek menikmati persetubuhan mereka ini, mereka berdua
sudah lupa akan status mereka.
“Oouughhh, Poonnn….kontolmu betul-betul enaaak….kkoontollmu…keras
sekali… oougghh… shhhh….aaahh…sssshh.. aaaahhh…..,” Dewi mengerang
keenakan merasakan sodokan-sodokan batang kemaluan Pono di lubang
vaginanya, Dewi merasakan batang kemaluan Pono tegang dan keras seperti
kayu saja layaknya.
“Hhmmm…ssllrrppp….hhhmmmm…ssllrpppp….,”Pono bergumam keenakan sambil mulutnya tetap sibuk menghisap tetek Dewi.
Remasan tangan Pono di payudara Dewipun tidak pernah berhenti, tangannya
meremas-remas kedua payudara Dewi dengan agak kasar. Dewipun
menggelinjang akibat hisapan-hisapan kuat mulut Pono dan remasan-remasan
kasar di payudaranya, sensasi yang agak sedikit kasar ini belum pernah
dialami oleh Dewi, kedua puting payudaranya semakin mencuat keluar dan
keras, Dewi semakin mengerang keenakan dibuatnya.
“Oouugghhh…aaaaaagghhh… hiisaaapp…Pooon, hissaaappp…kuaaatt..kuatt…
yachhh…aaaghh…ssshhsss…oougghh.,” Dewi mengerang-ngerang merasakan
kerasnya hisapan mulut Pono.
“Kaaammuuu…pernah melaakukaan ini..Pooonn….” tanya Dewi tanpa menghentikan genjotan pantatnya.
“Beeelumm…sssrrrlppp…Bu,…ssslrrpp…,”jawab Pono sambil asyik menghisap tetek Dewi.
Tubuh Dewipun berganti posisi dari setengah berjongkok sekarang
posisinya duduk diatas pangkuan Pono, sementara gerakkannya yang naik
turun sekarang berganti dengan gerakkan maju mudur, kedua tangannyapun
tidak berada di sandaran kepala sofa tetapi sekarang kedua tangannya
sedang meremas-remas kepala Pono yang sedang asyik bermain di kedua
payudaranya, tali baju Dewi pun sudah terlepas dari kedua pundak Dewi,
akibatnya kedua payudaranya sudah tidak terhalang oleh apapun, sehingga
kedua tangan Ponopun bebas meremas-remas kedua payudara tersebut. Pono
memang baru pertama kali ini melakukan hubungan seks, tapi karena usia
Pono yang masih sangat muda sehingga penisnya yang tadi sudah
mengeluarkan sperma masih berdiri dengan gagahnya dan siap untuk
bertempur kembali, yang kurang dari Pono hanya pengalaman saja, tapi
untuk Dewi itu sudah cukup yang penting penisnya Pono keras dan tegang
dan bisa mengobrak-abrik lubang vaginanya yang haus akan batang kemaluan
lelaki.
“Hhhhmmm…ssslrrppp…sssslrrppp…hhmmm….,” Pono masih asyik dengan aksi
hisapannya di payudara Dewi, yang satu ia hisap yang satunya ia remas,
kedua payudara
Dewi bergantian dihisap dan diremas.
“Ouuughh…aaaaghhhh…ssshh…eenaaakk…Poon…eennaaakk.. nikmaattt sekali…
terus hisaaaapp…reeemaaass….yaachhh…jangan berhentiiii…ouughhh..aaaagghh
….kontooolllmuuu….eenaaakkk…keeraaassss…….,” Dewi merintih-rintih
menikmati semua ini.
Gerakan maju mundur tubuh Dewi semakin cepat, Dewi merasakan kelentitnya
geli-geli enak bergesekan dengan jembut Pono, remasan tangannya
dikepala Pono semakin menjadi akibat hisapan dan remasan Pono di kedua
payudaranya. Kepala Dewi bergoyang ke kanan dan ke kiri, mulutnya
merintih-rintih keenakan, matanya merem melek menikmati sensasi
persetubuhan ini.
Tak lama berselang gerakan tubuh Dewi mulai tidak beraturan, tubuhnya
mulai mengejut-ngejut, nampaknya puncak kenikmatannya akan segera ia
rengkuh, tiba-tiba Dewi menekan pantatnya kebelakang seolah-olah ia
ingin penisnya Pono masuk dengan biji pelernya di lubang vaginanya, dan
sssrrrrr……srrrrrrrr…..ssssrrr …memeknya menyemburkan cairan
kenikmatannya, cairan hangat itu menyiram batang kemaluan Pono, Pono
merasakan penisnya menjadi hangat oleh siraman cairan kenikmatan Dewi,
Pono juga merasakan dinding vagina Dewi seolah meremas-remas penisnya.
“OOuuuggggghhh….aakuuu….keluuuarrr…Pooonnn, aaaakuuu…aaagghh..enaakkk
nikkmaaat….aaagghhh….,” erang Dewi menikmati puncak kenikmatannya yang
berhasil ia rengkuh.
Tubuh Dewi mengejang, gerakannya terhenti, tangannya meremas kepala Pono
dengan kuat, nafasnya tersengal-sengal, saat vaginanya meneteskan tetes
terakhir dari cairan kenikmatannya, Dewipun melenguh panjang, dinding
vaginanya masih berkedut-kedut, yang dirasakan oleh Pono seolah-olah
meremas-remas penisnya. Dengan nafas yang masih memburu, Dewipun ambruk
diatas pangkuan Pono, Pono hanya bisa diam, dia tidak tahu apa yang
harus diperbuat, perlahan-lahan Dewi membuka matanya lalu berkata,
“Kamu suudah keluar, Pon,” Tanya Dewi.
“Belum, Bu,”jawab Pono polos.
“Hhhmmmm kamu termasuk ayam pejantan juga,” Dewi berkata dengan genit.
Dengan perlahan-lahan Dewi mulai menggerakkan tubuhnya lagi, pantatnya
ia maju mundurkan, sehingga batang kemaluan Pono mulai kembali keluar
masuk vagina Dewi. Sebetulnya Dewi sudah merasa puas dengan pencapaian
puncak kenikmatannya ini, tapi karena dia tahu bahwa Pono belum
berpengalaman, akhirnya ia mengambil keputusan untuk memuaskan penisnya
Pono sampai mengeluarkan cairan kenikmatannya lagi. Pono merasakan
kembali penisnya keluar masuk vagina Dewi, Dewi bergerak dengan cepat,
ia ingin cepat-cepat menuntaskan permainan ini, karena hasrat birahinya
sudah terpenuhi dia mulai sedikit khawatir akan kedatangan suaminya,
tubuhnya maju mundur dengan cepat, penisnya Ponopun akibatnya keluar
masuk dengan sangat cepat,
Blleeesssss….sssrrrttt….bleeeessss…ssrtttttt…blees sss….sssrtttt…. Dewi
memaju mundurkan pantatnya dengan cepat, batang kemaluan Ponopun keluar
masuk di lubang vagina Dewi seiring dengan gerakan maju mundur, dengan
gerakan Dewi yang cepat ini membuat Pono agak kesulitan menghisap
payudara Dewi, sehingga yang bisa ia lakukan hanya meremas-remas
payudara tersebut, dan suara erangan Ponopun mulai terdengar jelas.
“Aaaaghhh….ssshhhh…ooougghh….sssshhh… enaaakk…Bu…eenaaakkk…,” Ponopun
mengerang kenikmatan, merasakan jepitan memek Dewi di penisnya.
“Ehhmmm…enaak…Pon…aaayoo…keluaaariinn…ceppaat…,”De wipun mendesah.
Tubuh Dewi menghentak-hentak dengan cepat, goyangan pantatnya semakin
bertambah cepat, batang kemaluan Pono semakin mengeras jadinya, Dewi
merasakan batang kemaluan Pono seperti batang kayu yang dimasukkan ke
dalam vaginanya, seluruh dinding vaginanya merasakan kerasnya batang
kemaluan Pono tersebut, gairah birahinyapun menanjak dengan cepat
merasakan kerasnya batang kemaluan Pono.
“Ouughh…Poon..Koontooollmmmu…..keeraasssss…seekaal liii…sssshhh…aaaggh
nikmaaat betuulll…aaarrggghhh….aaakkuuu…ingin teruuusss…merasakannyaaaa
oooohhhhh…..” Dewi merintih-rintih keenakan.
“Aaahhh…iiyaaaahh….mmmmmm….eeennaakkk….ooohhh…puny aa….ibuuu..juga enaaaak….,” Pono mengerang nikmat.
Dewi sibuk dengan goyangan dan maju mundur pantatnya sementara Pono
sibuk dengan kedua belah tangannya yang meremas-remas kuat payudara
Dewi. Nafas mereka berduapun terdengar memburu, puncak pendakian
kenikmatan mereka sudah mulai di ambang pintu. Gerakan Dewipun semakin
menggila dan liar, rintihan-rintihannya semakin terdengar, erangan
Ponopun semakin sering terdengar, suara rintihan dan erangan mereka
terdengar bergantian, diselingi dengan suara decakan akibat beradunya
kedua kemaluan mereka, lubang vagina Dewi semakin banjir, batang
kemaluan Ponopun semakin leluasa keluar masuk di lubang vagina Dewi,
tanpa hentinya Dewi melenguh-lenguh keenakan.
Tubuh Dewipun mulai bergerak tidak beraturan, tubuh Pono mulai terlihat
mengejang, otot-otot di tangannya terlihat, puncak pendakian kenikmatan
mereka akhirnya berhasil mereka rengkuh, dengan sekali hentak Dewi
menekan dalam-dalam pantatnya.
Ccrreeeeetttt….sssssrrrrrrr...ccreeetttt…creeeettttt…ssssrrrrrr…..
kemaluan mereka berdua secara bersamaan menyemprotkan lahar kenikmatan
mereka.
“Ooouugghhh…akuuu..keluaarrr..lagiiii…aaaagghhh…en aaakkk…nikmaattt….
kamuuu betul…betullll…perkaaassaaa….Pooon,” erang Dewi menikmati puncak
pendakian kenikmatannya yang kedua kalinya.
“Hhhhhmmm…aaaaahh..ssshh…aaakuuu…jugaa….keluaarrr… Buuu,” Ponopun melenguh keenakan.
Tubuh Dewipun ambruk kembali di pangkuan Pono, nafas keduanya terdengar
memburu, perlahan-lahan batang kemaluan Pono mulai mengecil dan terlepas
dari jepitan memek Dewi, seiring terlepasnya batang kemaluan Pono dari
lubang vagina Dewi kemudian mengalir cairan putih bercampur dengan
cairan bening dan jatuh ke paha Pono. Setelah nafas mereka kembali
normal, Dewi mengingatkan kembali ke Pono untuk tidak menceritakan
kejadian barusan kepada siapapun dan ia juga mengingatkan Pono untuk
kapanpun jika ia sedang ingin melakukan hubungan badan, Pono harus siap,
Dewi juga menambahkan agar Pono bertingkah seperti biasanya saja, Pono
hanya mengiakan kehendak nyonyanya tersebut, Pono berpikir alangkah
bodohnya ia bila menceritakan hal tersebut keorang lain yang bisa
berakibat ia tidak dapat menikmati tubuh mulus nyonyanya lagi dan tidak
bisa merasakan surga dunia. Ponopun beranjak setelah mengenakan
celananya menuju kekamarnya, sementara Dewipun merapikan pakaian dan
CDnya beranjak ke kamarnya, Dewipun membersihkan badannya di kamar
mandi, setelah selesai mandi Dewi mengambil daster satu tali yang mini,
dalamannya ia hanya mengenakan CD saja tanpa BH, dan Dewipun beranjak
keluar kamarnya menuju ke ruangan keluarga dan menonton TV sambil
menunggu kedatangan suaminya.